37. Batas, tak bersisa.

5.3K 142 20
                                        



~~~

Waktu terus berjalan tanpa bisa dihentikan, baik buruk segala sesuatu yang terjadi tak bisa diulang, kebahagiaan yang tak bisa kembali dinikmati pun jua kesalahan yang tak bisa diperbaiki. Apapun yang terjadi, maka terjadilah.

Begitu pula dengan hidup Kalana 5 bulan belakangan, terkadang begitu runyam, terkadang cukup tenang, terkadang pula penuh tangis, terkadang penuh senyum. Namun seseorang yang memiliki andil cukup banyak pada rotasi hidup Kalana hanyalah berasal dari satu orang yakni kekasihnya sendiri Ceilo Narendra Atmajaya.

Waktu yang berjalan tanpa terasa hingga ternyata Kalana sudah menumpang tinggal di apartment Ceilo selama lima bulan, tidak ada perubahan signifikan dalam kurun waktu lima bulan ini. Ceilo memang sudah tak semenyebalkan dulu, ia menepati janjinya untuk tak pernah membawa Keisya lagi ke apartment namun tetap saja kekasih Kalana itu juga masih menjalin hubungan dengan Keisya meski hanya terlihat sebatas berpacaran di sekitaran kampus.

Dalam kurun waktu lima bulan ini tentu saja tabungan Kalana untuk keluar dari apartment Ceilo belum cukup. Bahkan seperempat nya pun belum ada. Kampus Kalana yang terkenal sebagai universitas swasta yang elit membuatnya berada di kawasan elit Jakarta pula, tidak ada kos atau kontrakan murah disekitar kampusnya, yang ada hanya bangunan apartment berjejer dengan mewah.

Jika Kalana ingin mencari kos atau kontrakan yang murah harus mengambil jarak cukup jauh dari kampus dan itu juga akan merepotkan Kalana karena ia tak memiliki kendaraan pribadi, menggunakan kendaraan umum pun akan menyita cukup waktu dan itu semua juga tak lepas dari yang namanya biaya hidup.

Hidup sebatang kara dengan pendapatan seadanya membuat Kalana harus masih berpangku tangan pada Ceilo meski semakin lama ia semakin sadar bahwa racun dalam hubungan mereka hanya semakin berkembang setiap harinya.

Hubungan Kalana dan Ceilo sudah terjalin selama 11 bulan, sebentar lagi akan menjadi perayaan satu tahun, tapi Kalana yakin Ceilo tidak akan mengingat tanggal jadian mereka.

"Huek...huekkk..."

Seminggu terakhir perut Kalana sering terasa sakit, sama dengan hari ini ketika ia masih belajar di kelas perut Kalana kembali terasa mual padahal Kalana tak melewatkan sarapannya.

"Kalana kamu ada maag ya?" tanya Amanda yang tengah membantu mengurut tengkuk Kalana, mereka masih berada di toilet kampus khusus perempuan.

Kalana menggeleng dengan tegas, seingatnya ia sama sekali tak memiliki riwayat penyakit maag.

"Kamu ngerjain tugas Pak Surya sampe begadang kah? Bisa jadi masuk angin Lan," Amanda kembali mencoba mendiagnosis dengan seadanya meski bukan ranahnya, setidaknya untuk mengetahui penyebab Kalana yang sering merasa mual beberapa waktu terakhir.

"Mungkin masuk angin," sahut Kalana singkat ketika isi perutnya sudah terkuras habis dikeluarkan, kendati begitu Kalana masih merasa pusing pada kepalanya.

"Kamu kalau nggak sanggup mending izin deh Lan, lagian abis ini cuma tinggal satu kelas aja jadwal kita." Amanda memberi saran sambil menyodorkan sebotol kecil minyak kayu putih untuk pertolongan sementara pada Kalana.

"No...aku masih kuat kok Manda, lagipula absen di kelasnya Bu Siska tuh susah. Bisa-bisa nilai ku semester ini kurang di Bu Siska doang entar. Temenin gue makan aja kita ke Mbok Minah."

"Di-isi nasi Lan perut kamu tuh, jangan makan mie ayam di Mbok Minah!" Amanda ternyata cukup cerewet, lagipula siapa yang tidak khawatir ketika melihat sang sahabat selalu mual selama satu minggu penuh.

"Mbok Minah kan juga jual nasi goreng Amanda, kamu lupa ya?" Kalana sedikit terkekeh gemas, dalam hati sebenarnya Kalana bersyukur karena masih memiliki Amanda sebagai teman baiknya, setidaknya masih ada satu orang tulus yang benar-benar memerhatikan keadaannya.

Like A Star (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang