13

3.9K 161 6
                                    

Cindy berjalan menyusuri koridor penginapan. Hotel berbintang lima yang dipesan khusus David melalui sekeretarisnya. Jika tadinya saat memasuki bangunan mewah itu Cindy tidak menyadari betapa mewahnya hotel ini, maka saat ini entah kenapa hiasan dan pernak pernik yang tergantung maupun menempel di dinding dan di sekitarnya menggoda mata Cindy untuk mengamati. Lampu hias yang menggantung di sekitar koridor maupun yang menempel ditiap atas pintu kamar hotel, mempesona mata Cindy yang tidak pernah melihat bentuk dan ukiran lampu secantik itu.

Kehidupannya sungguh berubah total. Dirinya yang selalu merasa kesulitan selama ini kini seolah kesulitan itu hilang dan sirna secepat cahaya. Seolah debu yang tersapu angin. Sehingga kesulitan dan kesakitannya tak terasa lagi.

Ya, David adalah malaikatnya. Pria itu sangat bertanggung jawab. Bahkan sebelum keduanya resmi menikah dan menjadi sepasang suami istri. Tapi David melakukan tugas seorang kepala rumah tangga dalam hidupnya. Bahkan hutang-hutang keluarga yang menumpuk, dalam sekejap mata di lunasi. Jika teringat kejadian itu, Cindy merasa malu sekali. Tapi David meyakinkannya bahwa pria itu tidak hanya mencintai dirinya namun juga hidup dan lingkungannya.

Dan ibu David adalah orang yang sangat bijaksana. Mendukung semua keputusan anaknya. Cindy tidak tahu harus berkata kurang beruntung apalagi dirinya.

Seharusnya Cindy merasa bahagia atas segala kekayaan yang telah didapatkannya dari David dan bagaimana dirinya kini mampu membawa adiknya untuk satu langkah ke depan mengenai penyakitnya. Tapi, hati Cindy merasakan sebaliknya, hatinya merasakan sebuah kepedihan semenjak meninggalkan tempat Blake. Seandainya tidak teringat akan status yang telah disandangnya, tentunya saat ini Cindy akan memilih menemani pria rupawan itu untuk menceritakan jalan hidupnya. Dan disela-sela ceritanya, Cindy akan menyentuh surai rambut Blake yang terlihat menggoda untuk dibelai. Rambut Blake yang terlihat mulai panjang pasti sangat pas dalam genggamannya.

Omong-omong mengenai keberuntungan, Cindy teringat pembicaraannya dengan Blake sebelumnya. Bagaimana akhirnya pria itu menilai segala sesuatu yang berhubungan dengan kasih sayang, perhatian dan pertolongan selalu dihubungkan dengan sejumlah bayaran uang. Lalu, bagaimana Blake dulu menghabiskan masa kecilnya? Bagaimana lingkungan telah mendidiknya sekeras itu? Bagaimana pergaulan disekitarnya telah menempa pribadinya seburuk itu?

Cindy mendesah panjang. Dibalik semua kesulitan hidupnya, Cindy merasa hidup Blake terlihat lebih sulit dari dirinya. Dan saat melihat kesakitan terpancar di tiap sudut hati Blake, Cindy ingin sekali merengkuh tubuh kekar itu dan memeluknya erat. Ingin membantunya mengurangi dan melewati masa-masa suram. Cindy berdecak, memang siapa dirinya?

Dan mengingat hal itu, membayangkan sosok wanita lain yang nantinya mendampingi Blake menghabiskan hari-harinya, terselip rasa tak nyaman di hati Cindy.

Aarrgghh!!!

Cindy menggelengkan kepalanya keras-keras. Membuang pikirannya yang tak waras. Sampai di depan pintu kamar, Cindy membuka pintu menggunakan kartu kamar yang tadi dibawanya. Membukanya dan melihat suasana sunyi di dalam kamar. Tidak ada suara yang terdengar dari dalam. Bahkan terasa sangat sepi. Berjalan menuju balkon, Cindy melihat dua orang terdekatnya saling terdiam. Mengerutkan dahinya, Cindy merasakan sebuah atmosfir yang aneh disekitarnya. Keduanya terlihat sangat kaku dalam posisi duduk seperti itu.

Dan seingat Cindy tadi, adiknya duduk di seberang bukannya di sebelah David kan?

"Hai... Aku datang... "

Keyra dan David seketika menolehkan kepala mereka. Terlihat berlebihan memang karena tindakan mereka yang seolah terkejut mendengar sapaannya.

"Ka...kakak kau sudah datang?" Keyra segera berdiri dan menyambut Cindy.

Trapped In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang