35

2.7K 169 33
                                    

David memeluknya, erat. Dengan sepenuh perasaan yang dirinya miliki. Kerinduan karena berjauhan dengan seseorang yang berstatus sebagai istrinya. Hingga tanpa sadar, genangan airmata membasahi bahu Cindy.

Cindy merasakan basah di atas gaunnya. Memejamkan mata dan membalas pelukan David walaupun tak seerat pria itu. Menyalurkan penyemangat lewat pelukannya.

"Maafkan aku.. Maafkan aku." Bisik David di sela isaknya.

Terharu, Cindy tak kuasa menahan tangisnya. Menganggukkan kepala tanpa kata dan membelai punggung David berirama.

Dalam pelukannya, Cindy merasakan sedih. Lingkar tangannya memindai bahwa tubuh David terasa lebih kurus dibandingkan sebelumnya. Hanya sepekan dan berat tubuh suaminya telah banyak berkurang. Dadanya terasa sesak, kesedihan menyesakinya.

Perlahan David menarik tubuhnya menjauh dan memegang kedua bahu Cindy dengan erat. Menatap lekat di seluruh bagian wajah cantik istrinya. Kesedihan dan kepedihan membayang di binar matanya. David merasa bersalah.

"Cindy... Sayangku. Istriku. Maafkan aku.. Maafkan aku." Kembali Dave memeluknya. Lebih erat, sangat erat. Cindy merasakan sesak menerima curahan hati Dave yang membara. Sesak karena sedih melihat kondisi Dave yang jauh dari kata baik-baik saja.

Dave berubah dengan drastis. Walaupun tak mengurangi ketampanannya, namun tubuhnya yang atletis dulu kini menyurut cepat.

"Dave... Aku baik-baik saja. Aku baik-baik saja." Bisik Cindy menguatkan.

Dave menggelengkan kepalanya tak percaya. Masih dalam pelukannya. Dave terus mengecupi ujung kepala Cindy dan terus menggumamkan kata maaf.

"Dave.. Sudah. Kita tidak bisa terus menerus seperti ini. Waktu terus berjalan. Kau harus makan. Jam istirahatmu hanya sedikit.." Cindy mencoba menarik tubuhnya perlahan dan berhasil. Dave melepaskan pelukannya.

Dave menangkup rahang Cindy dengan kedua telapak tangannya yang lebar. Memindai mata, hidung, pipi, dan bibir Cindy. Terpaku disana, dibibir merah istrinya. Seketika kerinduan menggulung dan membuatnya tak mampu menahan lebih lama.

Dave menciumnya, menempelkannya sesaat. Menariknya sebentar dan menunggu sedikit lebih lama seolah menahan gairah yang tiba-tiba saja mendobrak hasrat alaminya. Kemudian mencium kembali bibir Cindy saat tak melihat penolakan apapun darinya.

Kali ini dengan lebih cepat, mendalam dan memburu. Kerinduannya begitu menggebu. Cindy tak mampu mengimbangi. Dave terus menyerang bibirnya. Seolah hendak menelan bulat-bulat bibir merahnya. Cindy menutup mata dan membiarkan Dave melepaskan segala kerinduannya.

David mendorongnya ke belakang hingga pantatnya menabrak pinggiran meja. Dengan sigap dan tenaga yang cukup besar, David mengangkat tubuh Cindy dan mendudukkannya di pinggiran meja. Dengan kedua kaki yang membuka lebar, Dave merangsek masuk dan berada di antara kedua kaki Cindy. Dalam setiap hisapan bibir dan permainan lidahnya, Dave menggeram. Cindy tak mencoba menghentikan apalagi melarang. Karena itu adalah hak Dave sebagai suaminya.

David mengecap, menghisap dan mengulum dengan lekat. Tak mempedulikan Cindy yang kini hampir kehilangan nafasnya. Bersyukur di tengah pagutan David yang menuntut, terdengar suara dari bawah. Keduanya terpaku, membeku. Perlahan David melepaskan bibir Cindy dengan perasaan malu. Dan ketika keduanya saling beradu pandang, keduanya tertawa bersama.

"Sepertinya perutku protes." David menyeringai.

"Aku sudah bilang, kau harus makan dulu Dave. Lihat, waktu istirahatmu semakin berkurang." Tawa kecil lolos dari bibir Cindy yang membengkak.

"Aarghh... Seandainya perutku tak membuatku malu seperti ini, aku tak ingin melepaskanmu."

Mendorong pelan dada David, Cindy berusaha turun dari meja dan mengajak pria itu duduk di kursi.

Trapped In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang