Felix melihat sebuah lemari kosong yang berada di ruang tamu. Lemari berwarna cokelat tua itu terlihat menjadi tempat persembunyian yang bagus untuknya. Dia memutuskan untuk bersembunyi di dalam sana terlebih dahulu sambil mencari lokasi barangnya yang hilang. Beberapa menit kemudian, terlihat Naisha berkeliling di sekitarnya sambil memegang sebuah pisau dengan tetesan darah yang menetes setiap dia melangkah.
Felix yang melihat hal itu dari celah-celah lemari berusaha menahan napas dan tidak bergerak. Dia tidak ingin Naisha mengetahui posisinya. Denyut jantungnya seketika berdegup kencang seperti mesin pompa. Keringat dingin membasahi wajahnya hingga tangannya terasa gemetar sesaat.
"Hihi ... Aku tahu ada seseorang di sini."
Suara Naisha terdengar begitu mengerikan. Dia terlihat seperti pembunuh, Matanya dengan tajam memperhatikan setiap sisi dari ruangan itu. Sialnya, Felix tidak sengaja menginjak sesuatu hingga membuat lemari tempatnya bersembunyi berbunyi.
Astaga!
Felix seketika menundukkan badannya agar tidak terlihat oleh Naisha. Dia terus menahan napas dan berusaha agar tidak membuat gerakan. Naisha yang berada di luar ruangan perlahan berjalan mendekati lemari itu.
"Aku tahu kamu berada di dalam sana, Hihi ...." Bola matanya bergerak seperti kamera pengawas.
Langkah kakinya semakin mendekati tempat persembunyian Felix. Denyut jantungnya terus berdegup tiada henti. Tangan Naisha terlihat memegang gagang pintu lemari tersebut. Beberapa menit kemudian, pelan-pelan pintu lemari itu terbuka. Akan tetapi, di saat yang bersamaan terdengar suara sesuatu yang pecah dari ruangan barang antik. Naisha yang menyadari hal itu langsung berlari menuju suara itu dan berlari meninggalan lemari.
Astaga, hampir saja.
Felix menghela napas panjang. Dia sama sekali bisa tidak bisa berkata apa-apa dan hanya tertunduk lemas di dalam lemari. Dia terlihat berusaha menenangkan dirinya dan perlahan ke luar dari lemari dan mencari telepon genggamannya.
Felix melihat sebuah telepon beberapa meter dari posisinya di sana. Dia berpikir mungkin bisa menggunakan telepon rumah tersebut untuk menghubungi telepon genggamnya atau mungkin kantor kepolisian. Dia lalu dengan cepat menghubungi telepon genggamnya, tetapi tampaknya Naisha telah memutuskan sambungan telepon.
Argh sial! Bagaimana caraku menemukannya.
Felix sama sekali kehabisan cara. Dia tidak tahu harus melakukan apa dan tampaknya mulai pasrah dengan keadaan. Tiba-tiba, matanya tertuju kepada sebuah boneka kelinci berwarna putih yang berada di tamu. Dia heran di bagian perut dari boneka. Sesuatu yang berbentuk persegi panjang dan mirip seperti telepon genggam terlihat di dalamnya.
Felix dengan cepat mengambil boneka itu dan mengeluarkan isinya yang ternyata adalah telepon genggam milknya.
Astaga, akhirnya aku mendapatkannya.
Dia menyalakan teleponnya dan berusaha menghubungi siapa pun, tetapi ternyata tempat Naisha tidak ada sinyal, sehingga sekali lagi Felix tidak mampu untuk menelepon siapa pun ke luar.
Aku sebaiknya mencari Lisabeth dan Max terlebih dahulu, lalu kita bisa pergi dari tempat yang terkutuk ini.
Felix berjalan dengan perlahan menuju lantai dua dan mencari Lisabeth. Di lantai dua terdapat beberapa ruangan, sehingga Felix berusaha memeriksa masing-masing ruangan dan memanggil nama Lisabeth berulang kali.
Lis ... Lis ... Kamu di mana?
Akan tetapi tidak ada suara balik dari Lisabeth. Felix hanya bisa menghela napas dan terus kembali mencari keberadaan Lisabeth. Tiba-tiba ia melihat lemari dalam kamar bergerak. Denyut jantung kembali berpacu dan ternyata di dalam hanya seekor tikus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why us
Mystery / ThrillerFelix, Edward dan ibunya merupakan salah satu dari keluarga sederhana di sebuah kota. Mereka bertiga hidup normal seperti keluarga pada umumnya. Akan tetapi, suatu peristiwa aneh muncul. Sebuah tanda berbentuk rantai hitam tiba-tiba muncul di pergel...