32. Manipulatif

3.9K 100 5
                                        



~~~

Dering ponsel yang cukup nyaring membuat Kalana terbangun dari tidurnya, tolonglah Kalana sudah sangat lelah hari ini dan sepenglihatan Kalana ini belum waktunya untuk ia bangun. Kalana berusaha mengabaikan bunyi ponselnya namun ternyata ponsel tersebut berbunyi berulang kali sehingga membuat Kalana merasa sangat terganggu.

Mau tak mau Kalana mengambil ponselnya yang berada dalam tas.

Menajamkan matanya sejenak agar kesadarannya benar-benar kembali, nama Ceilo terpampang sebagai si pemanggil.

Kalana menatap malas, jujur saja Kalana saat ini sangat malas untuk berurusan dengan Ceilo. Kalana merasa sudah nyaman tertidur dirumahnya, meski dalam keadaan gelap. Rumah Kalana yang sesungguhnya, yang sebenarnya sudah tak bisa Kalana tinggali.

Kembali, ponsel itu berdering untuk kesekian kali dan rasanya seperti memaksa Kalana untuk menerima panggilan dari Ceilo.

"Halo, kenapa Ilo?"

"Lo dimana sih Lan? Lo nggak pulang ke apart dan dari tadi gue chat juga nggak dibales?"

Sudah bisa Kalana tebak, suara Ceilo yang cukup keras menghampiri indera pendengarnya. Ceilo bertanya namun lebih terdengar seperti mengomel.

"Aku ketiduran Ilo, aku nggak tau sama sekali kamu ada ngechat."

"Yaudah sekarang lo dimana?"

Kalana berpikir keras, ia belum ingin kembali ke apartment Ceilo malam ini, bertemu pria itu malam ini rasanya begitu menjengkelkan bagi Kalana. Oh Tuhan bisakah Kalana memiliki waktunya sendiri meski hanya sebentar saja.

"Aku nginep dirumah Manda, tadi pulang kerja langsung kepikiran ke tempat Manda pas baca chat kamu nyuruh jangan ke apart dulu."

"Ck...jangan boong Kalana! Gue tadi udah kerumah Amanda dan lo nggak ada disana."

Kalana terdiam, ia tak menyangka sama sekali bahwa ternyata Ceilo sudah berinisiatif mencarinya terlebih dahulu kerumah Amanda.

Amanda pasti kerepotan menghadapi Ceilo, mengingatnya membuat Kalana merasa tak enak pada Amanda karena beberapa waktu terakhir Kalana terpaksa selalu melibatkan temannya itu pada urusan ia dan Ceilo. Karena saat ini memang hanya Amanda lah satu-satunya tempat Kalana bisa bercerita tentang bagaimana hubungan ia dan Ceilo yang terasa semakin melelahkan hari demi hari.

"Ilo----aku..."

Tergagap, Kalana tak tahu harus menjawab apa sekarang.

"Cepet bilang lo dimana sekarang Kalana! Gue muter-muterin jalan dari tadi..."
Nada bicara Ceilo melembut, inilah kelemahan Kalana tentang Ceilo. Jika pria itu sudah mengeluarkan nada bicara dengan begitu halus, tanpa teriakan, tanpa amarah, pasti membuat Kalana mudah luluh begitu saja.

Apalagi pengakuan Ceilo barusan yang mengatakan bahwa ia tengah mencari Kalana kesana-kemari padahal sekarang jam 3 pagi, keadaan yang sangat tidak ideal untuk berkendara tak tentu arah di jalanan.

"Aku dirumah." Jawab Kalana pasrah.

Diseberang sana Kalana bisa mendengar bunyi deru mesin mobil melalui sambungan telponnya dengan Ceilo.

"Hah? Dirumah mana Lan?" Tidak heran jika Ceilo bertanya dengan kebingungan, lelaki itu pasti sudah tak pernah terpikir bahwa sebelumnya Kalana memiliki rumah, tempat tinggalnya sendiri.

"Ya dirumah aku Ilo, dirumah aku dulu, yang disita bank."

"Kok lo bisa disana?"

"Aku masih punya kunci cadangannya."

Like A Star (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang