Cindy.
Aku menatap ke depan dimana pria yang terlihat sedikit menyeramkan untukku itu mempersilakan aku untuk memasuki tempat itu. Tidak, bukan sedikit. Tapi memang terlihat menyeramkan. Seolah terlihat ingin menelanku hidup-hidup.
Jantungku berdebar, sangat kencang malah. Tapi aku harus melakukannya dan tak perlu memikirkannya berulang kali.
Ini adalah keputusanku. Pilihanku.
David sedang menungguku disana, didalam sana. Ditempat yang tak pernah terpikirkan olehnya akan pernah ditempatinya. Aku bisa melihat kesakitan itu. Walaupun David berusaha menyembunyikannya, tapi dia tak mampu menyembunyikan dari pandanganku yang mengenali sorot mata kesedihan dan kesakitannya.
Aku mengenalnya, karena aku pernah berada di dalam posisi yang menurutku sangat di bawah. Mengenalinya karena aku tahu bagaimana rasanya saat terpuruk dan tak mampu merasakan apapun selain kesedihan dan ketidakmampuan dalam memilih situasi selain menjalaninya.
David, pria baik hati yang kaya raya. Tak akan pernah bisa berfikir jernih jika dia terlalu lama didalam sana. Dan itu terlihat jelas dalam sorot matanya.
Tidak. Aku tidak bisa hanya memikirkan diriku sendiri. Lagipula aku juga pernah dalam situasi yang tak bisa memilih seperti ini.
Aku harus mampu dan mau melaluinya.
"Nona, apa kau hanya akan berdiri disana? Kalau kau tidak jadi masuk dan menemui bos kami, aku akan menutup pintunya. Dan jika suatu hari kau datang lagi, aku sendiri yang akan menyeretmu menjauh dari sini. Kau mengerti?!"
Pria itu membuatku takut, tapi aku mampu mengatasi ketakutanku. Meskipun ada ragu yang menyelimuti hatiku. Aku mengangguk dan bergegas berjalan sebelum pria itu berubah pikiran.
"Nyonya muda tunggu!"
Tinggal selangkah aku didepan pintu besi itu saat mendengar sopir keluarga David memanggilku. Aku berbalik dengan cepat dan melihat ada sorot khawatir disana.
Aku menoleh ke arah pria sangar yang sedang menungguku di depan pintu.
"Maaf, tunggu sebentar. Hanya sebentar. Tolong jangan tutup pintunya."Tanpa menunggu jawaban, aku bergegas mendekati sopir David dan mengatakan padanya dengan cepat bahwa aku akan baik-baik saja. Aku juga mengatakan untuk meninggalkanku saja karena aku tidak tahu akan berapa lama di tempat ini. Lebih baik dia pergi untuk melakukan hal yang lebih penting daripada menungguiku yang tak aku tahu kapan selesainya.
Dengan berat hati, karena kasihan atau karena tanggung jawabnya yang harus memastikan bahwa aku dalam keadaan baik-baik saja, akhirnya sopir David pun mau mengikuti saranku.
Dengan senyuman yang aku tahu terlihat menyedihkan, tak mau berlama-lama aku pun segera berbalik dan dengan sedikit mengangkat bawah gaunku, aku melintasi pintu besi dengan cepat tanpa menoleh lagi.
Karena aku takut akan merubah keputusanku dan meninggalkan tempat yang... Oh Tuhan. Besar sekali bangunan di depanku itu. Terlihat begitu megah dengan pilar-pilar tinggi yang menyangganya.
Bibirku menganga lebar, mataku membuka tak percaya. Ini bahkan lebih megah dari rumah David dan keluarganya. Seperti istana? Walaupun seumur hidupku aku tak pernah melihat istana sungguhan, tapi bangunan ini. Aku tak bisa mengungkapkan apapun.
Berjalan mengikuti langkah pria tadi, kakiku terasa gemetar. Ada perasaan aneh yang menjalari kakiku. Desir aneh yang aku tak tahu apa. Seperti sebuah ketakutan. Tapi memang sedari tadi aku memutuskan, ketakutan ini tak serta merta menghilang. Bahkan kini terasa semakin kuat.
Semoga saja aku tidak pingsan sesampainya di dalam. Semoga.
Mataku berkeliling menatapi patung-patung yang terlihat seperti dewa dewi. Ada hiasan di setiap kepala mereka, hiasan menyerupai lingkaran yang dihiasi dedaunan di lingkarnya. Sepertinya pemilik rumah atau bisa dibilang istana ini menyukai sosok-sosok penghuni istana dongeng Yunani seperti yang pernah aku baca saat dulu ibuku sering mendongengkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped In Love
RomanceMencintai seseorang tak ada yang salah. Yang salah adalah bagaimana jika kita mencintai milik orang lain. Sanggupkah terjun ke neraka demi mendapatkan sesuatu? Sebagai pimpinan sebuah organisasi gelap dunia bawah tanah, dengan dominasi dan kekejama...