04

5.5K 223 1
                                    

Cindy kembali ke tempat Bob sesuai janjinya. Dan bahkan lebih awal dari yang dijanjikan. Tentu saja Bob sangat senang sekali. Cindy yang baru saja datang segera ditugaskan Bob menjaga di depan. Menunggu tamu besar yang juga belum datang. Melihat wajah Cindy yang berbinar-binar dan sebuah cincin melingkari jari manisnya, Bob seketika tahu bahwa kebahagiaan mendatangi gadis itu. Bob pun ikut senang dan mengucapkan selamat tanpa suara. Cindy tersenyum malu.

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya tamu yang ditunggu telah datang. Cindy mengucapkan salam selamat datang dengan wajah berbinar. Tapi seketika terdiam ketika dilihatnya beberapa wajah sangar memasuki ruangan kerja. Wajah muram dan tak bersahabat menjadi pemandangannya malam ini. Dan keterkejutannya di sadari oleh Bob, berbisik dengan nada tajam, Bob mengingatkan Cindy untuk tetap bersikap profesional. Cindy pun tersadar dan meminta maaf. Melanjutkan kembali sapaannya dan menyilakan tamunya untuk duduk.

Cindy tak percaya dengan yang dilihatnya saat ini. Seolah melihat film tentang sekelompok mafia yang sedang melaksanakan pertemuan gelap. Mereka menggunakan pakaian yang jauh dari kata rapi. Menggunakan gelang dan kalung yang sangat besar. Menggunakan pakaian yang terlihat norak menurut pandangan Cindy. Memperlihatkan sikap sombong dan angkuh. Seolah menunjukkan pada dunia bahwa mereka berkuasa. Cindy sangat membenci manusia-manusia seperti itu.

Mereka meletakkan pantat di sembarang tempat. Meletakkan kursi sesuka hati, duduk di atas meja sembarangan. Cindy melirik atasannya dan Bob hanya mengerutkan dahi serta memberikan isyarat seolah berkata "biarkan saja, tamu adalah raja".

Cindy mendengus tanpa sadar melihat sekelompok orang itu. Berfikir apakah mereka sekelompok organisasi gelap dan terlarang? Di dunia Cindy yang damai dan netral. Tak pernah sekalipun Cindy melihat orang-orang seperti mereka. Hanya di layar televisi yang kebetulan menayangkan film tentang mafia.

Mereka tak menggubris keberadaan Cindy yang menyambut. Bahkan mungkin tak melihatnya. Karena saat Bob menyuruhnya untuk menanyakan menu yang diinginkan, mereka bahkan tak menoleh sedikitpun kepada Cindy. Sekali, dua kali bahkan tiga kali Cindy menanyakan. Tapi mereka asyik berbincang seolah suara Cindy yang menegur mereka seakan angin yang bergoyang.

Cindy melirik ke arah Bob dan memberikan tatapan penuh pertolongan. Tapi Bob hanya memberikan isyarat lewat lambaian tangan untuk Cindy tetap bertanya kepada mereka. Cindy yang kesal dan sangat jengkel menarik nafas dengan panjang. Kemudian mendapatkan ide yang bahkan hanya sepintas lalu memasuki kepalanya yang kecil itu.

"MAAF TUAN. ANDA MAU MEMESAN APA?!" Suara Cindy yang menggelegar membuat suara yang bising di dalam ruangan seketika terdiam. Mereka menatap Cindy dengan pandangan ingin membunuh. Cindy merasa pucat pasi melihatnya. Seketika darah berhenti mengaliri kepalanya. Sialan.

Bob yang terkejut melihat sikap Cindy yang bisa dibilang tidak sopan segera memejamkan mata. Karena dirinya pun kini merasa ketakutan mengaliri wajahnya. Entah apa yang akan terjadi pada karyawannya itu dan bahkan terhadap dirinya selaku pemilik.

"Well... Well... Well... Siapa gadis yang berani memarahi kalian ini hingga membuat kalian terdiam?"

Sebuah suara yang berat dan dalam terdengar di telinga Cindy. Suara yang berasal dari belakang tubuhnya. Mendengar suara itu, membuat Cindy memutar otaknya seketika. Karena entah bagaimana dia mengenali suara itu. Tapi kapan dan siapa? Benak Cindy bertanya-tanya.

Cindy melihat sekumpulan orang itu segera berdiri dan menundukkan tubuh. Sekitar hampir 20 orang didalam ruangan itu. Dengan tubuh yang besar-besar, membuat ruangan makan menjafi kecil. Dan melihat bagaimana para pria-pria mengerikan itu memberikan hormat dengan menundukkan tubuh mereka, membuat Cindy berfikir bahwa pria yang menegurnya bukanlah prua biasa. Bisa jadi, dia adalah ketua mereka. Cindy bergidik memikirkannya.

Trapped In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang