Bab 38: Rituan bulan merah

4 1 0
                                    

Felix sama sekali tidak bisa berlari sekarang. Dia hanya bisa berjalan perlahan sembari menahan lukanya kembali terbuka. Darahnya terus mengalir dari kaki hingga ke ubin-ubin lantai dan membentuk sebuah jejak. Tiba-tiba, seseorang menariknya serta membungkam mulutnya dengan cepat.

"Lix, tenanglah," bisik halus suara itu dari belakang.

Felix menengok dan melihat sosok itu adalah Max. Felix menghela napas yang panjang. Dia berpikir bahwa yang menariknya tadi adalah Piedro.

"Aku merasa kita harus membuat rencana terlebih dahulu," ucap Max dengan suara halus. "Posisi kita sekarang kurang aman."

Mereka lalu memutuskan untuk melakukan sebuah rencana. Max akan berusaha mengalihkan perhatian Piedro, sedangkan Felix mencoba untuk menyelamatkan Edward.

"Max, tapi Piedro mungkin saja sudah mengetahui posisi kita." Felix menunjukkan bekas lukanya yang kembali mengeluarkan darah. "Dia mungkin mengikuti jejak darah ini dan sebentar lagi akan menemukan kita."

Beberapa menit kemudian, suara langkah kaki terdengar mendekat ke arahnya.Mereka mengintip dan ternyata itu memang Piedro. Max hanya bisa menghela napas. Sebuah ide tiba-tiba terlintas di dalam benaknya. Dia lalu menatap Felix dengan tatapan aneh.

"Hei, apa yang kamu pikirkan?" tanya Felix penasaran. "Kamu tidak berpikir yang aneh-aneh kan?"

"Aku mempunyai sebuah ide, tapi sepertinya kamu tidak akan menyukainya."

"Apa?" Felix mengerutkan alisnya.

Max lalu mendorong Felix hingga terjatuh dan melarikan diri. Felix tidak bisa percaya akan tindakan Max kepadanya. Badannya seketika mematung. Denyut jantungnya berdegup dengan kencang. Rasa kecewa terbesit di dalam benaknya. Piedro yang melihat terjatuh berjalan mendekat ke arahnya dengan senyum meringai.

"Oh, ternyata kamu berada di sini." Piedro yang melihat Felix di lantai, perlahan mendekat ke arahnya.

"Sialan kamu, Max!"

Felix berusaha berdiri, tetapi langkah Piedro jauh lebih cepat darinya. Piedro lalu menarik tangan Felix dengan kasar dan menatapnya dengan tatapan tajam.

"Saatnya untuk kamu tidur selamanya." Piedro mengarahkan pistolnya ke kepala Felix.

Felix hanya bisa menutup matanya dan berusaha untuk tidak melihat apa pun yang terjadi. Suara pelatuk senjata terdengar jelas di kuping Felix. Dia sudah pasrah jika harus mati karena tembakan Piedro.

Namun anehnya, Felix tidak merasakan sebuah peluru menembus permukaan kulitnya. Dia membuka matanya. Piedro terlihat sedang memeriksa pistol miliknya dan wajahnya terlihat kebingungan.

"Argh! Aku harusnya menyisakan anak peluru untuk .... "

Tiba-tiba sesuatu menghantam kepala Piedro dari belakang. Badannya seketika mematung. Pistol yang tadinya berada di dalam genggamannya terjatuh.  Piedro langsung terbaring di atas  lantai dengan tubuh kaku.

"Astaga, aku hampir saja mati." Felix memeriksa tubuhnya yang tampaknya masih utuh dan lengkap. "Max?" Felix kaget melihat sosoknya.

"Lix, ayo kita harus menyelamatkan Ed." Max melempar potongan kayu yang berada di dalam genggamannya dan segera membantu Felix berdiri.

Mereka segera menyelamatkan Edward. Akan tetapi, embusan angin terasa semakin kencang. Langkah kaki mereka semakin berat dan sulit. Pandangan mereka tidak luput dari Edward yang terlihat terus melayang dan tidak bergerak sedikit pun.

"Edward!" Felix terus memanggil namanya. Akan tetapi, Edward tidak menggubris teriakannya.

"Sial, apa yang sebenarnya terjadi kepada Ed!" Felix menggerutu kesal.

Why usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang