Bab 6. Antagonis Berwatak Buruk
•••
"Lo sadar kalo lo tolol?"
Bella menepis tangan gadis di depannya. Gadis itu terlihat marah, wajahnya memerah menyorot tajam. Bella tidak bisa di rendahkan, egonya tersentil melihat korban bullying-nya mampu memutarbalikkan kalimatnya dengan mudah.
Michelle memandang angkuh, ia kesal sekali dengan semua drama yang ia lakoni hari ini. Tatapan orang-orang mulai menajam, bel masuk yang berbunyi tanda mulainya kegiatan belajar–tak mengindahkan kerumunan yang kian ramai.
Michelle malas sekali meladeni tokoh figuran ini. Tapi ia tidak bisa membiarkan Bella terus-menerus mengusiknya. Untuk beberapa detik, gadis itu harus berpikir ulang mengenai rencananya yang hendak pergi malam nanti.
"Lo sampah." Bella tidak bisa bermain kasar, sekarang terlalu banyak mata yang memperhatikan hingga ia harus mati-matian menahan diri agar tidak tidak menginjak-injak gadis di depannya. "Gue bales lo, Greta!" Pekikan marah menggema di lorong-lorong koridor.
"Hohoho," Michelle menutup mulutnya lagi, bergaya menyebalkan. "Liat siapa yang baru aja marah!" Michelle membalas dengan suara yang tak kalah besar.
"Ugh, takut ..." Gadis itu tertawa, poninya yang pendek, bergerak kesana-kemari seiring angin yang berhembus. Ia menyingkirkannya kesal.
"Anj--"
"Ada apa ini, Bella?" Suara wanita yang menginstrupsi kalimat gadis bersurai setengah pink itu, membelah kerumunan. Ia beberapa kali menepuk bokong murid lainnya, menyuruh mereka segera masuk kedalam kelas masing-masing.
"Kalian semua ngapain pada disini? Gak denger suara bel? Masuk ke kelas!"
Beberapa siswa mulai membubarkan diri, beberapa yang lainnya tetap memperhatikan dari dalam kelas.
"Kenapa ini rame-rame?" Tanya wanita itu, Michelle menimbang-nimbang. Tubuh gempal dan penggaris panjang, Michelle mengingat tokohnya sebagai figuran. Ia dikenal sebagai guru wanita killer yang super galak jika menghukum murid.
"Bella? Kenapa kamu disini? Kamu anak Bahasa kan? Ngapain bisa nyasar ke IPA?" Wanita itu menimbun semua pertanyaannya sendiri. "Ini udah masuk, ibu gak keberatan kalo kamu mau main kelas mana aja kalo masih istirahat. Ini udah masuk, Bella."
Bella membuang muka, wajahnya yang memerah ia simpan rapat-rapat. Gadis itu segera beranjak meninggalkan koridor tersebut tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sedangkan guru wanita yang kerap di panggil dengan nama Nana, menggelengkan kepalanya heran.
"Kamu ngapain masih di sini?" Nana menoleh, alisnya menukik tajam menatap Michelle yang juga menatapnya datar. "Greta, Ibu denger-denger kamu ada kasus sama Kenzo. Bu Eka juga udah bilang ke kepsek kalo kamu berlaku gak sopan sama beliau. Bener itu, Greta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
Fantasy[ FOLLOW AKUN PENULIS TERLEBIH DAHULU ] •••• Hidup Michelle Rissana terlalu keras. Jadi, sifat buruk dari dirinya adalah hasil dari sebuah proses rumit yang ia jalani. Tahap-tahap perkembangan itulah yang Michelle jadikan penopang guna menjadi kupu...