Bab 45. Familly Weekend
Orang tua juga membutuhkan orang tua.
•••
Michelle sudah di perbolehkan pulang, dengan syarat harus menjaga kesehatan. Ia di resepkan beberapa obat yang harus di tebus melalui instalasi farmasi rumah sakit. Dan Aris, adalah orang yang disuruh Hanum untuk mengambilnya.
Setelah mendapatkan obat, Michelle tidak langsung pulang. Ia menyempatkan diri untuk menjenguk Bintang bersama Aris dan Kenzo.
Michelle mendapati Dion yang tengah duduk menatap layar ponsel di sofa ruangan. Ia terlihat sangat fokus memainkan game moba. Di sampingnya, Chiko sedang mengobrol ringan bersama Dimas. Tak jauh dari tempat mereka berada, terdapat dua perawat yang berbincang kecil dengan wanita yang mereka kenal sebagai Ibu dari sosok Bintang.
Kursi roda Michelle di dorong tepat di hadapan wanita itu. Ia menunggu beberapa saat sampai perbincangan yang terjadi di depannya berhenti, dan Michelle menjadi atensi dari mata cantiknya.
"Bintang pasti seneng kalau lihat temen-temennya pada peduli sama dia." Wanita itu tersenyum singkat. Ia mengusap ujung matanya yang kembali berair dengan lembut, "saya terlalu cuek sampai gak tau kalau dia sampai minum obat penenang."
Michelle tersenyum kikuk. Rasanya sangat canggung melihat orang dewasa yang tidak ia kenal menangis didepannya.
Kenzo—selaku pria yang membantunya untuk mendorong kursi roda, berdeham singkat mengalihkan suasana. "Bintang pasti sebentar lagi sadar."
Tidak mungkin. Sekali melihatnya pun langsung orang pasti langsung tahu bahwa pendapat Kenzo adalah sebuah kebohongan.
Kondisi Bintang sangatlah buruk. Ia terlihat seperti mumi hidup yang terbaring diatas ranjang kamar VIP rumah sakit.
Wanita itu mengangguk, ia menepuk pundak Michelle dengan hangat. Seolah memberikan semangat positif yang disalurkan melalui kalimat Kenzo barusan.
"Saya titip Bintang sebentar, ya. Tante mau ke kantor polisi sebentar buat ngurusin mobil yang kemarin di tabrak." Setelah mengatakannya, wanita itu langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Michelle maupun Kenzo.
Mereka memandang satu sama lain. Kemudian tatapannya beralih ke tubuh yang dibalut perban di sampingnya. Tanpa melihat layar monitor EKG, kondisi Bintang pun sudah ditebak semakin memburuk.
Michelle menggenggam tangan dingin Bintang. Cukup lama ia berada pada posisi itu, hingga pada akhirnya Aris mengajak Michelle untuk segera pulang atas permintaan Hanum dan Adnan.
Ia menarik nafas panjangnya sekali, kemudian menghembuskannya dengan perlahan. "Gue duluan, ya!" Pamitnya pada lima pria yang berada disana.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
Fantasy[ FOLLOW AKUN PENULIS TERLEBIH DAHULU ] •••• Hidup Michelle Rissana terlalu keras. Jadi, sifat buruk dari dirinya adalah hasil dari sebuah proses rumit yang ia jalani. Tahap-tahap perkembangan itulah yang Michelle jadikan penopang guna menjadi kupu...