42. Diantara dua senja

4.5K 108 0
                                        




~~~

Kalana termenung cukup lama saat kini ia memandangi sekitarnya, keindahan yang ditangkap oleh netranya, udara sejuk nan menenangkan, langit senja yang sangat cantik.

Kalana dan Adam tiba di Bali pada pukul  17.45 WITA membuat pemandangan langit dengan warna orange sedikit bercampur merah muda dilengkapi dengan biru nya yang berangsur menggelap bisa ditangkap oleh mata Kalana.

Kalana memang pernah memimpikan untuk meninggalkan Jakarta kemudian memulai kehidupan baru yang lebih baik di Bali, semua terbesit ketika liburan singkatnya dulu bersama Ceilo, bukan karena tempatnya tapi lebih kepada bagaimana perlakuan lelaki itu yang begitu menyayangi Kalana ketika mereka berada di Bali.

Dan sekarang disinilah Kalana berdiri, ditanah Bali namun dengan tujuan dan keadaan yang berbanding jauh terbalik dari apa yang pernah hinggap dibenak Kalana.

Semua tentang Ceilo sudah ia kubur sedalam mungkin, meski Bali menyimpan begitu banyak kenangan manis tentang ia dan Ceilo namun Kalana sudah tak ingin mengingatnya barang sedikitipun. Bagaimanapun jua pada nyatanya Ceilo jauh lebih banyak menoreh luka dibanding memberi bahagia.

Sesungguhnya Kalana sekarang merasa sangat lega karena akhirnya ia berhasil keluar dari hubungan penuh racun dengan Ceilo meski dengan cara yang teramat menyakitkan. Bahkan Kalana harus terpaksa membawa pergi hasil buah cinta nya bersama Ceilo tanpa diketahui oleh lelaki itu.

Mungkin memang akan selalu ada jejak Ceilo yang tertinggal dari diri Kalana, namun Kalana akan berusaha semampu mungkin untuk menganggap anaknya hanyalah miliknya seorang tanpa campur tangan Ceilo.

"Adam aku nggak tau harus gimana buat balas semua kebaikan kamu ke aku." Kalana mengerjap, air mata sudah dipelupuk, kali ini bukan tangis menyakitkan namun tangis haru nan membahagiakan karena Kalana merasa sangat beruntung dan bersyukur diatas semua kesakitan yang ia alami.

Adam yang tadinya sibuk membereskan beberapa barang Kalana, mendekat pada arah Kalana yang tengah duduk dengan nyaman di sofa teras villa.

Adam menyunggingkan senyum, bersimpuh agar Kalana tak perlu lelah untuk mendongak saat mereka bicara.

"Lo sehat. Cukup dengan lo harus memastikan diri lo sehat dan baik-baik aja, itu semua udah cukup buat ngebalas semua yang gue lakuin buat lo. Lo sehat, artinya lo ngehargain semua yang gue lakuin."

"Kamu kenapa baik banget sama aku Dam?" Kalana sudah tak mampu menahan tangis haru, meski dengan sangat perlahan namun air mata kini menghiasi wajah cantiknya.

Adam ingin sekali mengatakan bahwa ia sungguh-sungguh sudah jatuh hati pada Kalana. Adam ingin sekali mengatakan bahwa ia tidak akan pernah rela Kalana tersakiti barang sedikitpun. Adam ingin Kalana bahagia, ingin Kalana sehat, ingin Kalana berhenti menangis.

Namun Adam sadar, saat ini bukanlah waktu yang tepat. Adam tahu perempuan dihadapannya pasti memerlukan waktu untuk menyembuhkan lukanya terlebih dahulu, dan yang harus Adam lakukan hanyalah menemani Kalana dimasa penyembuhan itu.

Adam yakin jika Kalana memang untuknya, suatu saat nanti pasti akan datang waktu yang tepat agar ia bisa mengungkapkan perasaannya.

Karena itu akhirnya Adam hanya menarik senyum tanpa memberi sahutan apapun pada pertanyaan Kalana.

"Nanti bakal ada Mbok Ratih yang jagain dan nemenin lo disini, lo bisa minta bantuan apapun sama beliau. Lo tenang aja Mbok Ratih itu orang kepercayaan keluarga gue kok, beliau udah lama kerja sama keluarga gue. Dan satu lagi, nanti ada Pak Arya yang bakal supirin lo tapi beliau nggak stay. Lo bisa telpon Pak Arya dulu sebelum lo mau berangkat kemana-mana." Ujar Adam sambil menggenggam lembut tangan Kalana dan mengusapnya untuk memberi ketenangan.

Like A Star (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang