14

228 34 5
                                    

Hyunjin mengerjapkan matanya berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk. Ia memegangi kepalanya yang terasa pusing. "Sshh.. pala gue sakit banget". Saat sudah benar-benar sadar ia terperanjat baru menyadari ia tengah berada di sebuah kamar yang tak asing dimatanya.
Pintu terbuka menampilkan Felix yang berjalan membawa nampan berisi makanan. Hyunjin yang masih memproses apa yang terjadi hanya diam mematung.

"Nih makan dulu. Biar kepala kamu gak pusing lagi" ucap Felix dengan lembut, tangannya menyodorkan semangkuk sup pada Hyunjin.

"Kok gue-"

"Jisung nolong kamu tadi malem. Katanya dia ngeliat kamu mabuk ditengah jalan" ucap Felix memotong ucapan Hyunjin. Hyunjin tak bisa mengingat apapun yang telah terjadi. Jisung yang berdiri di depan pintu hanya menatap kedua orang yang kini saling diam itu. Ia melangkahkan kakinya memasuki kamar kecil itu.
"Lix, gue pamit pulang dulu ya" ucap Jisung membuat Felix menatapnya.

"Tapi Hyun-"

"Kan ada lo yang ngurusin. Entar gue balik lagi. Kalo butuh apa-apa telpon aja hm" ucap Jisung sambil mengelus kepala Felix. Hyunjin memalingkan wajahnya enggan menatap kemesraan sunglix didepannya itu.
'ngapain dia nolongin gue kalo malah bikin makan hati' batin Hyunjin. 'kalo gak karena Felix gue bunuh lo' jawab Jisung dengan batinnya.

Jisung mengecup kening Felix lalu pergi meninggalkan Hyunjin. Felix masih menatap punggung Jisung yang pergi menjauh.
"Nih makan" ucap Felix.

"Gak perlu. Makasih. Gue mau pulang aja" jawab Hyunjin. Felix tersenyum menatap wajah Hyunjin yang terlihat kesal. "Aku udah masak ini buat kamu. Kamu boleh pergi tapi makan dulu" ucap Felix. Hyunjin menatap mata Felix yang kini menatapnya dengan lembut. Hyunjin mengalihkan pandangannya karena air matanya sudah menggenang di pelupuk matanya. Tangan kecil Felix menghapus air mata yang mengalir di pipi Hyunjin, "kepala kamu sakit banget ya?" Tanya Felix yang berpikir bahwa Hyunjin menangis karena sakit di kepalanya, membuat Hyunjin hanya menatap nya.

Mereka hanya saling berdiaman, tak ada yang berniat memulai percakapan. Tangan Felix bergerak mengambil sendok dan menyuapi Hyunjin. Tak langsung membuka mulutnya, Hyunjin menatap lamat mata Felix.
"Kenapa kamu gini, perlakuan kamu yang kaya gini malah bikin aku tambah tersiksa Lix" lirih Hyunjin.

Felix menaruh kembali sendok yang ia pegang di mangkuk sup itu. Ia menghela nafasnya, "aku cuma mau bantu kamu. Ayo buka mulutnya aku suapin" ucap Felix.

"Aku kira kamu gak bakal secepat itu dapet pengganti aku" gumam Hyunjin yang dapat Felix dengar.

"Aku gak pernah gantikan kamu sama siapapun. Tapi kamu yang bikin aku nyari orang lain. Kamu tau aku sendirian, kamu pikir kalo gak ada kamu aku bisa, nggak segampang itu Hyun"

"Buktinya Jisung bisa gantikan aku sebaik ini. Dia bisa jaga kamu bahkan bisa bikin kamu bahagia" lirih Hyunjin.

"Jisung dia-"

"Dia bisa bikin kamu bahagia. Bahkan lebih bahagia daripada sama aku" ucap Hyunjin. Felix mengangguk "hm. Bahagia banget. Tapi dia bilang, kalo bahagia aku palsu. Padahal dia gak tau kalo aku-" Felix tak mampu mengatakan apapun. Air matanya mengalir membuat suaranya tak bisa keluar.

Hyunjin tersenyum getir, tangannya meraih tangan mungil Felix. "Selamat yah, aku minta maaf buat semuanya. Aku janji gak bakal ganggu ataupun nyakitin kamu lagi" lirih Hyunjin. Felix menggeleng ribut "nggak, aku-"
"Aku ngerti, seharusnya emang aku gak perlakukan kamu kaya kemaren. Aku nyesel Lix. Aku nyesel ninggalin orang kaya kamu. Aku minta maaf tapi aku berharap kita bisa balik kaya awal. Meskipun aku tau sekarang kamu udah punya Jisung yang bisa jagain kamu, tapi aku-"

Hyunjin terdiam saat Felix memeluknya. Ia bisa merasakan tubuh Felix bergetar karena menangis. Tangan besar Hyunjin membalas pelukan Felix. Membiarkan Felix menangis sepuasnya didalam pelukannya. Karena ia berpikir bahwa mungkin ini yang terakhir kalinya ia bisa memeluk Felix seperti ini.

The Jeckpot |SUNGLIX & HYUNLIX|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang