Bab 34. Ada Rahasia
•••
"Udah membaik, hmm?" Kenzo meletakkan punggung tangannya tepat di kening Michelle. Pria yang masih mengenakan balutan pakaian sekolah lengkap tersebut menghembuskan nafasnya dengan panjang saat merasakan suhu normal pada gadis itu. "Gue baru tau lo masuk rumah sakit siang ini, itupun setelah gue nanya sama Inez."
"Pantes gue gak lihat lo kemarin." Kenzo menselanjarkan kakinya yang jenjang. Saat ini, mereka tengah berada di gazebo belakang rumah. Cuaca yang bagus, menjadikan tempat itu sebagai pilihan yang cocok untuk bersantai. "Untunglah cuma di rawat sehari semalem."
"Kayaknya gue cuma dehidrasi aja, mangkanya gak lama di rumah sakit." Michelle menjawab singkat. Ia menarik sweater tebal yang terlampir di bahunya yang ringkih.
Tak lagi mendapatkan balasan dari si empunya lawan bicara. Michelle kembali bertanya, "cuma lo nih, yang dateng?"
"Gue dateng sama Dimas, tapi orang itu masih di depan, ngobrol sama Aris."
Mendengar jawaban tersebut, Michelle sontak mendengus, ia memutar kedua bola matanya jengah, kemudian mengumpat pelan, "najis."
"Chiko lagi ada latihan basket sama anak-anak. Kalau Dion, dia sore nanti baru bisa dateng. Bintang, ikut les."
"Bintang ikut les?" Alis gadis itu menukik, "bukannya jam les dia itu malem?"
"Bokap nya masukin dia ke les tambahan." Kenzo mencomot sepotong semangka di depannya. Memakan buah manis tersebut dengan khidmat. "Dia di hajar habis-habisan gara-gara ketahuan berantem sama Dion tempo hari lalu."
Michelle tertawa singkat, "tau dari mana bokap nya kalau Bintang ribut?"
"Mungkin anak-anak yang lain ada yang ngadu ke guru," pria itu menepuk pundak kepala Michelle pelan. Ia tersenyum puas lalu mengatakan, "kalau kemarin lo masuk, mungkin lo bakal di panggil ke BK buat di tanyain kronologinya."
"Ngarang!" Michelle menjawab ketus, "waktu mereka ribut, posisinya gue lagi tidur."
"Tapi kata Argus, mereka berantem gara-gara lo." Kenzo mengangkat kedua bahunya acuh. "Waktu kejadian itu, dia lagi dipanggil guru. Pas banget denger obrolan Bintang sama Dion yang bahas-bahas nama lo."
Kurang ajar sekali.
Mereka melakukan tindak kriminal dengan mengatasnamakan dirinya. Dengan raut bersungut-sungut, Michelle menimpali. "Keadaan mereka parah banget memang. Mata Bintang sampai bengkak, bibirnya sobek, pipinya lebam-lebam. Kondisi Dion pun gak jauh beda."
"Emang, apa yang gue buat sampai mereka bisa berniat saling bunuh gitu?"
Kenzo mendengus sinis. Masih dengan mengunyah semangka di mulutnya—pria itu mengatakan, "yeah, lo harusnya jangan pura-pura tolol dalam keadaan kaya gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
Fantasy[ FOLLOW AKUN PENULIS TERLEBIH DAHULU ] •••• Hidup Michelle Rissana terlalu keras. Jadi, sifat buruk dari dirinya adalah hasil dari sebuah proses rumit yang ia jalani. Tahap-tahap perkembangan itulah yang Michelle jadikan penopang guna menjadi kupu...