40

714 49 15
                                    

Blake tertawa dalam hati saat mengingat kebaikan kecilnya membuat seseorang sangat tersentuh hingga berani mengundang seseorang yang tak dikenal masuk ke dalam rumah. Apalagi jika wanita itu tahu bahwa yang diundangnya adalah seorang mafia.
Entah bagaimana ia menyebut sosok seperti ini. Bodoh atau kelewat baik?

Menyender nyaman di sofa empuk yang ia yakini milik sebuah keluarga kaya raya mengingat rumahnya yang megah dan halaman yang luas tertata rapi. Semakin yakin ketika memasuki ruangan rumah itu. Barang-barang mewah dijadikan hiasan dan perabotan dalam ruangan, terpampang nyata.

Pandangan Blake mengitari ruangan yang disebut sebagai ruang baca oleh wanita yang ia kenal bernama Jemima. Tak terlihat satupun foto keluarga yang tergantung milik keluarga Jemima. Mengendikkan bahu acuh, Blake berjalan mendekati rak-rak yang berisi buku-buku. Membaca judul buku yang berbaris rapi, Blake yakin keluarga ini memiliki sebuah usaha yang cukup besar. Berbagai judul mengenai keuangan, pengembangan perusahaan dan semacamnya, membuat Blake bisa menebak bahwa keluarga yang baru saja dikenalnya beberapa menit yang lalu memiliki sebuah perusahaan.

Sedang asyik mengamati beberapa buku yang terpampang di depannya, terdengar suara ketukan pintu dan sebuah suara yang sangat halus. Mengernyitkan dahi, Blake seolah mengenali suara halus nan lembut itu. Meyakinkan diri bahwa itu bukan suara orang yang dikenalnya, Blake membalikkan tubuh. Tercengang menatap sosok wanita muda sedang meletakkan cangkir-cangkir ke atas meja yang berada diantara dua buah sofa lalu ketika selesai meletakkannya, keduanya bertatapan.

.....

Berjalan menuju ke ruang baca keluarga yang letaknya di samping ruang tamu, Cindy mengingat kebodohannya membawa nampan kopi kesana kemari tanpa tujuan. Semoga rasa kopi tak berkurang karena panasnya berangsur memudar. Mengingat sang mertua meminta untuk mengantar hidangan yang lain, Cindy berharap rasa croissant yang disuguhkan nanti sesuai dengan cita rasa tamunya. Karena akan sangat memalukan jika rasanya tak sesuai dengan selera si penikmat. Semoga saja, batin Cindy.

Cindy mengetuk pintu sebelum akhirnya membuka dan mengucapkan salam saat memasuki ruang baca dimana tamu mertuanya berada. Meletakkan kopi-kopinya diatas meja dengan perlahan dan hendak mempersilakan tamunya untuk menikmati kopi yang diyakini mertuanya sebagai kopi ternikmat di kota ini, Cindy menegakkan tubuh dan berbalik menatap sang tamu yang saat ia masuk terlihat sedang memgamati judul buku-buku di rak.

Cindy terpaku. Matanya membeliak lebar, tubuhnya membeku. Dia?!
Ba-bagaimana laki-laki ini bisa berada di sini? Tidak. Tidak!

Blake dan Cindy terpaku saling menatap, tak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Kerinduan, kebencian dan kehilangan yang dimiliki Blake terpampang begitu nyata. Nyalang mata berkobar terlihat begitu jelas. Seolah tak pernah bertemu seabad lamanya, pandangan Blake menggelap lebih gelap dari yang pernah Cindy lihat.

Sementara Cindy hanya mampu menatap tak percaya bahwa pria yang mengisi malam-malamnya beberapa minggu yang lalu kini berdiri dengan gagah tepat didepannya dan berada dalam ruang baca keluarga suaminya.
Pria pertama yang menikmati tubuhnya.

"Ka-kau, ba-bagaimana bisa di-di sini?" bisik Cindy pelan. Mengerjap penuh rasa tak percaya, terbata dan gugup menguasai tubuhnya.

Blake tersadar dari kebekuan yang merantai perasaan, tak menjawab pertanyaan karena respon tubuhnya lebih cepat daripada membuka bibir. Secepat kedipan mata, langkah kakinya memangkas jarak dan Cindy berada dalam pelukannya.

"Aku merindukanmu," Bisik Blake.

Cindy membeku. Terkejut mendapati dirinya telah berada dalam pelukan erat yang begitu tiba-tiba dari Blake. Namun dengan cepat kenyataan memukul kesadarannya. Sebuah kesadaran dimana dirinya berpijak sekarang. Dengan keras mendorong tubuh Blake hingga pria kekar itu mundur beberapa langkah. Terkejut mendapatkan penolakan, Blake tak bisa menerimanya. Rasa tak terima itu berganti amarah yang dengan cepat menguasai instingnya sebagai lelaki dominan. Sehingga dengan cepat menarik tubuh Cindy lalu memerangkapnya ke dinding tepat di samping keduanya.

Trapped In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang