1. Pengenalan

1.7K 148 13
                                    

Hinata pov

Perkenalkan, nama ku Hinata. Hyuuga Hinata yang kini sudah beralih marga menjadi Namikaze Hinata.

Ya kalian tentu tau sebabnya, tentu karena aku mengikuti marga suamiku. Seperti kebanyakan wanita pada umumnya, aku juga kini tinggal di apartemen milik suamiku.

Aku masih muda, bahkan di tahun ini aku baru berusia 22 tahun, jujur saja aku terpaksa menikah karena sebuah alasan tapi kalau kalian kira karena alasan ekonomi kalian salah besar. Aku tidak di jodohkan dengan lelaki tua kaya raya karena harus menebus hutang kedua orang tuaku. Itu sangat konyol! Orang tuaku terlalu kaya untuk terlilit hutang, aku punya beberapa aset yang memang sudah atas nama diriku, bahkan tanpa menikah pun aku masih sanggup bertahan hidup sampai tua. Tentunya bukan karena alasan ekonomi. Catat itu!

Tapi aku juga menikah bukan karena kemauanku, aku menikah karena di paksa mendiang Ayah dan Ibuku. Ya, aku sudah tidak punya orang tua, ada suatu kejadian yang entahlah cukup rumit di jelaskan hingga aku berakhir seperti ini.

Apa perlu ku ceritakan tentang suamiku juga? Sebenarnya aku agak malas tapi tak apa aku akan tetap menceritakannya.

Suamiku, kata beberapa temanku dia sosok yang sempurna. Tampan, tinggi, berbadan atletis juga berkulit eksotis. Dia pemuda yang cenderung cuek bahkan pada teman-temanku sekalipun dia tidak pernah banyak bicara.

Dia sangat menyebalkan, setidaknya di mataku. Di mata orang lain dia pendiam dan juga berkarisma, tapi di mataku dia sangat berbalik. Dia otoriter dan juga penceramah ulung. Selalu mengajakku beradu mulut bahkan tak jarang membuat tensi darahku naik.

Dia pakar pembuat darah tinggi!

Ya meski ku akui, suamiku cukup tampan dan ya kalian tau lah ada beberapa aspek yang menurutku dia sangat sempurna. Ingin ku jelaskan tapi aku takut kalian iri padaku. Intinya dia menyebalkan namun juga penakluk yang sempurna.

Namanya Naruto, Namikaze Naruto yang tahun ini dia berusia 28 tahun. Menurutku dia tua namun menurut teman-temanku dia menggoda. Aneh bukan?

Lelaki itu sedang di sibukan dengan tesisnya karena dia sedang mengambil program S2 sekaligus bekerja di kantor milik Ayah mertuaku. Ya, sebagai suami dia tentu harus tetap bekerja dan sebagai seseorang dengan ambisi tinggi, suamiku itu sangat ingin menuntaskan kuliahnya segera.

Iya, di antara aku yang sedang di landa malas dan juga jenuh mengurus kuliah dia sebaliknya. Aku yang selalu mengulang semester mendapatkan pasangan yang bahkan bisa menyelesaikan S1nya dalam 3,5 tahun.

Kadang aku heran, bagaimana bisa ada manusia seperti dia?

Tapi yasudahlah. Mungkin karena kami sangat berbeda karena itulah Tuhan membuat kami berjodoh.

Jodoh ya? Aku bahkan belum yakin dengan itu.

***

Naruto menyesap kopinya dengan tenang, lelaki tampan yang tengah duduk tenang di ruang tamu itu sedang fokus mengerjakan tesisnya. Sekarang sudah pukul delapan malam dan Hinata masih belum pulang.

Gadis nakal itu pergi sejak sore tadi, pamitnya hanya pergi ngopi dengan beberapa temannya namun kenyataannya sampai sekarang dia belum pulang.

Naruto hanya bisa menghela nafas berat. Ini bukan pertama kalinya Hinata berlaku demikian, kadang dia geram namun rasanya terlalu lelah untuk memarahinya. Tapi Naruto tidak bisa diam begitu saja ketika gadis yang sudah menjadi tanggung jawabnya sejak dua tahun lalu itu terlambat pulang seperti ini. Dia takut terjadi apa-apa pada istrinya itu.

Jika kalian bertanya apakah Naruto mencintainya?

Jawabannya entahlah. Karena Naruto sendiri menikahi gadis itu hanya karena menuruti orang tuanya. Dia pemuda yang penurut dan tidak banyak menuntut, jadi ketika di minta menikahi Hinata Naruto tidak membantah dia yakin apa yang di pilihkan orang tuanya adalah yang terbaik untuknya.

Hinata contohnya, meski sekarang Naruto masih mencari dimana letak kebaikan Hinata untuk dirinya.

Selama ini masih kosong.

Gadis itu terlalu sulit di kendalikan, kadang Naruto membutuhkan sedikit kekerasan untuk membuatnya disiplin.

Kekerasan, tentunya bukan kekerasan fisik karena Naruto sangat menghargai Hinata sebagai istrinya. Dia menjaga gadis itu seperti seharusnya.

***

Naruto kembali menghela nafas saat melihat jam menunjukan pukul sembilan dan Hinata masih belum menampakkan batang hidungnya.

Naruto menutup laptopnya juga kembali merapihkan buku-bukunya. Pemuda itu meraih ponsel lalu membuka maps, melihat posisi dimana Hinata sekarang berada. Beberapa menit kemudian Naruto sudah bersiap dengan hoddie abu-abu juga repeat jeans kesukaanya.

Pemuda tampan bermata biru itu turun menuju lobby. Sorot matanya dingin menandakan mood nya yang sedang tidak baik, menahan kekesalan dengan waktu yang cukup lama membuat perasaan kesalnya sudah sangat menggumpal. Menggondok dalam dada dan sepertinya hampir meledak.

Naruto bahkan mengabaikan sapaan satpam yang berjaga di pos ketika dia keluar dari unit apartemennya. Pemuda itu memacu mobilnya cukup kencang membelah jalanan malam yang tidak terlalu ramai. Pemuda itu bergegas menuju kafe dimana Hinata berada.

Dua puluh menit berlalu Naruto memberhentikan mobilnya di parkiran, tanpa banyak basa basi dia melenggang masuk ke dalam kafe yang lumayan ramai itu.

Naruto masuk tanpa berbicara sepatah katapun, dia bahkan mengabaikan sapaan penjaga kafe. Beberapa orang menatap ke arah sosok lelaki dengan aura yang cukup dingin itu.

Padahal wajahnya tampan namun sayang tidak ada senyum di sana, dia seperti tidak tertarik dengan apapun di sekelilingnya kecuali sosok gadis mungil  yang sedang tertawa bersama beberapa temannya. Beberapa wanita sebaya dengan gadis itu yang juga tampak menikmati waktunya bersama Hinata.

Naruto tidak pernah melarang Hinata karena dia tidak ingin merebut dunia gadis itu, di usia Hinata pasti masih ingin menikmati hidup bebas dan bahagia bersama teman-temannya. Namun terkadang, gadis itu melupakan statusnya.

Naruto melenggang menuju Hinata yang duduk di pojok ruangan, gadis itu belum menyadari keberadaannya sampai ahirnya Naruto berdiri di belakang Hinata.

Dua teman Hinata, Ino dan Sakura saling kode untuk kabur karena aura Naruto sungguh tidak mengenakkan.

"Ee.. Nat, kami duluan ya udah malem nih.." ujarnya sambil takut takut. Naruto masih berdiri di belakang Hinata tanpa kata dan hanya menatap mereka datar.

"Lah, katanya masih mau nambah? Gapapa perut gue masih muat kok." Hinata yang masih belum rela acara makan makan itu selesai mencoba menahan kedua temannya.

"Gak deh, yaudah bay!!!" Mereka langsung berlari meninggalkan Hinata yang cemberut di tempatnya.

Naruto membiarkan saja gadis itu menggerutu di kursinya, masih setia berdiri dan menunggu reaksinya.

"Males banget ih mereka..."

Hinata tampak kesal lalu mengemasi barang-barangnya. Gadis itu berbalik dan wajahnya seketika terkejut saat melihat Naruto berdiri di belakangnya. Pemuda tampan itu memasukkan kedua tangan ke saku celana sambil menatap Hinata lurus.

"N-naruto.." lutut Hinata terasa sangat lemas. Dia tidak menyangka Naruto akan menjemputnya untuk kesekian kalinya karena dia lupa waktu.

"Pulang.."

Tanpa menunggu jawaban Hinata pemuda itu meraih jemari mungil Hinata lalu membawanya pulang. Jika kalian kira Naruto menariknya kasar maka kalian salah, pemuda itu hanya menggenggam tanpa mencengkram. Menarik sehalus mungkin dan tidak menyakiti Hinata.

Gadis itu hanya menurut, jujur kadang dia merasa bersalah karena sering lupa waktu namun dia tidak bisa menampik berada di rumah terus menerus membuatnya lelah dan bosan.

"Nar, jangan marah.." cicit Hinata saat Naruto baru saja memasuki mobio setelah membuka pintu untuknya.

"Enggak.." jawab pemuda itu santai.

Kalau boleh jujur, Hinata takut Naruto yang seperti ini. Lebih baik dia mendengarkan Naruto yang mengomel dan menasehatinya daripada Naruto yang diam seperti ini. Wajahnya terlihat sangat menyeramkan berkali-kali lipat.

Sungguh.





Tbc__

SOMEONE BESIDE ME | Hyuuga HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang