Butterfly | Bab 1

1.4K 142 15
                                    

Bab 1. Mimpi

Mati, adalah sebuah petualangan yang amat besar.

Mati, adalah sebuah petualangan yang amat besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Kedua kantung mata itu terbuka dengan cepat, nafas dari si empunya berderu hebat. Kepalanya pusing, tiba-tiba saja ingatan mengenai rasa sakit yang menghancurkan seluruh pembuluh darahnya dengan sesama itu, menggenang di kepalanya. Michelle memegangi dadanya yang sesak.

"Anjing," erangnya kasar. Kepalanya yang sakit, makin terasa saat ia menyadari bahwa yang ia tempati bukankah kamarnya atau ciri-ciri ruangan rumah sakit.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu, Michelle berdeham sekilas. Tak mendapatkan gerakan-gerakan seseorang yang hendak masuk, gadis itu menyentak selimut biru laut yang membalut tubuhnya. Merubah posisinya menjadi duduk.

Aneh.

Tubuhnya ringan seolah tidak pernah melalui kejadian apapun. Kakinya jenjang putih mulus dan tangan yang sehalus poserlin. Michelle menoleh, memperhatikan perabotan kamar yang ia tempati. Semuanya berwarna biru dan cream, gadis itu mengingat-ingat apakah kejadian tabrakan itu hanya sekedar mimpi.

Terdiam.

"Ada orang di luar?" Niat hati hendak memanggil si pengetuk pintu, ia justru di kagetkan dengan suara lain yang keluar dari mulutnya. Michelle menoleh ke kanan dan kiri, mencari asal suara asing tersebut.

Gadis itu beranjak, mengendap-endap mencari si pemilik suara. Tak menemukan siapapun, Michelle menghela nafasnya dengan jengah. "Siapa itu?"

Lagi. Michelle merasa aneh tapi ia tidak ingin ambil pusing dengan segala sesuatu yang sedari tadi mengusik pikirannya. Gadis itu memutar tubuh, kemudian tanpa alasan ia mematung menatap pantulan dirinya di cermin kecil di atas meja belajar. Siapa dia?

Michelle mengangkat tangannya, jantungnya berdetak kencang seiring dengan tangan yang terpantul di seberang kaca itu ikut bergerak mengikuti instruksi. Michelle kembali menoleh ke kanan dan kiri. Kemudian kebelakang dan beralih mengecek cermin tersebut.

Itu benar-benar cermin. Tapi, wajah siapa yang terpantul di sebrang sana? Dadanya bergemuruh, dengan segera ia berlari kencang. Membuka pintu dan melangkahkan kakinya keluar sebelum terdengar suara pecahan hebat yang menyapa pendengarannya dengan cepat.

Michelle menunduk ke bawah, melihat lantai putih dan sepiring makanan yang luluh lantak di bawah kakinya. Ia bisa menebak, jika si pengetuk pintu tadi, adalah tersangka utama kenapa terdapat nampan di depan sini.

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang