3. For the first time

7.6K 222 0
                                        

✨✨✨


Kalana memasuki rumahnya dan segera mempersilahkan Ceilo untuk masuk, pria itu segera mendudukan diri di sofa ruang tamu rumah Kalana yang nampak sudah usang, sama sekali tak empuk.

"Ilo kamu duduk dulu ya, aku bikinin teh hangat bentar. Maaf ya rumah aku emang sesederhana ini, maaf kalau buat kamu nggak nyaman." ucap Kalana pelan sambil menatap sekeliling rumahnya.

Kalana kemudian langsung menuju kearah dapur untuk membuat secangkir teh hangat, meninggalkan Ceilo seorang diri.

Setelah selesai, Kalana langsung kembali untuk menghampiri Ceilo yang terlihat hanya diam dengan wajah datarnya.

"Ilo ini kamu minum dulu, abis ini aku obatin luka kamu ya." Kalana memberikan teh nya pada Ceilo dan pria itu hanya diam tanpa bicara sama sekali kemudian menyeruput teh hangat sedikit demi sedikit.

Ceilo memandangi seisi rumah Kalana dengan mata tajamnya, kemudian pria itu menemukan sebuah figura dengan foto keluarga yang terpajang di bagian ruang tengah, Ceilo menatap foto tersebut dengan seksama.

"Dari tadi gue liat kayaknya rumah lo sepi, lo sendirian?" Ceilo tiba-tiba bertanya pada Kalana, membuat gadis itu sedikit terkejut dan hanya mengangguk singkat.

"Mama lebih banyak dirumah nya Kak Fany, soalnya kata mama disana rumahnya lebih enak, rumahnya gede dan nyaman. Kak Fany nikah sama atasan nya di kantor. Jadi syukurnya Kak Fany udah bahagia sama keluarga kecilnya." Jelas Kalana mencoba memberi pemahaman pada Ceilo, Kalana tak tau mengapa ia bisa seterbuka ini dengan Ceilo, tapi bukankah hal ini wajar mengingat sebenarnya Ceilo itu kekasihnya kan.

"Terus bokap lo?"

Entah kenapa, tapi menurut Kalana kali ini Ceilo terlihat sangat penasaran, tidak biasanya karena selama ini Ceilo terlihat cuek tentang apapun itu yang menyangkut Kalana. Apa ini bentuk perhatian dari Ceilo yang ingin tahu bagaimana kondisi keluarga kekasihnya, atau ini hanyalah basa-basi semata, entahlah Kalana pun bingung.

Kalana kemudian tertunduk, raut wajahnya seketika nampak menyedihkan ketika Ceilo bertanya tentang ayahnya.

"Ayah udah meninggal dunia waktu aku kelas 2 SMA, waktu itu katanya ada insiden yang mana aku juga nggak tau sama sekali kejelasannya sampai sekarang, tapi karena kejadian itu ayah jantungan dan..."

Kalana menjeda sebentar kalimatnya, ia nampak tak sanggup untuk bercerita namun ia memaksakan nya, "Dan akhirnya ayah meninggal, waktu kejadian itu aku lagi study tour ke bandung karena itu aku nggak tau sama sekali ada kejadian apa yang menimpa ayah sampai memicu penyakit jantungnya. Aku bahkan nggak sempat liat ayah buat terakhir kalinya, pas aku sampai di jakarta ayah udah di makamin." Suara Kalana terdengar serak, ia berusaha menahan tangis dan sakit yang tiba-tiba menyeruak karena harus menceritakan tentang kepergian ayahnya.

Ceilo melihat dengan jelas ada bulir air mata yang tertahan dipelupuk mata Kalana, gadis itu pasti sedang menahan tangis. Hati Ceilo mengiba, ingin rasanya jari-jari tangan nya menghapus air mata Kalana agar gadis itu kembali tersenyum. Namun sedetik kemudian Ceilo tersadar, ia tak boleh terbawa suasana, bagaimanapun Kalana adalah seseorang yang ia benci.

"Hmm...luka gue," dehem Ceilo mengalihkan suasana.

Kalana tergagap dan segera tersadar, ia hampir saja lupa untuk mengobati luka Ceilo, bukankah itu tujuan utama kenapa sekarang pria ini bisa ada dirumahnya, bersamanya dihadapannya.

"Ilo maaf aku jadi lupa. Sini lengan kamu aku obatin,"

Kalana mengobati luka Ceilo dengan hati-hati, membersihkan nya dengan alkohol kemudian memberi obat merah lalu membalutnya dengan kain kasa, serta tak lupa plester agar bisa menutup luka nya dengan sempurna. Sesekali Ceilo meringis pelan serta menatap Kalana dengan seksama saat sang gadis membersihkan luka nya.

Like A Star (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang