Bab 4: Kembar

8 1 0
                                    

Sebuah foto yang terdiri dari dirinya, Edward beserta Ibu yang berada di sebuah taman. Felix tersenyum melihat kenangan di foto tersebut. Akan tetapi, dia merasa ada yang aneh. Ibu dari dulu sampai sekarang tidak pernah menceritakan mengenai sosok ayah. Di setiap foto pasti hanya mereka bertiga.

"Aku sebenarnya masih penasaran dengan keberadaan ayah sekarang," ucap Felix sambil melihat ke arah foto tersebut lalu dia mengusap debu yang melekat di sekitar bingkai foto tersebut. "Tapi Ibu selalu .... "

Ketukan pintu tidak lama terdengar. Felix lalu meletakkan foto itu dan berjalan membuka pintu kamarnya dan melihat sosok Edward yang berdiri dengan muka masam.

"Ed, ada apa?" ucap Felix sambil terus mengusap rambutnya yang masih basah.

"Ibu menyuruhku meminta maaf kepadamu," ucap Edward dengan wajah yang masih cemberut. "Aku hanya mengikuti ucapan ibu, tapi bukan berarti aku yang memakan lasagna itu," jelasnya sambil sesekali menggaruk kepalanya.

"Iya, aku maafkan," ucap Felix sambil menghela napas. "Tapi, aku masih yakin bahwa kamu yang memakannya," sambung Felix berusaha membuat sang adik mengaku.

"Argh! Intinya bukan aku," ucap Edward dengan suara yang lebih rendah lalu berjalan meninggalkan Felix.

Felix menutup pintu dan membaringkan badannya di atas kasur empuk miliknya. Matanya menatap langit-langit ruangan. Dia merasa ada hal yang disembunyikan Ibu dari mereka berdua. Akan tetapi Felix sendiri belum yakin akan hal itu.

Ah, sudahlah sebaiknya aku istirahat saja.

Tiba-tiba ketukan pintu kembali terdengar. Felix menghela napas dan langsung membuka pintu dengan nada kesal.

"Argh! Apa lagi Ed .... " Mata Felix seketika membesar dan badannya mematung. "Eh, Ibu hehe," ucap Felix sambil menggaruk kepalanya. "Ada apa, Bu?"

"Lix, kamu tolong belikan ibu beberapa bahan ini ya." Ibu memberikan sebuah potongan kertas yang berisi beberapa bahan yang harus dibeli. "Soalnya Ibu cari di kulkas, tapi kosong." Ibu memberikan kertas itu kepada Felix. "Edward soalnya pergi ke taman bersama temannya,"

Felix mengambil kertas itu dan meletakkan dalam saku celananya lalu berjalan ke luar rumah menuju ke supermarket terdekat. Jaraknya tidak terlalu jauh, sehingga dia akhirnya memutuskan untuk berjalan kaki. Beberapa menit berjalan akhirnya sampai di supermarket dan langsung membeli beberapa bahan yang dibutuhkan. Sayur brokoli, wortel serta kentang menjadi list di dalam kertas itu.

"Ok, sekarang tinggal ini." Telunjuk Felix menunjuk tulisan berada di baris paling bawah dari list. "Daging segar, tapi di mana tempatnya?" Kepalanya mendongak melihat sekeliling, tetapi tidak terlihat apa-apa.

Suasana di supermarket cukup ramai, sehingga sulit untuk menemukan daging segar dengan cepat. Dia perlahan menyusuri tempat itu dan sesekali melewati kerumunan yang berada di dalam sana. Felix berusaha bertanya kepada pegawai, tetapi mereka terlalu sibuk dengan beberapa pelanggan yang lainnya.

"Aduh, aku sama sekali tidak menemukan daging," ucapnya dengan nada sedikit menggerutu.

Tiba-tiba terdengar seseorang memanggil namanya. Felix lalu menoleh ke belakang dan melihat sosok wanita berambut panjang terurai sebatas bahu dengan pakaian kuning berjalan menghampirinya.

"Lix, kamu ngapain di sini?" tanya perempuan itu sambil mengerutkan alisnya.

"Iya aku membeli keperluan milik Ibu," ucap Felix sambil menengok ke keranjang miliknya. "Akan tetapi, aku masih kekurangan satu bahan, Lis." Tatapan Felix terus menatap ke arah catatan yang diberikan.

"Oh, bahan apa?" ucap Lisabeth berjalan mendekat ke arahnya dan melihat kertas itu. "Daging segar, bukan?" Mata Lis melihat setiap list milik Felix dengan saksama.

Why usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang