02

8K 249 2
                                    

Tinggal di sebuah pemukiman dalam sebuah desa di negara bagian Texas, Cottonwood. Sebuah pemukiman kecil namun telah lengkap sarana dan prasarana nya. Cindy bekerja di salah satu supermarket yang tidak terlalu besar di daerah itu. Beruntung majikannya, pemilik supermarket nyonya Madison seorang janda tua tanpa anak itu memberikan waktu untuknya pulang lebih dulu, karena Cindy harus mengejar waktu agar tidak terlambat masuk kerja di sebuah rumah makan milik Bob.

Cindy bekerja di dua tempat dalam satu hari. Demi mendapatkan pemasukan untuk pengobatan sang adik. Bob sedikit keras dan disiplin pada para karyawannya karena dirinya ingin memberikan pelayanan yang terbaik dalam melayani para pelanggan.

Dan nyonya Madison yang mengenal watak keras Bob bisa memaklumi keadaan Cindy yang sedang berjuang mencari uang untuk adiknya. Tak jarang, nyonya Madison memberikan upah lebih untuk Cindy. Dan hanya itu yang bisa dilakukannya untuk membantu gadis malang itu.

Cindy memasuki ruangan adiknya dirawat. Melihat beberapa suster telah membantunya berkemas. Cindy tersenyum miris.

"Kak... Aku sudah boleh pulang?" Tanya Keyra lemah namun ada binar dimatanya.

Cindy memalingkan wajah dan menatap adiknya dengan senyum lebar. "iya. Kamu boleh pulang. Kata dokter Ray, kamu bisa berobat jalan. Gimana? Seneng gak?"

Keyra menganggukkan kepalanya. "Seneng banget kak. Makasih ya kak. Kakak udah sabar banget nemenin aku dirumah sakit. Bolak balik dari rumah kesini. Padahal jaraknya jauh. Sekarang aku bisa tetap dirumah, menunggu kakak pulang. Aku kangen rumah kak."

Cindy menggapai kedua tangan adiknya. Ditautkannya menjadi satu dan digenggamnya erat. "Tidak ada sesuatupun yang akan kakak lakukan jika itu bukan untuk kamu. Kamu permata kakak. Dan buat kamu, kakak akan berikan yang terbaik. Jadi, kamu harus semangat sembuh ya."

Keyra mengangguk pasti dengan wajah pucatnya. Cindy melihat ke atas dan melihat bagaimana gadis itu mengenakan beanie yang terbuat dari wol demi menghangatkan kepala dan menutupi kepala plontosnya. Rambut Keyra telah habis karena rontok. Disebabkan bahan kimia yang memasuki tubuhnya dan menyebabkan rambutnya rontok hingga tak menyisakan satu helai pun.

Cindy membelai pipi Keyra dan menciumnya, memeluknya dengan erat seolah tak ingin ditinggal.

"Kak... Ses...sak..." Keyra terbata mengatakannya. Cindy terkejut dan seketika melepaskan pelukannya.

"Kakak... Mena..ngis..." Keyra terhenyak melihat lelehan air mata dipipi Cindy. Keyra menatap mata Cindy bergantian. Kemudian tangannya terulur mengusap. Namun gadis itu menutupi kesedihannya dengan tersenyum.

"Kakak bahagia. Akhirnya kamu pulang." Cindy tertawa lebar.

"Kalian sudah siap?" Suara dokter Ray menggema di ruangan. Kedua gadis itu menoleh serentak. Dokter Ray mengulas senyum tipisnya dan menatap sedih. Andaikan ada yang dia lakukan.

Keyra menganggukkan kepala lebih cepat dari Cindy, Cindy menoleh ke arah Keyra dan tertawa kecil.
"Dia lebih siap dari aku dok."

"Kalau begitu... Selamat jalan. Biarkan sopirku yang mengantar kalian sampai rumah. Kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk menghubungi ku."

Cindy hendak menolak kebaikan terakhir dokter Ray, tapi melihat kondisi Keyra, mau tidak mau dia harus menerima. Dan mengucap terima kasih sebagai balasannya.
"Terima kasih dok atas kebaikannya."

"Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk kalian. Bahkan bisa dibilang itu bukan sebuah bantuan. Maafkan aku."

Dokter Ray pun berlalu dari sana. Tak sanggup menahan rasa pedih menatap kedua kakak beradik itu. Hatinya pun ikut menangis. Tapi apalah daya, karena rumah sakit ini ada yang memilikinya. Dan itu bukan miliknya. Mengusap basah disudut mata, dokter Ray berjalan menuju ke ruangannya. Dan sesampainya didalam, entah kenapa tiba-tiba ingin sekali menghancurkan tempat ini dan pergi dari sini. Dokter Ray membuang semua barang yang berada di atas mejanya. Dan berteriak. "Aaakkhhh!!"

Trapped In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang