31

4K 171 20
                                    

Cindy membuka pintu kamarnya setelah mendengar ketukan beberapa kali. Meskipun sudah menduga bahwa yang berada di balik pintunya adalah Blake, tetap saja Cindy terkesiap melihat sosok Blake yang ternyata telah mengganti pakaiannya dan terlihat lebih segar berdiri di depannya.

Terpesona setiap kali melihat pria itu, tak bisa dipungkiri. Hanya mampu menahan hingga ke dasar perasaan yang terlarang ini.

"Hai..." Sapa Blake pelan.

Cindy menganggukkan kepalanya.
"Ha..hai..", suara Cindy terdengar serak. Pandangannya menunduk, tertahan di dada pria itu dan tak mampu menatap matanya terlalu lama.

"Ada yang ingin bertemu." Blake mengatakannya rendah, menatap ujung kepala Cindy yang menunduk. Ada rasa sedih merayapi ketika menyadari bahwa gadis itu tak mau memandang dirinya.

Cindy mengangkat pendangan dan bersirobok dengan mata Blkae yang intens menatapnya. Terperangkap dalam buaian tatapannya, Cindy gugup menatapnya sehingga dengan cepat menoleh ke arah belakang Blake, walaupun dirinya tahu tidak akan bisa di lihat dari sini, tapi tetap dilakukannya. Demi mengalihkan keterpanaannya pada pesona Blake yang tak tercela.

Wangi musk menusuk di hidung Cindy. Wangi maskulin yang sama di malam mereka akhirnya bercinta.

Dan anehnya, wangi ini juga membuat sekujur tubuh Cindy merinding. Mengerutkan dahi, Cindy berfikir apakah benar jika malam itu dirinya terkena obat perangsang? Kenapa efeknya juga sama?

Karena panas kini menjalari wajah dan tubuhnya. Sehingga membuat wajahnya merona.

"Hei... Cindy? Kau baik-baik saja?" Blake menegur Cindy yang terlihat melamun tepat didepannya. Melambaikan tangannya tepat di depan wajah wanita itu. Dan Cindy tergeragap karenanya.

"Ap-apa? Kau bicara sesuatu?" Tanya Cindy dengan pipi yang merona, panas menjalari wajahnya. Karena begitu saja kenangan percintaan mereka berkelebat mengisi kepalanya.

Blake mengerjapkan mata, menyadari sesuatu. "Hei, wajahmu merah. Kau sehat? Baik-baik saja?"

Tangan Blake terulur begitu saja menyentuh pipi Cindy. Seketika Cindy tersentak karena merasa wajahnya semakin panas dan tanpa sadar kakinya mundur cepat satu langkah menjauhi sentuhan Blake.

Blake terkejut mendapatkan sikap Cindy yang tiba-tiba menjauhi sentuhannya. Terlihat dari matanya yang membesar, tapi hanya sebentar. Karena sesudahnya, Blake mampu mengendalikan situasi dan kembali datar.

Memasukkan tangan ke dalam saku celana dan mengepal disana, menahan kesal dan marah menerima sikap Cindy yang seolah takut bersentuhan dengan dirinya, Blake memberikan jalan dengan menyampingkan tubuhnya dan memberikan gestur ajakan.

"Kau akan ikut atau beristirahat? Aku tidak akan memaksamu keluar. Hanya saja, ini mengenai kasus sua.. David. Jadi, kau putuskan secepatnya."

Cindy membulatkan mata dan menganggukkan kepala tanpa memikirkan apapun. "Aku ikut."

Blake menganggukkan kepala dan melangkah menjauh, Cindy mengekor di belakangnya setelah menutup pintu kamar. Tangan Cindy meremas-remas di depan tubuhnya. Gugup melanda. Dalam hatinya berharap, semoga Blake tidak bercanda.

Cindy menabrak punggung Blake dan memekik perlahan karena pria itu berhenti tiba-tiba dan mendengarnya mengatakan sesuatu.

Mendongak dan menatap Blake yang menoleh ke arahnya lewat bahu lalu mengangkat alis melihat Cindy yang menyeringai tipis karena malu. Maaf tanpa suara di ucapkan Cindy.

"Tidak bisakah kau menahannya hingga nanti malam Doc?" Ada nada jengah di antara suara Blake.

Cindy mengerutkan dahi mendengar Blake menyebut nama seseorang. Mengintip ke samping melalui bahu Blake, Cindy melihat Samuel berdiri dengan seorang wanita yang sangat cantik sekali tapi memiliki aura yang menakutkan sedang berdiri di dalam bar. Posisi keduanya sangat dekat dan... Intim? Dengan tubuh Samuel yang terjepit di antara meja dan wanita itu, wajah Cindy merona melihatnya.

Trapped In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang