37

2.9K 174 36
                                    

Cindy memejamkan matanya dengan erat, tubuhnya bergetar di bawah belaian David yang semakin intim. Jantungnya berdetak kencang. Ada rasa tak nyaman merayapi hatinya. Sesuatu, sesuatu yang terasa janggal. Seolah dalam tubuhnya ada tangan tak kasat mata yang ingin menolak semua sentuhan suaminya.

Menelan ludah, Cindy mencoba merayu diri untuk tetap menerima semua sentuhan tangan dan belaian David di atas tubuhnya. Nafasnya berkejaran, bukan karena gairah tapi rasa tak nyaman yang terus menyerang.

Sial. Sial. Sial. Kenapa aku seperti ini? Oh Tuhan, kutuklah aku.

David mengecup bahu telanjang Cindy yang terbuka. Tangannya bergerilya di seluruh bagian yang mampu di jangkaunya. Meremas disini, membelai disana dan meremas kembali. David merasakan gairahnya begitu besar.

"Da-dave... Dave... Tu-tu-tung-tunggu.." Bisik Cindy di tengah kesibukan David yang mencumbu lehernya.

"Heemm..." Jawab singkat David sambip terus mencium dan menyesap kulit halus leher jenjang Cindy.

"Ak-ak-aku belum man-mandi.." Cindy berusaha mendorong bahu David yang terus merangseknya ke dinding kamarnya.

Keduanya saat ini telah berada di dalam kamar. Cindy yang tadi mendapatkan serangan ciuman panjang nan dalam, di bopong David dengan kedua tangannya setelah meletakkan kotak minuman yang tadinya berada di kedua tangan Cindy di atas konter dapur begitu saja.

Cindy yang sudah bisa memperkirakan apa yang akan terjadi selanjutnya hanya mampu terdiam dan menurut saja.
David terlihat sangat bernafsu dan bergairah. Hal yang mestinya telah dilakukan keduanya sepekan lalu setelah terikat dalam janji suci pernikahan, baru bisa mereka lakukan setelah penderitaan yang panjang. Maka Cindy tak mampu membantah apalagi menolak.

Tapi... Ada hal yang membuat Cindy seolah merasa enggan melakukan itu. Kenapa? Ada apa? Cindy merutuki dirinya sendiri. Karena Cindy tahu apa jawabannya. Karena sentuhan yang pertama kali di rasakannya adalah sentuhan laki-laki lain. Blake.

Mengerang, Cindy mendorong tubuh David dengan sekuat tenaga. David menjauh dengan wajah memerah. Gairahnya menguasai dan merasa kesal karena Cindy menegurnya tak henti-henti.

"Kumohon Dave. Ijinkan aku untuk membersihkan diri lebih dulu. Aku... Aku merasa kotor." Bisik Cindy tepat di depan wajah David.

"Kau bisa melakukannya nanti sayang, setelah kita melakukan ini. Toh nanti kau juga kotor lagi." Dengus David.

David hendak menyurukkan kepalanya lagi, tapi Cindy menahannya. Lagi.

"Please... Berikan aku waktu..." Cindy mengiba.

David menjauh dengan wajah kesal.
"Baiklah. Baiklah. Pergilah bersihkan dirimu sebersih mungkin. Dan kembali lagi kesini. Tapi jangan lama-lama. Aku sudah tidak bisa menahannya lagi. Kau tahu berapa lama kita menunda ini?"
David mengerucutkan bibirnya kesal.

Cindy tersenyum, "Kau bisa menahannya sepekan, tapi kenapa 30 menit saja kau tidak bisa? Ayolah Dave, berikan aku waktu untuk membersihkan diriku juga. Kau sudah segar dan wangi, aku jadi tidak nyaman karena belum mandi. Dan-dan ada yang ingin aku bicarakan lebih dulu. Jadi, kumohon... Berikan aku sedikit waktu. Hanya 30 menit, tidak lebih. Please.." Wajah Cindy mengiba, membuat David tak bisa apa-apa selain memberikan inginnya.

Ya, 30 menit saja. Dan setelah itu dirinya akan menikmati tubuh istri barunya semalaman suntuk. Kenapa tidak dengan memberikannya waktu sesedikit itu untuknya? David menganggukkan kepala dan mundur menuju ke ranjang lalu duduk disana. Memberikan tanda dengan melambaikan tangan mempersilakan Cindy menuju ke kamar mandi.

Cindy menyeringai lebar, mendekati David lalu mencondongkan tubuhnya dan mendekatkan wajah keduanya. Mengecup pipi David dan berbisik, "tunggu aku Dave. Aku hanya sebentar."

Trapped In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang