44. Semua hanya sementara

3.9K 110 1
                                        





Hidup tanpa kehadiran seorang lelaki bernama Ceilo Narendra Atmajaya ternyata tak begitu buruk bagi Kalanaya, justru kini Kalana merasa sangat damai, tenang, tanpa tekanan. Beberapa bulan lalu Kalana memang cukup kesulitan untuk melupakan Ceilo karena rasa cintanya pada lelaki itu terlalu besar.

Cinta itu buta, sangat buta, Kalana berani bertaruh untuk membenarkan pepatah tersebut.

Namun setelah insiden di cafetaria kampus saat Ceilo dengan telak memukul Kalana hingga ke dasar jurang, tiba-tiba semuanya terasa mudah. Mungkin karena kesabaran Kalana sudah terkuras habis selama hampir satu tahun saat ia masih menjalani hubungan dengan Ceilo.

Hingga kini, melupakan Ceilo rasanya hanya tinggal menghitung waktu.

Meskipun pada awal kepindahan Kalana ke Bali, perempuan itu memang sempat melintaskan nama Ceilo dibenaknya, namun seiring berjalannya waktu nama lelaki itu memudar begitu saja dengan perlahan namun pastu. Tidur Kalana nyenyak, makan nya teratur meskipun mual masih sering dialami Kalana, hal yang wajar mengingat ia tengah mengandung di trimester pertama.

Tiga minggu sudah Kalana menetap di Bali. Daerah Sanur memiliki pemandangan alam yang sangat indah, cantik, membuat senyum Kalana tak luntur setiap hari-harinya.

Masa-masa yang terasa sangat tenang seperti sekarang, Kalana harap dapat bertahan dengan lama.

Minggu lalu Kalana juga pergi ke dokter kandungan untuk memeriksakan janin nya, sang jabang bayi sangat sehat dan tumbuh dengan baik. Kalana tak sabar untuk menanti satu-satunya sanak keluarga yang akan terlahir dari rahim nya.

Bayi yang ada di dalam kandungan Kalana lah yang kini menjadi satu-satunya penyemangat dan harapan hidup Kalana.

Tiga minggu menghirup udara Bali terkadang membuat Kalana sedikit ingin merasakan keindahan Sanur dengan lebih luas, menetap di Bali itu artinya Kalana tak boleh melewatkan betapa cantiknya daerah ini.

Maka hari ini Kalana memutuskan ingin keluar dari villa sebentar, berjalan-jalan di sekitaran Sanur, menyicip makanan khas daerah Bali dan tentu saja untuk menikmati pantai nya, lautan lepas yang berwarna biru cerah dan pasir putih adalah salah satu hal kesukaan Kalana.

Tentu Kalana sudah meminta izin kepada Adam terlebih dahulu, setiap hari Kalana berkirim pesan pada Adam maupun Amanda tentang apa yang ia lakukan hari ini, kemana ia akan pergi, apa yang ia makan. Kalana senang melakukannya, Adam dan Amanda membuat Kalana merasa bahwa ia tak sepenuhnya sendirian di muka bumi ini.

"Mbok Ratih hari ini bisa istirahat aja dulu, kalau mau balik ke rumah juga gakpapa. Aku udah bilang ke Adam kok aku mau jalan-jalan hari ini." Ujar Kalana ketika ia sudah menghampiri Mbok Ratih di dapur.

Kalana bahkan juga sudah siap dengan dress selutut berwarna baby blue berlengan pendek, wajahnya terpoles sedikit make up agar tampilan nya lebih segar. Tinggal menelpon Pak Arya untuk mengantarkannya ketempat yang ingin Kalana tuju.

"Saya belum masak buat makan malam Non Lana, saya masakin dulu ya baru nanti saya izin pulang sebentar."

"Nggak perlu Mbok, aku nanti bakal makan diluar. Pas pulang udah tinggal tidur aja, nanti Mbok Ratih kesini nya besok pagi aja lagi." Kalana menyahut sumringah, hari ini entah kenapa terasa sangat baik.

"Oh...yaudah kalau gitu mbok temenin sampai Pak Arya udah jemput aja ya."

"Boleh Mbok, paling 10 menit lagi Pak Arya juga udah sampai."

Sekarang pukul 2 siang, Kalana berencana ingin mengitari sekitaran Sanur untuk mencari makan siang, kemudian menonton beberapa pertunjukan tari khas Bali lalu diakhiri dengan menikmati sunset di pantai Sanur, tak lupa tentu ia akan kembali mencari rumah makan khas Bali untuk makan malam nya dan pulang ke villa dengan keadaan yang berkali lipat lebih baik.

Like A Star (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang