Bab 11: Pencarian

7 1 0
                                    


Felix terdiam mendengar ucapan Lisabeth. Badannya seketika mematung mendengar ucapan Lisabeth. Akan tetapi, dia berusaha untuk meyakinkan Lisabeth mengenai Naisha.

"Lis, tapi aku mendengar dari Max bahwa Naisha ternyata memiliki hubungan dengan Madam Jeshina, mungkin saja kita bisa ...."

"Lix, jika kamu ingin bersikeras bertemu dengan Naisha. Aku tidak akan membantumu."

"Lis, tapi ...."

Lisabeth langsung memutuskan telepon. Dia tampaknya tidak senang mengenai rencana ini. Felix hanya bisa menghela napas dan menggaruk kepala.

Argh! Aku seharusnya mendengar saran Max.

Dia lalu memutuskan kembali ke rumah dengan membawa hadiah untuk Edward. Selama perjalanan pulang, pikiran Felix tidak tenang. Dia merasa bersalah karena membuat Lisabeth tampaknya marah, tetapi di sisi lain jika dia berhasil berbicara dengan Naisha. Dia mungkin saja memberi bantuan mengenai keanehan ini.

Beberapa menit kemudian, Felix sampai di depan rumah. Dia membuka pintu dan menengok ke dalam memastikan Edward tidak melihat hadiahnya. Dia segera berlari menuju ke kamarnya dan segera menyimpan hadiah itu di lemari pakaian miliknya.

Felix lalu ke luar dari kamar dan berjalan ke ruang dapur dan mengambil segelas air. Tiba-tiba, dia merasakan ada seseorang yang berjalan mengikutinya. Dia dengan cepat membalikkan badan dan ternyata sosok itu adalah Edward.

"Ed, apa yang kamu lakukan?" Felix kaget melihat Edward berdiri seperti penguntit di belakang.

"Kak, jadi apa hadiahnya?" Edward melihat Felix dengan senyuman tipis terukir di bibirnya. "Apakah baseball bat?" Mata Edward terlihat berbinar-binar.

"Eh, Ed kamu mau Ibu mengamuk lagi karena kamu akan memecahkan barang-barang yang ada di rumah ini lagi?" ucap Felix sambil meneguk air.

"Ih Kak, tapi itu kan bukan kesalahanku." Edward berusaha mengelak dan sesekali memutar bola matanya. "Itu kan salah...."

"Jadi menurutmu televisi rusak karena apa? "Felix menaikkan alisnya dan menatap Edward dengan tatapan sinis.

Edward menghela napas dan menggerutu. "Argh, iya itu salah aku karena terlalu senang mendapatkannya."

Wajah Edward kembali merah. Felix hanya tersenyum melihat tingkah adiknya itu. Beberapa menit kemudian, terdengar langkah terburu-buru. Felix dan Edward menengok dan melihat Ibu yang sedang memakai sepatu sambil menggendong tas miliknya.

"Ibu, mau ke mana?" tanya Edward heran.

"Ed, Ibu ada urusan mendadak. Kalian jaga rumah dulu yah." Ibu mencium kening Edward dan Felix lalu segera meninggalkan mereka.

Suara pintu rumah terdengar dan suara mesin kendaraan terdengar dari luar rumah yang menandakan Ibu telah pergi. Edward lalu duduk di ruang tamu dengan wajah masam dan kembali menggerutu.

"Argh! Ibu kok sibuk sekali?" ucap Edward dengan kesal. "Ibu kan barusan pulang, kok pergi lagi?"

"Ed, Ibu kan akhir-akhir ini sibuk jadi kita harus memahaminya," ucap Felix berusaha menenangkan hati adiknya.

"Iya tapi karena kesibukan Ibu, kita sudah sangat jarang berbicara dengannya," kata Edward menghela napas.

"Yah, namanya pekerjaan Ibu pasti harus mengerjakannya bukan?"

Edward hanya bisa menghela napas dan menyandarkan kepalanya di sofa. "Eh, Kak ngomong-ngomong ternyata yang mengambil lasagna Ibu yang berada di kulkas adalah Paman Jeff." Edward berbalik dan melihat kakaknya yang sedang berdiri di sebelahnya.

Why usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang