Bab 10. Rencana Gila
•••
Michelle merenggangkan tubuhnya. Ia menguap lebar kemudian mengucek matanya perih. Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi, hari ini adalah awal baru menuju rencana gila yang ia lakukan.
Jadi, langkah kaki Michelle segera beranjak. Menuruni anak tangga menuju dapur Kenzo yang luas. Membuat beberapa hidangan makanan yang mudah.
Tidak terlalu sulit bagi dirinya. Dulu, sewaktu kecil Michelle sudah bisa memasak. Ia bahkan membuat kue ulang tahun untuk dirinya sendiri. Setiap tahun selama dirinya hidup.
"Lo bisa masak?" Suara serak khas pria baru bangun tidur menyapa pendengaran Michelle. Gadis itu mengangguk, kemudian melirik sekitarnya yang sepi.
"Kemarin, waktu gue kesini banyak asisten rumah tangga. Sekarang pada kemana?"
Kenzo menarik salah satu bangku dari tiga bangku lain yang ada di bar mini samping meja pantry dapur rumahnya. Ia menggaruk lehernya yang gatal, kemudian berujar dengan nada pelan. "Kemarin pada gue suruh libur selama beberapa hari."
"Kenapa?"
Kenzo berdeham canggung, "bukannya lo kemaren menawarkan diri buat jadi orang tua sekaligus istri? Jadi, semua keadaan sekitar rumah ini---" ia menunjuk seluruh sudut rumahnya. "--lo yang tanggung. Lo yang bersihin, lo juga harus rajin masakin."
Michelle mengerutkan keningnya dalam-dalam. "Lo bener-bener serius?" Ia memekik tertahan. "Dimana-mana hewan peliharaan itu dijadiin majikan."
"Mau banget gue anggep peliharaan?"
Michelle memutar kedua bola matanya jengah. Ia menuangkan segelas air putih, memberikannya pada pria itu. "Suara lo kayak om-om."
Kenzo mendengus, namun tak urung ia menyambar gelas pemberian Michelle dengan kasar. Meneguknya hingga tandas.
"Hari ini, gue mau kasih tau bokap kalo gue nyimpen lo disini." Kenzo membuka suara setelah terjadi keheningan beberapa saat. "Kalo dia gak setuju, gue gak bisa ngelakuin apapun selain usir lo dari sini, Ta."
Michelle mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Ia tidak keberatan dengan hal tersebut. Ia tidak akan pernah berhenti mencoba merubah jalan cerita. Selama Kenzo tidak berpaling darinya, Michelle tidak masalah dengan itu.
Michelle menuangkan nasi goreng kedalam dua piring pipih yang sudah ia siapkan. Kemudian menyerahkannya kepada Kenzo dengan senyuman lebar semenawan mungkin. "Gak apa-apa."
"Meskipun nanti gue disiksa bokap, gue gak apa-apa."
Ia menyorot sendu, wajahnya semakin terlihat menguarkan feromon kegelapan. "Gue udah terbiasa Kenzo, jadi gak apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
Fantasy[ FOLLOW AKUN PENULIS TERLEBIH DAHULU ] •••• Hidup Michelle Rissana terlalu keras. Jadi, sifat buruk dari dirinya adalah hasil dari sebuah proses rumit yang ia jalani. Tahap-tahap perkembangan itulah yang Michelle jadikan penopang guna menjadi kupu...