Cindy berdiri di depan ruangan yang baru saja ditempati David untuk beristirahat. Matanya menatap punggung David yang berjalan menuju ke ruang sidang. Tatapannya nanar dan entah kenapa ada kesedihan yang teramat dalam dan membuatnya sesak.
Doc berdiri di belakang Cindy, cukup jauh namun masih mampu mengamati tubuh wanita muda itu. Menatap tajam ke arahnya. Doc menggerakkan sedikit kepalanya ke samping kiri Cindy, tak jauh dari wanita itu berdiri. Seseorang tengah berdiri tegap mengamatinya. Seorang laki-laki dengan aura yang terlihat begitu menakutkan. Kedua tangan kekarnya mengepal erat dengan pandangan yang mengunci keberadaan Cindy.
Cindy tak menyadarinya. Bahwa kini wanita itu tengah dipenjara oleh tatapan kelam seorang pria yang memujanya. Blake.
Doc menggelengkan kepala melihat kedua insan manusia beda kelamin yang berdiri di depannya. Mengamati keduanya, membuat hatinya kesal. Namun juga merasa sedih untuk mereka. Menghela nafasnya berat, Doc hendak beranjak mendekati Cindy namun sebuah lengan mencengkeram bahunya. Doc menoleh cepat, terlihat Samuel menatapnya tajam dan menggelengkan kepala.
Cindy menundukkan wajahnya tepat ketika David memasuki ruang sidang. Dan ketika pria itu hendak memasukinya, ia menoleh ke arah Cindy dan tersenyum. Cindy yang terpaku, tak sanggup memberikan senyuman balasan untuk David. Dan pria itu pun menghilang dari hadapannya.
Sungguh saat ini Cindy merasa di pukul dengan keras oleh sesuatu yang berat namun tak kasat mata. Meremas-remas jemarinya, Cindy menatap kesana. Seperti jemari itu, hatinya pun terasa teremas. Sesak.
Berfikir dan berfikir. Waktu yang dinantikannya semakin menipis. Ia tahu bahwa hari ini David akan dibebaskan. Dan bagaimana nanti malam ketika David meminta hak nya? Apa yang akan di katakannya? Apa yang akan menjadi alasannya? Tanpa sadar Cindy memijit pangkal hidungnya. Pusing.
Blake berdiri terpaku. Menatap untuk terakhir kali kekasih sementaranya. Kekasih sepekannya. Pujaan hatinya. Ada panas terasa saat dilihatnya tadi David memberikan kecupan di atas dahi Cindy ketika keduanya berpisah tepat di depan ruang istirahat khusus.
Hatinya sakit dan merasa marah. Sangat marah. Hingga membuat sekujur tubuhnya terasa dingin, menggigil karena amarah.
Dia milikku. Dia milikku. Dia milikku!
Cindy mengangkat kepalanya saat seseorang menepuk bahunya, Doc berdiri disana dan menatapnya tajam. Cindy memeluknya dengan cepat dan jika saja Doc tidak memiliki kekuatan di atas rata-rata wanita pada umumnya, dia pasti jatuh terjengkang. Cindy menubruknya begitu saja. Melemparkan tubuhnya dalam pelukan Doc dan menangis disana. Di atas bahunya dan menumpahkan segala kesedihan yang entah kenapa begitu merangsek keluar.
Melihat Doc, seolah melihat Blake. Karena dari Blake, ia mengenal Doc.
Doc menoleh ke samping, menatap Blake yang masih tak mau keluar dari balik pilar raksasa yang dengan cermat menyembunyikan tubuh besarnya. Menatap Blake yang Doc yakini tengah berkaca-kaca, Doc menggeram halus. Sesuatu yang tak pernah dilihatnya.
Berbalik sambil mengusap ujung mata, Blake pergi dari sana. Sebelum melampaui batas pertahanan dirinya untuk tidak menghampiri Cindy dan membawanya pergi.
Doc mengalihkan pandangannya ke arah Samuel yang juga melangkah menyusul putranya. Mengangguk sekilas seolah apa yang Doc lakukan telah benar. Menjadi teman bagi Cindy yang saat ini tengah membutuhkan seseorang di dekatnya. Doc memutar mata, kesal karena harus terlibat dengan drama percintaan dua manusia bodoh. Mereka yang berbuat, kenapa dirinya yang terjerat?
-----
David dinyatakan bebas. Tak sedetik pun pria itu berhenti mengucapkan terima kasih kepada sosok wanita tangguh di depannya. Dominic. Setelah Cindy menceritakan bahwa di belakang status nya yang berubah menjadi saksi, ada campur tangan Dominic.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped In Love
RomanceMencintai seseorang tak ada yang salah. Yang salah adalah bagaimana jika kita mencintai milik orang lain. Sanggupkah terjun ke neraka demi mendapatkan sesuatu? Sebagai pimpinan sebuah organisasi gelap dunia bawah tanah, dengan dominasi dan kekejama...