15. Salah paham (2)

435 72 11
                                    

Siang itu jadwal Naruto sangat padat, ada banyak meeting sengan jeda waktu singkat yang harus dia hadiri. Jangankan untuk istirahat, Naruto bahkan tidak sempat membuka ponselnya. Dia ingin fokus pada pekerjaannya, setidaknya dia bisa menyelesaikan sebagian besarnya.

Sampai dengan pukul dua belas siang, Naruto melirik arlojinya. Pemuda itu ingat, jadwal kuliah Hinata tidak sampai  menjelang sore seperti biasanya. Buru-buru dia mengecek ponsel dan benar saja, ada banyak sekali panggilan tak terjawab dari istrinya itu. Beberapa tentetan pesan singkat juga Hinata kirimkan, gadis itu sudah menyelesaikan kelasnya.

Beruntung jarak kampus Hinata dan kafe tempat terakhir Naruto bertemu klien tak begitu jauh, pemuda itu bisa langsung bergegas menjemputnya.

Hinata bilang Ino dan Sakura tidak bisa mengantarnya jadi Naruto memacu mobilnya lebih cepat agar tidak membuat Hinata menunggu terlalu lama.

Cuaca mendung membuat Naruto semakin gundah, dia takut istrinya itu menunggu sendirian dan kesepian. Sudah tidak dia hiraukan lagi rasa lelah bahkan haus yang sedari tadi menusuk tenggorokannya. Yang ada di otaknya hanyalah datang dengan cepat menjemput Hinata sebelum badai tiba.

Mobil sedan milik Naruto berbelok dan mulai memasuki area kampus, pemuda itu terus bergerak menuju gedung fakultas tempat Hinata belajar. Hinata bilang dia akan menunggu di kelasnya. Namun baru saja sampai di depan gedung, Naruto bisa melihat jelas sosok Hinata sedang berbincang-bincang dengan seorang lelaki.

Entah siapa pemuda itu, Naruto belum pernah melihatnya. Hinata juga belum pernah memperkenalkan sosok itu padanya.

Dari kejauhan, Naruto bisa melihat jelas bagaimana lelaki itu berbicara dan terlihat sangat berbinar-binar ketika menatap Hinata.

Hatinya mendadak panas, dan marah. Perasaannya tiba-tiba tak terkontrol, melihat pemuda itu begitu tertarik pada Hinata-nya emosi Naruto seketika naik.

Rasa panas yang di sebabkan dahaga tak sebanding dengan panas yang di sebabkan kemarahannya siang ini.

Naruto baru saja hendak turun, namun matanya menajam saat melihat Hinata berlari kecil memutari mobil di ikuti pemuda itu menuju pintu penumpang.

Dada Naruto sakit, di depan matanya sendiri dia melihat pemuda asing itu membuka pintu kemudian mempersilahkan gadisnya masuk.

Naruto ingin menabrak mobil itu sekarang juga, namun sebisa mungkin dia tahan karena dia tidak ingin mencelakai Hinata.

Naruto terus memandangi kemana arah mobil itu bergerak. Hatinya kian mendidih saat dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Hinata tengah tertawa bersama pemuda itu saat melewati mobilnya.

Hinata benar-benar tidak menyadari kedatangan Naruto.

Sambil mencengkram erat kemudi mobil, Naruto mengikuti kemana arah mobil yang di kendarai Hinata.

Awalnya Naruto berpikiran negatif, mungkin saja Hinata berselingkuh atau semacamnya namun ternyata mobil itu bergerak menuju arah apartemen tempat mereka tinggal. Naruto terus mengikuti mobil itu sampai akhirnya Rubicon berwarna oranye hitam itu berhenti tepat di depan apartemen Naruto.

Naruto berhenti dengan jarak cukup jauh sambil mengamati apa yang selanjutnya mereka lakukan. Naruto tidak tau apa yang mereka bicarakan namun terlihat senyuman pemuda itu merekah saat Hinata sedikit membungkuk mengucapkan terimakasih.

Naruto menunggu dengan sabar sampai pemuda itu akhirnya meninggalkan halaman apartemennya. Menyisahkan Hinata yang kemudian masuk ke dalam rumah sebelum hujan deras kembali turun seperti tadi.

Naruto melajukan mobilnya menuju area apartemennya. Dia turun dan membuka gerbang apartemen itu sendiri, hujan deras di sertai angin kencang mulai turun di sana. Naruto segera masuk kembali ke mobil, memarkirkannya kemudian menutup gerbang dengan cepat.

Hujan membasahi tubuh dan rambutnya, pemuda itu memasuki apartemen tanpa mengucapkan salam. Ia melenggang masuk kedalam kamar dan sesuai perkiraannya Hinata terkejut melihat kedatangan suaminya.

Hinata baru saja keluar dari kamar mandi mengganti pakaian dan saat dia keluar dia mendapati suaminya berdiri di kamar dengan tubuh basah dan rambutnya lepek.

"Sayang, kamu  dari mana kok basah-basahan?" Hinata mengambil handuk yang kebetulan ada di atas meja, berniat mengelap rambut suaminya itu. "Ada dokumen yang ketinggalan?" Tanya Hinata. Tangannya hendak mengusap rambut suaminya namun tanpa di sangka. Naruto menepis tangan mungil itu begitu saja, Hinata yang terkejut mendapatkan perlakukan seperti itu mencoba bertanya ada apa namun baru saja mata mereka bertatapan. Hinata sudah di buat menciut karena sorot mata tajam dan menusuk yang di hadiahkan Naruto padanya.

"Lain kali kalau emang di anterin pulang sama cowok lain, gak usah nyuruh aku jemput. Buang-buang waktu aja." Untaian kata sarkas bernada dingin itu langsung menghujam ulu hati Hinata.

Naruto mengatakan itu dengan segenap emosinya yang tertahan. Dan tanpa menunggu jawaban Hinata atau upaya pembelaan gadis itu, Naruto bergegas menuju kamar mandi.

Bahkan dingin air hujan yang membasahi tubuhnya tidak mampu mendinginkan emosinya barang sedikit. Naruto sudah terlanjut tersulut amarah.

Hinata terdiam di tempatnya, dan tepat saat Naruto membanting pintu kamar mandi lutut gadis itu turut lemas di buatnya. Hinata jatuh terduduk di sisi ranjang dengan dada yang sesak tak karuan.

Entah kenapa kata-kata dan perlakuan pemuda itu menusuk sampai kedalam hatinya.

***

Naruto keluar dari kamar mandi setelah setengah jam berendam di air hangat. Dia butuh relaksasi untuk menenangkan pikirannya yang berantakan. Dia sedikit merasa bersalah pada Hinata, emosinya membuat dia berkata kasar pada istrinya itu.

Naruto sadar, tekanan di tempatnya bekerja serta deadline tugas akhir kuliahnya membuat Naruto sedikit labil.  Naruto keluar kamar mandi dengan handuk melilit di pinggangnya, mata birunya langsunh tertuju pada sosok gadis mungil yang tengah meringkuk di atas ranjang.

Matanya lembab sepertinya sedari tadi dia menangis. Rasa bersalah itu tambah besar dalam diri Naruto, melihat bagaimana Hinata tertidur sambil memeluk tubuhnya sendiri membuat hatinya sakit.

Naruto mengusap wajahnya kasar, dia ingin marah dan memaki namun ketika melihat Hinata seperti ini dia tidak berdaya. Jujur, amarahnya begitu besar namun ada yang lebih besar dari itu semua.

Iya, rasa takut kehilangannya.

Naruto mengalah, dia menghela nafas panjang berulang kali sebelum akhirnya membangunkan Hinata. Gadis itu bisa sakit jika dia tidur dengan handuk lembab seperti ini.

"Hinata, bangun..."

Tbc____ 





Damai apa lanjut perang nih?

SOMEONE BESIDE ME | Hyuuga HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang