Lisabeth heran melihat wajah Felix yang seketika menjadi tegang. Dia merasa Felix pernah menyimpan sesuatu.
"Lix, kamu pernah kan lihat tanda ini?" Lisabeth mengerutkan alisnya.
"Iya Lis, aku juga melihat tanda ini di pergelangan tangan ibuku," ucap Felix dengan suara sedikit serak.
"Hah? Kenapa aku tidak melihatnya?" Edward kaget mendengar ucapan Felix. "Ibu juga tidak pernah menceritakan hal ini kepada kita bukan?"
"Aku juga heran kenapa Ibu tidak menceritakan kepada kita," ucap Felix sambil mengelus dagunya.
"Aku merasa ada yang aneh di sini," ucap Lisabeth penasaran. "Aku akan mencoba mencarinya via internet mungkin bisa mendapatkan sesuatu di sana."
"Pecuma Lis, aku sudah melakukan hal yang sama dan hasilnya nihil." Felix menggelengkan kepala mendengar ucapan Lisabeth. "Aku sebenarnya mempunyai satu cara lain."
"Apa itu, Lix?" tanya Lisabeth semakin penasaran.
"Aku dan Max berencana untuk bertemu dengan Madam Jeshina. Dia mungkin saja mengetahui sesuatu mengenai hal ini."
"Madam Jeshina? Kamu yakin, Lix?"
"Iya Lis, memangnya ada apa?"
"Madam Jeshina bukan orang sembarangan, dia merupakan orang terpandang di sini." Lisabeth tampaknya mengetahui bahwa tidak semua orang bisa bertemu dengannya. "Kita harus membuat janji dulu agar bisa bertemu dengannya."
"Max juga mengatakan hal yang sama. Madam Jeshina bukan orang yang mudah untuk ditemui." Felix menghela napas.
"Jadi gimana, Kak?" tanya Edward penasaran dengan tindakan kakaknya.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara seseorang memanggil nama Lisabeth dari lantai atas. Mereka bertiga berdiam dan berusaha mendengarkan suara itu dengan saksama. Awalnya Lisabeth mengira dia hanya salah dengar, tetapi ketika suara yang sama terdengar Lisabeth akhirnya mengenal suara itu
"Astaga, itu memang suara Nenek. Felix, Edward kita akan lanjutkan bicaranya besok." Lisabeth berlari meninggalkan mereka berdua menuju suara itu.
Felix dan Edward kembali pulang. Rasa penasaran Felix semakin besar. Dia merasa ada hal yang selama ini mereka tidak ketahui. Ia ingin sekali bertanya langsung kepada Ibu, tapi ternyata dia belum pulang di rumah.
"Aneh, jam begini Ibu belum pulang?" Felix melihat ke arah jam dinding di ruang tamu.
"Kak, makanan juga belum ada." Edward berteriak dari ruang makan. "Ibu tampaknya memang belum pulang."
Tiba-tiba dering telepon rumah berbunyi. Edward dengan cepat mengangkat telepon itu dan ternyata itu adalah Ibu. Dia menelepon bahwa hari ini dia akan pulang agak malam, jadi menyarankan mereka untuk membeli makanan. Ibu mengatakan bahwa dia lupa untuk mengambil telepon genggamnya, sehingga dia menggunakan telepon di kantor.
"Kak, jadi gimana?" ucap Edward penasaran diikuti dengan bunyi perut yang terdengar cukup keras. "Aku sudah lapar, Kak."
"Baiklah, aku akan pergi membeli makanan. Kamu tunggu di rumah saja." Felix berjalan ke luar dari rumah dan pergi menuju kedai makanan berada tidak jauh dari sana.
Ketika Felix sedang menunggu makanan, tiba-tiba terdengar sirene mobil. Awalnya dia mengira bahwa itu bunyi sirene kepolisian, tetapi ketika dia mendengar lebih jelas ternyata bunyi sirene ambulans. Beberapa orang mulai berkerumun di tengah jalan. Akan tetapi, Felix tetap saja berjalan dan kembali ke rumah.
"Ed, makanannya sudah ada!" Felix melepas sepatu yang dikenakannya dan berjalan menuju dapur.
Tidak lama kemudian, Edward dengan cepat berlari layaknya kelinci menuju dapur dan mereka kemudian makan. Felix mengatakan menceritakan mengenai mobil ambulans yang dilihatnya tadi ketika membeli makanan, tetapi Edward tampaknya tidak menghiraukan kakaknya dan terus mengunyah mie lembut dengan irisan beberapa daging sapi di atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why us
Mystery / ThrillerFelix, Edward dan ibunya merupakan salah satu dari keluarga sederhana di sebuah kota. Mereka bertiga hidup normal seperti keluarga pada umumnya. Akan tetapi, suatu peristiwa aneh muncul. Sebuah tanda berbentuk rantai hitam tiba-tiba muncul di pergel...