Bab 17: Serigala & kawanan domba

7 1 0
                                    

Perkataan Naisha membuat Felix kebingungan. Dia sama sekali tidak mengerti maksud dari ucapannya. Beberapa menit kemudian, Lisabeth terbangun. Naisha yang melihatnya terbangun langsung menatapnya dengan tatapan tajam.

"Argh! Naisha, apa yang kamu lakukan?" ucap Lisabeth berusaha melepaskan ikatan yang berada di tangannya.

"Aku hanya memastikan bahwa kalian bukan utusan dari wanita gila itu." Naisha mengangkat dagu Lisabeth dan menatapnya.

"Apa yang kamu katakan? Kami hanya ingin berbicara denganmu." Lisabeth mengerutkan alisnya. "Kami tidak mengerti ucapanmu."

"Kalian memang orang bodoh. Aku merasa kalian memang bukan utusan Jeshina." Naisha lalu berjalan dan mengambil pisau dari dalam saku celananya,  memotong tali yang mengikat tangan serta kaki mereka bertiga.

Felix, Lisabeth lalu berusaha membangunkan Max yang tampaknya belum sadar. Lisabeth dan Felix bergantian menepuk wajah Max, tetapi Max belum saja bangun. Naisha lalu pergi mengambil sebuah ember berisi air dan menyiram wajah Max menggunakan air itu hingga  membuatnya terbangun.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" ucap Max panik. "Di mana kita sekarang?" Matanya melihat sekeliling dan ia tampaknya merasa asing dengan tempat ini.

"Max, tenanglah." Felix berusaha membuat perasaan Max tenang.

"Hihi ... jadi, apa yang membuat kalian ke sini?" Naisha mengerutkan alisnya dan melihat setiap wajah dari mereka bertiga. "Apa kalian memang bukan ke sini untuk membunuhku?" senyuman tipisnya membuatnya terlihat seperti pembunuh

"Hah? aku merasa kamu yang hampir membunuh kami semua," ucap Max dengan nada kesal. "Kami mengira akan mati di ruang bawah tanah milikmu!"

"Max, tenanglah. Kita ke sini bukan untuk mencari musuh." Felix menepuk pundak Max dan berusaha membuatnya tenang. "Kami ke sini ingin membahas mengenai tanda ini."

Felix lalu mengeluarkan telepon genggamnya dan memperlihatkan foto yang berada di dalam telepon genggam miliknya. Naisha terdiam dan menatap wajah Felix dengan tatapan yang mengerikan.

"Di mana kamu melihat tanda ini?" tanya Naisha penasaran. "Ini tanda yang menunjukkan seseorang telah kutukan iblis," ucapnya sambil memainkan kuncir rambutnya.

"Apa yang katakan?" Felix mengerutkan alisnya. Ia sama sekali tidak percaya dengan perkataan tersebut.

"Hihi ...  Tanda itu disebut dengan rantai iblis. Rantai tersebut terdiri dari dua bagian. Kepala dan ekor. Apabila kedua bagian tersebut bertemu, maka orang yang terkena kutukan tersebut akan mati."

"Astaga, apakah tidak ada cara untuk mencegah hal tersebut terjadi?" Felix kaget mendengar perkataan Naisha.

Naisha lalu menjelaskan bahwa ada satu cara yang dapat digunakan untuk mematahkan kutukan itu. Akan tetapi, semuanya dijelaskan di dalam buku tua "Kutukan Iblis" yang berada di rumah Madam Jeshina.

"Tapi, bagaimana cara kita bisa masuk ke dalam rumah Madam Jeshina?" tanya Max penasaran.

"Astaga, aku baru mengingat sesuatu. Ada sebuah terowongan air yang bisa terhubung ke rumah Madam Jeshina. Terowongan itu terletak tidak jauh di pusat kota. Akan tetapi, sulit untuk masuk ke dalam terowongan tersebut karena dijaga oleh beberapa penjaga Madam Jeshina," ucap Lisabeth tiba-tiba menjentikkan jarinya.

"Lis, kenapa bisa kamu mengetahuinya?"

"Soalnya dulu, Madam Jeshina sendiri yang memberitahuku. Saat itu Madam Jeshina ingin memesan madu, tetapi dia tidak ingin diketahui oleh siapa pun, sehingga dia memberitahukan mengenai terowongan itu," jelas Lisabeth sambil berusaha mengingat setiap kejadian dulu.

Why usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang