Butterfly | Bab 44

133 19 1
                                    

Bab 44. Kasus Bintang

 Kasus Bintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Gadis itu menegak cairan bening di gelas yang ada di tangannya. Ia mengecap lidahnya berulang kali, merasakan pahit dari obat yang baru saja ia minum.

"Greta belum makan dari empat jam lalu, kan?" Seno mendorong kursi roda Michelle untuk mendekat ke arah sofa tempat Adnan duduk. "Soalnya Greta harus MRI sebentar lagi."

"Kenapa harus cek segala, sih?" Michelle bertanya heran. Ia yakin tubuhnya sudah membaik, tapi rangkaian tes yang terus-menerus dibicarakan Seno membuat dirinya kepikiran.

Seno berdeham canggung. Tidak menjawab pertanyaan Michelle, pria itu justru berbicara dengan Adnan. "Kira-kira tes kali ini bakal butuh waktu yang lama karena kita juga bakal PET scan."

"Apa gak bisa pagi nanti aja?" Adnan balas bertanya, ia melihat tubuh Michelle yang pucat. "Kasihan Greta kalau harus begadang."

Michelle yang merasa pihak terkait ikut angkat bicara, "di tes barengan aja. Besok aku mau ikut jenguk Bintang."

Adnan terlihat ragu-ragu namun pada akhirnya pria itu tetap menyetujuinya. Ia kembali mengamati tubuh anaknya yang kian hari semakin kurus dimatanya. Mengambil nafas pelan, Adnan berkata, "saya gak bisa ikut nungguin kamu."

Michelle mengangkat kedua bahunya acuh, toh ia memang tidak mengharapkan kehadiran Adnan dalam pemeriksaan ini.

Sekarang, disinilah Michelle berada. Jam sudah menunjukan pukul delapan malam, tapi mereka baru saja tiba di ruangan besar yang berteknologi canggih. Pakaiannya sudah diganti dengan baju yang lebih longgar dari biasanya. Ia harus diperiksa beberapa kali agar memastikan tidak adanya benda logam ditubuhnya.

Selang infus di tangannya di buka, meskipun begitu Michelle tetap mendapatkan suntikan cairan bernama radiofarmaka. Tak lama kemudian ia di tidurkan pada ranjang khusus, lalu kepalanya di masukkan pada benda bulat canggih berwarna putih.

Pemeriksaan ini terjadi kurang lebih selama tiga puluh menit, lebih lama dari tes yang Michelle lakukan terakhir kali.

Setelah itu, Michelle harus menunggu beberapa lama untuk lanjut ke tahap tes selanjutnya.

Kali ini, seluruh tubuhnya masuk kedalam benda bulat. Ia dilarang bergerak ataupun berbicara. Namun ia masih bisa mendengar seperti suara dengung dan klik dari pengambilan gambar.

Setelah semuanya selesai, Michelle dibawa kembali menuju ruangannya. Tidak ada Aris maupun Adnan. Hanya Hanum yang menunggunya sembari duduk di sofa sembari memainkan layar tablet di tangannya.

"Greta langsung tidur?"

Michelle mengangguk, setelah pemeriksaan badannya terasa semakin nyeri dan menjadi sangat lelah. Menyadari permintaan Michelle yang ingin segera istirahat, Seno langsung segera kembali memasang selang infus di tangannya.

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang