Naruto kembali ke kamar setelah mengambil makanan, pemuda itu masuk dengan wajahnya yang aneh. Hinata menatap suaminya heran, "Kenapa Nar?" Tanyanya heran.
"Aku lihat jam tadi jam tujuh kan, tapi kenapa di luar masih gelap? Biasanya jam segini udah rame orang lewat. Apa emang sepi komplek ini ya?" Naruto terheran-heran sendiri sembari menyusun makanan di meja. "Tadi pas aku tanya sama drivernya juga kenapa masih gelap dia malah heran, kenapa sih?" Lanjut Naruto.
Jika kalian kira Hinata dan Naruto bangun di pagi hari maka kalian salah, mereka bangun pukul tujuh malam. Jam yang sangat tanggung dimana tubuh masih segar namun aktifitas orang-orang di luar baru saja mulai berhanti.
Gadis itu terkekeh pelan lalu mencubit hidung suaminya itu gemas. "Ya jelas heran lah sayang, sekarang itu jam tujuh malam bukan jam tujuh pagi." Hinata terkekeh lucu melihat wajah Naruto yang cengo.
"Loh sekarang masih malam? Kenapa kamu gak bilang sih Nat, aku kan gak perlu repot-repot ngurus kerjaan kalau gitu, enakan juga lanjut rebahan."
"Yang nyuruh kamu kerja terus itu siapa loh Nar? Kamu sendiri kan yang suka."
"Aku tuh gak suka kerja ya Nat, ini namanya tanggung jawab!"
"Gak usah terlalu maksa, duit gue juga banyak kok gak minta dari lo." Hinata memasang wajah tengilnya kemudian mengambil satu potong pizza yang di beli Naruto. Asapnya masih mengepul membuat selera makan Hinata bertambah seketika.
"Iya iya yang banyak duit, aku yang miskin ini bisa apa.." dengan berpura-pura sedih Naruto turut memakan pizza itu. "Kalau gitu aku gak usah kerja aja ya? Kan kamu bisa biayai aku." Lanjut pemuda itu.
"Dih, ya ogah!!! Laki kalau gak kerja mau ngapain coba? Masa ongkang-ongkang kaki doang. Najis."
"Ongkang-ongkag kaki, sekaligus bikin kamu ngangkang."
"Lambemu mas!!!"
Obrolan tak berguna itu terus berlanjut di antara mereka, mengisi waktu-waktu kosong serta kesenjangan yang sempat terjadi di antara mereka. Ruang-ruang hampa di hati mereka kembali terisi dan kehangatan kembali menjalari hati mereka masing-masing.
Setidaknya di pertengkaran kali ini berakhir manis. Iya sangat manis apa lagi bagi Naruto, dia berhasil membuat Hinata benar-benar memahami hatinya yang cukup rumit ini. Dia yang cukup sulit menjelaskan perasaannya, bertemu Hinata. Si gadis manis dengan berjuta ekspresi, sungguh hidup Naruto sangat beruntung.
***
Hinata berjalan riang sambil menggenggam tangan besar Naruto. Sekarang nyaris pukul sebelas malam dan mata keduanya masih sangat terang. Mereka belum mengantuk sama sekali, jadilah Naruto mengajak Hinata turun dan berkeliling sekitar apartemen. Tak jauh, hanya menikmati sejuk udara sekitar dan juga menikmati waktu berdua lebih lama.
Mereka sering menghabiskan waktu berdua namun sangat jarang saling berbagi cerita juga tawa seperti ini.
Naruto menyadari, dia terlalu sibuk belakangan dan kerap mengabaikan Hinata. Sosoknya hanya hadir di samping Hinata tapi tidak benar-benar mendampinginya.
Naruto meraih bahu mungil Hinata agar lebih mendekat, gadis itu melingkarkan tangannya di pinggang Naruto kemudian bersandar. Menikmati langit malam yang indah sambil diam-diam bercerita tentang betapa bahagianya dia sekarang.
'Ma, Pa, aku bahagia..' tutur Hinata dalam hati sambil memandang langit.
"Besok pagi, kita pulang ya?" Naruto menoleh ke arah Hinata, menatapnya dengan penuh kasih sayang. "Aku minta maaf selama ini sering cuek sama kamu, aku terlalu keras sama kamu." Ujarnya lagi, dari sorot matanya terlihat jelas rasa sesal yang di pendam Naruto. "Aku bakal belajar buat jadi suami yang baik, gak cuma dampingi kamu aku bakal jadi tempat paling nyaman buat kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEONE BESIDE ME | Hyuuga Hinata
FanfictionJangan terau cepat menilai, karena apa yang kau lihat dan pikirkan belum tentu sesuai dengan kenyataan. a Naruhina Fanfiction story by MhaRahma18 cover by painterest cr Masashi Kishimoto