28

4K 167 10
                                    

"Aku ingin menebus kesalahanku pap." Kata Blake begitu keduanya menempati sofa panjang dalam ruang kerja.

Memutuskan untuk menjauh dari Cindy guna membicarakan kembali rencana mereka membebaskan David dari kungkungan penjara.

"Tidak. Itu bukan kesalahanmu. Itu dilakukan oleh dua orang yang sama-sama mau Josh, dan jika kau lupa, gadis itu dalam pengaruh obat perangsang. Kau malah membantunya semalam. Jika kau tidak membantunya, dia akan tersiksa semalaman. Jadi tidak. Tidak ada yang perlu kau tebus padanya."

Blake menggelengkan kepala. Menyilangkan kaki di atas kaki lainnya. Saat ini keduanya duduk di dalam ruang kerja Blake dan membahas tentang masalah Cindy.

"Tetap saja pap. Aku merasa bersalah. Dia... Cindy... Masih perawan pap. Jadi... Aku memerawani istri orang. Apa yang pap lakukan jika berada di posisiku?"

Samuel membuka mulutnya lebar, terkejut. Blake menganggukkan kepala. Dirinya tahu bahwa ayahnya tak akan percaya.

Mengangkat satu alisnya, Samuel memberikan pandangan ragu.
"Cindy... Masih perawan? Di jaman seperti ini, gadis itu masih perawan di usianya yang terlihat matang? Tidak bisa di percaya."

"Seperti yang kau dengar. Dan jika kau tidak percaya pap, kau salah. Karena aku telah membuktikannya semalam. Itulah yang membuatku semakin merasa bersalah. Jika Cindy mendapatkan perlakuan buruk dari suaminya karena itu, maka aku akan menerima gadis itu kembali. Karena bagaimana pun, aku yang mengambil mahkotanya."

Samuel menggelengkan kepalanya. Blake menatap acuh dan mengendikkan bahu.
"Itu sebagai bentuk pertanggung jawabanku. Aku telah mengambil mahkota istrinya, maka aku akan membantunya. Karena sangat terasa tak adil jika aku hanya berdiam diri saja. Sementara di sana, Cindy menerima segala konsekuensinya sendirian. Semoga saja suaminya tidak tahu jika Cindy sebenarnya masih perawan saat dia keluar nanti."

"Dan kau akan menerimanya begitu saja? Membiarkan gadis itu kembali pada suaminya?"

Blake menundukkan kepala. Ada beban yang di pikul otaknya. Beban kehilangan.

"Lalu apa yang harus aku lakukan? Merampasnya? Merebutnya? Seperti yang kita lihat tadi. Cindy bahkan meminta tolong untuk pembebasan suaminya padaku. Bahkan jika aku tidak menolongnya sekalipun, dia akan mencari pengacara demi membela kasus suaminya. Itu menandakan bahwa dia akan kembali pada pernikahannya, apapun yang terjadi."

"Ckckck.. aku tidak bisa mengatakan apapun mengenai ini Josh. Jadi, apa yang akan kau rencanakan nantinya?"

Blake menghela nafas panjang. Melipat bibir ke dalam dan berfikir.
"Kita akan memainkan sebuah skenario. Katakanlah, bahwa Ruccus salah mengenali orang. Atau bisa dikatakan bahwa barang yang dijualnya bukanlah kokain tapi tepung dan polisi salah mengenali kedua barang itu."

"Kita bisa membayar berapapun untuk menciptakan saksi palsu pap." Lanjut Blake.

Entah apa yang telah dipikirkan putranya, Samuel hanya mampu menatap dengan pandangan simpati. Sebesar itu kah perasaan Blake, samg pemimpin dunia gelap kepada seorang wanita yang baru dikenalnya.

"Aku berhutang banyak pada Cindy. Bahkan bantuan ini hanya seujung kuku untuknya. Nyawaku pun akan ku pertaruhkan untuknya jika diperlukan. Karena sudah sejak lama nyawa ini miliknya."

Menghembuskan nafas panjang, "jika itu menurutmu yang terbaik, maka lakukan Josh. Aku akan mendukung semua tindakanmu. Kita akan kembali bermain-main dengan hukum di kota ini. Kau tahu, itu hal yang mudah. Aku lebih mengkhawatirkan hatimu Josh, daripada uangku."

Blake tersenyum tipis, miris.
"Hatiku akan baik-baik saja pap. Selama Cindy dalam keadaan yang sama pula. Lagipula di satu pihak, katakanlah aku kejam, jahat dan egois. Aku menang. Aku mendapatkannya untuk yang pertama. Bagaimana aku bisa tidak lebih berbahagia karena ini pap? Aku menanamkan pikiran ini pada otakku, bahwa percintaan kami semalam merupakan hadiah dari Tuhan."

Trapped In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang