Mereka berdua pergi menuju toko peralatan olahraga dan segera mencari hadiah untuk Edward.
"Eh Lix, Edward sukanya apa?"
"Ed itu suka bermain baseball, aku merasa bagus untuk membelikannya Jesrsey Baseball." Mata Felix melihat beberapa Jersey baseball yang tersusun rapi di beberapa rak. "Akan tetapi, dia sudah banyak memilikinya."
"Hmm, bagaimana kalau Baseball Bat?" Max menunjuk ke arah sebaliknya. "Aku merasa dia akan terlihat keren untuk memakainya, bukan?"
"Aku merasa itu ide yang buruk. Edward merusak vas bunga serta televisi di ruang tamu ketika dulu mendapatkan baseball bat miliknya." Felix menggelengkan kepalanya mengingat hal itu. "Ibu sangat marah dan langsung mematahkan baseball bat itu."
Max terdiam mendengar ucapan Felix. "Oh, kita cari yang lain saja."
Mereka kembali berkeliling dan mencari hadiah yang cocok untuk Edward. Setelah beberapa lama melihat, tiba-tiba Felix memutuskan untuk mengambil Glove baseball yang terbuat dari kulit dan berwarna cokelat.
"Bagaimana menurutmu, Max?" Felix mengambil sebuah Glove baseball dari lemari dan langsung memperlihatkannya kepada Max.
"Aku merasa ini pilihan yang cocok untuknya." Max mengangguk.
Setelah mereka membeli hadiah tersebut, mereka berdua duduk di kafe. Max lalu mengatakan bahwa dia mendengar dari orang bahwa ada sebuah toko dengan kumpulan hal-hal gaib dan aneh di sana. Max juga mendengar rumor bahwa Madam Jeshina sering ke sana.
"Max, mungkin di sana kita bisa menemukan petunjuk lebih jauh mengenai tanda itu," ucap Felix dengan semangat. "Max, tapi kamu tahu tempatnya kan?"
"Nggak Felix, aku hanya mendengar tempatnya saja. Tapi aku sepertinya mengenal seseorang yang mengetahui akan hal ini." Max menjentikkan jarinya.
"Siapa Max?" ucap Felix sambil menyeruput minumannya.
"Naisha, teman Lisabeth."
"Dari mana kamu mengetahuinya?" ucap Felix penasaran.
"Lis pernah mengatakan bahwa dulu ada temannya yang tampaknya senang berpenampilan aneh dan sedikit gaib, tapi ...."
"Tapi apa Max?" Felix mengerutkan alisnya. Dia penasaran dengan kelanjutan ucapan Max.
"Lisabeth dan Naisha bertengkar dan tampaknya mereka sekarang sudah tidak akur."
"Apa sebaiknya kita bertanya kepada Lisabeth mengenai temannya itu?"
"Aku merasa itu bukan ide yang bagus, Lisabeth malas membicarakan mengenai hal itu."
Tiba-tiba dering telepon Felix berbunyi. Dia dengan cepat mengangkat teleponnya dan ternyata itu adalah Lisabeth. Rasanya seperti suatu kebetulan.
"Lis, ada apa?"
"Lix, aku membutuhkan bantuan. Nenekku tiba-tiba pingsan, aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya." Suara Lisabeth terdengar serak diikuti dengan tangisan. "Aku sudah menelepon rumah sakit, tapi tampaknya tidak ada yang mengangkatnya."
"Astaga, aku dan Max akan ke sana."
Felix mematikan teleponnya dan segera mengajak Max menuju ke rumah Lisabeth. Ketika sampai di rumah Lisabeth, Max dan Felix dengan cepat menuju ke kamar Nenek Lisabeth dan terlihat wajahnya memucat dan tampak tidak segar. Matanya terlihat lemah dan bibirnya terlihat pucat dan badannya kaku.
"Lis, ada apa dengan Nenekmu?" tanyaku heran melihat wajah nenek Lisabeth yang sangat berbeda dari sebelumnya.
"Ak... Aku juga tidak tahu," ucap Lisabeth diikuti dengan tangisan. "Aku tadi masuk ke kamarnya untuk membawa kopi miliknya, tetapi tiba-tiba saat masuk kondisinya sudah begini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Why us
Mystery / ThrillerFelix, Edward dan ibunya merupakan salah satu dari keluarga sederhana di sebuah kota. Mereka bertiga hidup normal seperti keluarga pada umumnya. Akan tetapi, suatu peristiwa aneh muncul. Sebuah tanda berbentuk rantai hitam tiba-tiba muncul di pergel...