Felix yang merasa penasaran mendengar ucapan pamannya dengan cepat menarik kain hitam yang menutupi wajahnya. Dia juga sudah mulai merasa kepanasan menggunakan kain itu.
"Lix, apa yang kamu lakukan?" Paman Jeff kaget melihat tindakan spontan yang dilakukan Felix. "Seseorang bisa saja melihatmu." Matanya melirik ke kiri dan kanan.
"Paman, di sini tidak ada siapa-siapa." Felix menepuk pundak pamannya. "Paman tenang saja," sambungnya.
Paman Jeff hanya bisa menghela napas mendengar ucapan Felix. Dia menunjuk ke arah depan. Netra Felix melihat bayangan seseorang yang berada beberapa meter di depan mereka. Mereka memutuskan untuk diam dan mengamati dari jauh.
Sosok berambut panjang itu perlahan mengangkat kepalanya diikuti dengan lampu yang seketika redup. Beberapa detik kemudian, lampu menyala dan sosok itu bergerak mendekatinya. Lampu kembali mati dan terdengar seperti suara gesekan antara dua benda tajam.
"Paman, kamu mendengar suara itu kan," ucap Felix dengan tangan yang gemetar tiada henti. "Aku merasa ini bukan pertanda yang baik." Felix mengenggam erat lengan pamannya.
"Lix, aku juga berpikir demikian. Akan tetapi, kita harus tetap tenang." Paman Jeff berusaha menenangkan Felix yang terlihat begitu ketakutan.
Lampu kembali menyala dan sosok itu semakin mendekat. Mereka melihat sosok itu memegang sesuatu yang terlihat mirip dengan balok kayu. Denyut jantung Felix seketika berdetak sangat kencang, napasnya terengah dan keringat terus mengalir.
"Paman, aku merasa sebaiknya kita lari dari sini." Felix menepuk pamannya dan memberi isyarat untuk lari menjauhi sosok itu.
"Iya, Lix. Aku merasa itu ide yang bagus." Paman Jeff hanya bisa menggerakkan kepala, tetapi matanya terus melihat sosok itu.
Felix menarik tangan Pamannya dan mempercepat langkah kakinya meninggalkan sosok itu. Denyut jantung terus berdetak layaknya mesin. Napas mereka semakin tidak beraturan. Sosok itu terus mengejar mereka diikuti dengan kerlipan lampu berulang kali. Langkah kaki merka tiba-tiba terhenti. Jalan bercabang di depan membuat mereka kebingungan.
"Argh! Sial, kita harus ke mana sekarang?" tanya Felix dengan nada panik.
"Kita ke kiri," ucap Paman Jeff menunjuk ke arah tersebut. "Eh, aku rasa lebih baik kita ke kanan."
"Paman, ayolah cepat sosok itu semakin mendekati kita. "Mata Felix terus melirik ke belakang dan melihat sosok itu mulai mendekat ke arahnya.
Mereka lalu memutuskan untuk mengambil jalur kanan. Namun, jalanan di depan mereka kembali bercabang. Felix tanpa pikir panjang menarik tangan Pamannya dan memilih pilihan yang sama dengan sebelumnya.
"Sial! jalan buntu!" Felix tiba-tiba berhenti melangkah.
"Lix, kita sudah jalan ternyata." Paman Jeff menggelengkan kepala.
Sosok itu lalu melihat mereka. Felix dan Paman Jeff hanya bisa berjalan mundur hingga sampai di ujung jalan yang buntu. Pikiran Felix mulai memikirkan berbagai cara. Dia berpikir mungkin dia bisa mengambil sesuatu untuk alat bertahan. Matanya mulai memperhatikan sekeliling dan hanya terlihat beberapa lembar kertas basah dan bungkusan plastik.
"Sial, aku tidak bisa menemukan apa-apa!" ucapnya kesal.
Langkah kaki terus berjalan mundur hingga punggung menyentuh permukaan bidang yang datar. Mereka tampaknya telah sampai di ujung dari jalan itu. Mereka tidak bisa melakukan apa-apa sekarang. Posisinya sudah terjepit dan tidak memungkinkan untuk lolos sekarang.
Sosok semakin mendekat ke arah mereka. Dia terlihat memiringkan kepalanya dan terus berjalan mendekat ke arah mereka. Felix hanya bisa menahan napas dan menutup matanya. Dia tidak sanggup melihat apa itu dan bentuknya bagaimana. Langkah kaki terdengar semakin dekat ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why us
Mystery / ThrillerFelix, Edward dan ibunya merupakan salah satu dari keluarga sederhana di sebuah kota. Mereka bertiga hidup normal seperti keluarga pada umumnya. Akan tetapi, suatu peristiwa aneh muncul. Sebuah tanda berbentuk rantai hitam tiba-tiba muncul di pergel...