32

3.4K 178 31
                                    

Hembusan nafas yang hangat menerpa lehernya. Cindy menatap ke pantulan dimana Blake mendekapnya erat. Menyembunyikan tubuhnya yang terlihat kerdil ke dalam kedua lengan kekar yang melingkari tubuhnya yang ramping.

Dan melihat bayangan itu, membuat pipinya merona, karena dari tempatnya berdiri, pemandangan itu terlihat intim.

-----

Cindy membuka matanya perlahan. Bukan karena bangun tidur, tapi hanya mengistirahatkan mata sejenak. Setelah semalaman tak bisa memejam, hanya berada dalam rengkuhan hangat nan kuat Blake yang terus menemani hingga matahari muncul. Tanpa kata, tanpa suara. Hanya hembusan nafas yang terdengar.

Karena cukup bagi keduanya membagi rasa hanya dengan mengaitkan lengan dan membiarkan hati saling berbicara.

Teringat kembali kala Blake melepaskan pelukannya, seolah ada kosong yang terasa. Tapi ternyata, jemari Blake mengait jemari-jemarinya dan menariknya perlahan. Cindy tak bertanya karena ingin tau kemana ini akhirnya.

Cindy melihat ke depan dan ternyata Blake membawanya ke arah sofa. Blake lebih dulu duduk menghadap ke arah halaman luar, Cindy bergeming masih berdiri. Mengerutkan dahi, lalu kemudian mengerti apa yang diinginkan Blake.

Dengan ragu Cindy pun duduk, takut jika ternyata keputusannya itu salah, tentu membuat malu.

Tapi, tidak. Blake menatap jauh ke dalam pandangan gadis itu hingga jantung Cindy semakin berdetak kencang. Pria itu menarik lembut tangan Cindy lalu menempatkan tubuhnya tepat di depan Blake. Sofa yang cukup besar untuk keduanya walaupun dengan posisi yang begitu dekat, bahkan menempel erat.

Cindy memejamkan mata sembari menekan dada yang terus berdebar. Blake memposisikan tubuh Cindy tepat di tengah kedua kakinya. Kaki Blake yang panjang mengunci tubuh Cindy yang kecil. Dengan sedikit gerakan mendorong ke belakang, Blake membawa kepala Cindy bersandar di dadanya. Tak lama kemudian, Blake melingkari bahu gadis itu dengan kedua lengan dan menghembuskan nafas lega. Sungguh posisi yang menyenangkan bagi Blake.

Punggung Cindy yang hangat menempel pada dada Blake yang berdebar kencang, rambut Cindy yang menggerai tercium wangi buah yang segar. Blake mencium pelipis Cindy tanpa bertanya, seolah itulah hal yang paling tepat dilakukannya.

Debar jantung Blake seakan menembus hingga ke dada Cindy. Debar kencang  mengisi tubuh keduanya seirama. Cindy mencoba bersikap santai namun gagal. Takut sekali bergerak walaupun sedikit karena tak mau Blake merasa berat karena seluruh tubuhnya menumpu pada tubuh Blake. Tapi sikap Blake yang semakin intim, membuat Cindy melupakan sikap kakunya dan terbuai.

Lengan Blake semakin erat memeluk bahkan kini satu lengan menyusup ke depan perutnya, membuat tubuh keduanya semakin melekat walaupun masih ada helai pakaian sebagai batasnya.

Beberapa kali Blake menyusupkan kepalanya diantara ceruk leher Cindy yang wanginya membuai jiwa pria itu melambung tinggi. Menentramkan dan menyenangkan. Cindy pun mulai terbiasa dengan sikap Blake yang suka mengendusi lehernya. Walaupun ada geli yang terasa.

Hingga malam terus beranjak tinggi, keduanya tak bergerak sedikitpun dari sofa. Karena malam ini tanpa suara dan tanpa kata, keduanya mampu menyuarakan hati masing-masing.

Dan ketika matahari mulai muncul, Cindy menggerakkan tubuh, mengurai pelukan dan menjauh. Saat Cindy mulai beranjak, pergelangan tangannya ditahan oleh Blake. Cindy menoleh dan menatap mata Blake yang penuh dengan permohonan. Cindy menghela nafas pelan, tatapannya bergerak ke arah dimana Blake menahannya. Cindy menariknya perlahan, Blake menolak dengan terdiam. Cindy mengangkat pandangannya dan menatap Blake sesaat lalu menggelengkan kepala.

Blake pun mengalah. Tanpa harus menunggu dilepaskan oleh Cindy, Blake menarik tangannya sendiri dan membiarkan tubuh gadis itu menjauh berjalan menuju ke dalam kamarnya. Ada rasa kehilangan yang terasa bahkan tenggorokannya terasa kering.

Trapped In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang