7

239 35 4
                                    

"jin, makan malem dulu" ucap nyonya Hwang saat melihat Hyunjin turun dari kamarnya yang berbeda di lantai atas.

"Hyunjin buru-buru mah, pah"

"Sini dulu. Papah mau ngobrol" panggil sang mamah sembari menunjuk kursi disebelahnya.

"Hm . Knapa?" Tanya Hyunjin lalu mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

"Felix apa kabar?" Tanya tuan Hwang membuat Hyunjin menatap nya.

"Baik. Kenapa pah?"

"Mamah sama papah kangen. Udah lama gak ketemu dia. Besok besok ajakin kesini ya" ucap nyonya Hwang.

Hyunjin tersenyum dan mengangguk.

"Oya papah denger belakangan ini Jeongin sering ke kantor

"Ia sering. Ni sekarang mau pergi nemenin dia ke karnaval" jawab Hyunjin santai.

"Sama Felix juga?" Tanya nyonya Hwang.

"Nggak berdua sama Jeongin aja"

"Oh bagus deh kalo Felix gak ikut"

"Kenapa mamah bilang gitu?"

Tuah Hwang menghela nafasnya "kalo si Felix ikut yang ada makan hati jadi obat nyamuk" jwab tuan Hwang dengan santai. Ia sangat tau kedekatan sang anak dengan Jeongin seperti apa.

"Maksud papah apa ngomong kaya gitu. Meskipun Felix ikut ya semuanya bakal have fun. Orang Jeongin sama Hyunjin dekat dah kaya adek kakak"

"Menurut kamu. Tapi menurut Felix? Emang kamu tau dalem hati Felix kaya gimana?" Tanya tuan Hwang membuat Hyunjin memutar bola matanya malas.

"Pah mah, Felix oke oke aja kok sama kehadiran Jeongin. Lagian Hyun-"

"Lagian apa? Kalian pacaran udah hampir 3 tahun Jin, tapi yang mamah liat kamu kaya pacaran sama Jeongin bukan Felix. Kamu udah besar sayang, gak selamanya kamu bakal kaya gitu terus. Mau dibawa kemana hubungan kamu sama Felix kalo kamu gitu" nyonya hwang yang tak tahan mengeluarkan unek-unek yang ada di hatinya.

"Kenapa tiba-tiba mamah ngomong gini? Mamah gak suka sama Jeongin? Atau jangan-jangan Felix ngadu aneh-aneh ke mamah sama papah"

"Felix ngadu? Maksud kamu apa sih sayang. Ketemu Felix aja gak pernah"

"Udah ah. Hyunjin pergi dulu"

Mood Hyunjin tidak baik sekarang, bahkan ia mengemudi dengan ugal-ugalan.

Sementara itu Felix menangis di kamarnya.
Sungguh untuk saat ini hatinya terasa sangat hancur. Perlakuan Hyunjin seolah berbanding terbalik dari sebelumnya.

"Hyunjin cuma kasian sama lo gara-gara lo sebatang kara"

Ucapan itu terngiang-ngiang di kepala Felix. Ia merasa hampa bahkan teman cerita saja ia tak punya. Banyak orang yang berbuat baik kepadanya karena mereka kasihan.
Tak ada yang berniat menjadi seorang teman atau bahkan sahabat. Ia mengerti dirinya tak seperti orang lain yang bisa melakukan atau bahkan menjadi luar biasa. Ia hanya orang biasa yang bahkan ibunya sendiri pun tak menginginkannya.

Iya menarik nafasnya panjang. Tangisannya yang mula tak bersuara sekarang merintih. Nafasnya yang normal mulai sesenggukan. Ia kecewa pada harapan nya sendiri. Hyunjin nya yang ia anggap yang terbaik dihidupnya bahkan seolah tak perduli.

Jisung yang mengetahui Felix tengah menangis mendatangi rumah kecil itu. Mengetuk pelan berdoa agar Felix membukakan pintu.

Mendengar suara ketukan pintu Felix menghapus air matanya dengan cepat. Berjalan perlahan membuka pintu.
Berdirilah Jisung didepan pintu kayu tersebut. Tersenyum ramah sembari menyapa.

"Hai Lix" sapanya.

Dapat ia lihat mata sembab Felix dan hidung merah yang sedikit berair itu.
"Lo ok?" Tanya Jisung

Felix hanya mengangguk. Karena suaranya cukup serak jika ia harus berbicara.

"Gue kesepian di rumah. Makannya datengin lo" ucap Jisung mencari alasan agar felix mempersilakan nya untuk masuk.

Felix hanya diam tak menjawab.
"Lo habis nangis?" Tanya Jisung sembari menghapus air mata di ujung mata Felix. Felix mengangguk pelan dan air matanya kembali jatuh.

"Lo kenapa? Lagi ada masalah hm? Coba cerita ke gue" ucap Jisung sembari menarik Felix kedalam pelukannya. Memberikan Felix sebuah kehangatan. Tangis Felix semakin jadi saat Jisung memperlakukan nya seperti itu. Dengan pelan Jisung mengelus rambut Felix berusaha menenangkannya.

"A-aku-"

Tanpa pikir panjang Jisung membopong tubuh Felix dan menutup pintu. Felix yang diperlukan seperti itu mendongak menatap wajah Jisung. Mendudukkan Felix di atas ranjangnya. Sontak Felix melepaskan pelukannya.

"Lo gak usah takut. Gue gak bakal jahatin lo" ucap Jisung pelan sembari menangkup pipi Felix dan menghapus air mata Felix.

"Gue ada, buat nemenin lo. Jadi temen lo. Jadi temen curhat tempat buat lo berkeluh kesah. Lo cerita semua masalah lo ke gue. Gue janji bakal jadi pendengar yang baik" ucap Jisung panjang lebar. Tangannya mengelus pucuk kepala Felix.
"Kalok Lo butuh pelukan peluk gue. Kalo lo nangis gak papa, gue rela baju gue basah. Asalkan lo bisa tenang dan sedikit lupain sakit yang ada di hati lo. Oke? Kita teman kan?" Tanya Jisung di akhir kalimat nya. Tangannya terangkat mengajak Felix bersalaman agar pertemanan mereka resmi.

Felix meraih tangan Jisung dan memeluk Jisung. Untuk pertama kalinya ia merasa ada orang yang benar-benar tulus padanya. Ia tak menemukan satu kebohongan pun di mata Jisung. Ia tak mengerti, mengapa tubuhnya seolah ingin agar Jisung ada untuk menghangatkan nya. Kenapa sekarang ia memeluk tubuh Jisung. Ia bingung dengan dirinya sendiri. Namun jika boleh jujur inilah yang Felix inginkan dari Hyunjin.

Setelah itu Felix menceritakan semua yang ia rasakan. Tentang rasa kesepian yang ia rasakan. Rasa hampa rasa sakit hati dan semuanya tertumpah. Entah sampai jam berapa mereka mengobrol. Jisung orang yang lebih dari cukup untuk tempatnya menceritakan semua keluh kesah didalam hati nya.

Dan sekarang Jisung mengerti mengapa ia mendapat Felix menjadi sebuah Jeckpot untuknya. Orang yang terlihat baik-baik saja ternyata tak selamanya baik. Mereka bisa menyembunyikan rasa sakitnya sendiri tanpa ada seorang pun yang tau. Dan meskipun mereka tau mereka tak akan pernah peduli.

Sulit menemukan rumah baru disaat rumah yang lama terasa tak nyaman untuk ditinggali. Begitulah Felix. Dia adalah orang yang sulit terbuka karena Hyunjin yang ia anggap sebagai tempat bercerita bahkan seolah tak perduli. Bagaimana dengan yang lain?

.

Hyunjin yang tengah menemani Jeongin sedikit tak minat dengan semua ajakan Jeongin. Moodnya tak baik sekarang. Ia memikirkan perkataan orang tuanya.

"Lo kenapa sih?"

"Nggak"

"Nggak apaan. Kaya gini di bilang enggak"

"Gue lagi gak mood jangan ngajak gue debat" dingin Hyunjin yang membuat Jeongin kesal.

"Yaudah. Anter gue pulang. Atau nggak tinggalin aja gue. Gue bisa sendiri kok"

Hyunjin mulai muak dengan sikap Jeongin yang sedikit egois menurutnya.
"Yaudah ayok gue anter pulang"

"Habis itu lo mau ketemu Felix gitu. Pergi aja sana gue tau kok gue kan cuma sahabat"

"Gak usah bawa-bawa Felix bisa gak!" Bentak Hyunjin

"Kenapa emang itu kenyataannya kok. Lo sadar gak sih Felix gak pernah suka sama gue! Dia mau gue hilang dari hidup lo" Ucap Jeongin dengan nada yang meninggi.

"Gak usah lo jelek-jelekin Felix didepan gue"

"Oh jadi gue gitu? Lo sadar bisa gak sih. Dia tu emang gak pernah ngarepin gue ada di antara kalian. Kenapa sekarang lo malah nuduh gue jelek-jelekin dia jin. Buka mata lo! Kok lo jadi gini sekarang"

"Felix itu pacar gue. Lo tau kan"

"Dia tu benalu jin. Dia malah bikin kita makin jauh!"

"STOP!"

"Jin kok lo-"

"LO MAU PULANG SENDIRI KAN. OKE FINE LO PULANG SENDIRI" final Hyunjin dan pergi meninggalkan Jeongin

The Jeckpot |SUNGLIX & HYUNLIX|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang