Butterfly | Bab 52

157 19 9
                                    

Bab 52. Kepemilikan

 Kepemilikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Michelle mendengus, matanya menyorot tajam melihat wajah gadis di depannya. Suasana kamar yang sebelumnya damai, kini berubah menjadi mencekam sebab kedatangan Inez yang mendadak.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Michelle kesal. "Gue gak pernah ngundang lo."

"Jenguk orang sakit gak butuh undangan dateng, Greta." Suaranya halus dan lembut. Inez melebarkan senyumnya yang mengembang. Ia memajukan langkahnya mendekat, kemudian duduk di pinggiran kasur tempat Michelle tidur. "Aku khawatir sama kamu, kemarin kamu pergi gitu aja setelah denger berita Bintang."

"Gak usah lo sebut-sebut nama Bintang!" Michelle melotot. "Dan gak usah sok peduli sama gue!"

"Kamu kenapa sih, Ta?" Inez menarik nafasnya dalam-dalam. "Emangnya aku gak boleh peduli sama sahabat aku sendiri?"

"Kalau lo sahabat gue, harusnya lo gak buat orang-orang terdekat gue jadi kaya gini?!"

"Kaya gini gimana yang kamu maksud?" Inez membalikan pertanyaan, terdengar polos dan lugu. Siapapun orang yang melihatnya pasti akan tertipu oleh wajahnya yang lembut, kecuali Michelle.

Michelle menggeram, "berhenti pura-pura tolol! Gue tau lo yang udah buat Bintang kecelakaan."

Inez terkekeh kecil, "gak baik nuduh orang kaya gitu, Greta." Ia memancungkan bibirnya singkat, "no ... no ... no."

"Gue mungkin sekarang diem karena gak mau masalah ini semakin panjang, tapi sebaliknya gue pun bisa buka suara sama kepolisian atas kelakuan lo yang motong kabel rem motor Bintang," ancam Michelle panjang.

Inez tersenyum lebar, tak memperdulikan kalimat Michelle yang terkesan tidak terdengar di telinganya.

"Aku baru denger kalau kamu kemarin sempet di rawat di rumah sakit gara-gara Bella, ya?"

"Gara-gara lo!"

Inez tertawa lagi, "kamu jangan jahat-jahat dong, Ta."

Michelle berdecih, "kebalik, goblok! Lo yang jahat!"

Inez mendengus, tidak menanggapi kalimat sarkas tersebut. Ia mengedarkan pandangannya kemudian jatuh pada beberapa foto Dion yang terpampang pada mading kecil di sudut ruangan. "Kamu masih punya foto Dion, Ta?"

Michelle terdiam sejenak menyadari sesuatu, "jangan macem-macem sama orang-orang gue, Nez!"

"Kenapa? Aku kan cuma nanya." Inez mencibir, "kamu beneran masih suka sama Dion, ya?"

Michelle tidak langsung menjawab mendengar pertanyaan itu. Seperti sesuatu yang sangat ia pikirkan, kembali muncul dengan sendirinya.

Dionisius adalah pemeran pria utama dalam novel Butterfly. Jadi, aura yang dimilikinya sangat menonjol dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain. Menolak Dion bukanlah perkara yang mudah terlebih lagi karena sosoknya yang mirip dengan cinta pertamanya.

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang