17. Cara berdamai

537 69 14
                                    

Hinata harusnya sangat tau karakter suaminya seperti apa, namun terkadang dirinya masih terkejut dengan tingkah-tingkah ajaib pemuda itu yang kerap membuat detak jantungnya berantakan.

Naruto melepas kaus yang masih Hinata gunakan dengan sekali sentak kemudian mengecup sepanjang perut sampai dengan pangkal leher Hinata dengan lembut. Mengantarkan gelombang panas yang membakar jiwa bergelora pemuda itu. Matanya gelap berkabut, dia menulikan telinganya atas segala bentuk rengekan Hinata di bawahnya.

Dia mengingkan gadis itu, lebih dari apapun saat ini.

Naruto memandangi wajah cantik Hinata sambil mengusap-usap dagu runcingnya yang begitu mungil. "Naru, ini beneran mau di lanjutin?" Tanya Hinata ragu-ragu saat Naruto perlahan-lahan melepas bra yang menutup tubuh sintalnya. Naruto mengangguk tanpa menjawab pertanyaan gadis itu. "Di sini?" Lagi, Hinata memperjelas pertanyaannya dan Naruto seolah acuh kini beralih menanggalkan celana gadis itu tanpa perlawanan.

Naruto menyisakan celana dalam tipis yang menutupi area sensitif Hinata. Gadis itu menutup kedua gunung kembarnya dengan tangan menyilang, jujur dia belum terbiasa bercinta selain di dalam kamar. Baginya agak sedikit memalukan jika dia harus bertelanjang diri di sini. "Kamu harus cobain sensasinya." Bisik Naruto parau. Pemuda itu menurunkan kedua lengan Hinata yang menghalangi pemandangan indah pada tubuhnya kemudian tersenyum penuh hasrat. "Percaya sama aku, rasanya bakalan beda dari biasanya."

"Tapi kalau ada tamu gimana??" Alisnya berkerut, raut wajah was-was gadis itu tidak bisa di sembunyikan.

"Gak akan sayang, di cuaca hujan kaya gini cuma orang bodoh yang pergi bertamu."

Naruto benar-benar nyaris gila karena gadisnya, pertanyaan-pertanyaan konyol di sela-sela kabut nafsu membuat otot-otot perutnya kian menengang dan pinggangnya mulai di dera rasa ngilu. Hinata merapatkan bibirnya kemudian mengangguk ragu.

"Udah wawancaranya?" Gurau Naruto pada gadisnya.

Hinata mendengus lantas mencubit perut Naruto yang sekeras batu itu. "Bodo amat!!"

Bukannya kesakitan Naruto justru kian tergoda oleh gadis itu. Padahal tinggal turun sedikit dan Hinata bisa menjamah Naruto lebih jauh dan lebih nikmat. Namun hayalan liar Naruto harus tertahan karena kenyataannya, Hinata belum sampai pada titik terliar di dalam dirinya.

"Nurut aja sayang, percaya aja kamu pasti suka."

Hinata meremas bahu tegap pemuda itu saat dia kini kian menunduk mendekat ke arah wajahnya. Nafasnya yang hangat beraroma mint menerpa wajah cantik Hinata hingga membuat sekujur tubuhnya merinding. "Gak ada pemandangan yang lebih indah daripada liat kamu ada di bawahku dengan rambut berantakan." Bisik pemuda itu sensual, nafas keduanya saling menerpa satu sama lain.

Hinata hanya bisa pasrah saat pemuda itu mencium pucuk kepalanya dengan sangat hangat kemudian turun ke tulang pipi, hidung, dagu lalu berakhir di bibirnya.

Sebuah ciuman yang lembut dan menggoda, lidah Naruto begitu lihai menari-nari di dalam rongga mulut Hinata hingga menarik Hinata untuk mengikutinya meski kewalahan. Tidak ada satupun sisi yang terlewatkan, Naruto seperti pencium ulung yang sangat handal menaklukan wanita hanya dari ciumannya yang memabukkan.

Kaki Hinata berkerut saat merasakan Naruto mulai melepaskan sedikit beban tubuhnya, membuat kulit keduanya bergesekan dan menghasilkan panas yang membuat tubuh Hinata berdenyut. Gemuruh suara hujan meredam geraman Naruto saat gadis itu dengan berani mencoba meraih bagian kancing celana pemuda itu. Jemari lentik itu berusaha melepas kancing celana Naruto di sela ciuman mereka.

Naruto yang tidak sabar lantas membukanya dengan satu tangan. Dia menurunkan resleting celananya, membiarkan sebagian dari celana dalamnya terlihat dan menampilkan sesuatu yang keras hendak memaksa keluar dari sana.

Hinata menarik kembali tangannya, entah kenapa keberaniannya menghilang seketika itu juga. Naruto menyadari hal itu lantas melepas ciumannya, menyisakan sisa saliva yang membasahi bibir keduanya.

"Kenapa sayang?" Tanya Naruto dengan suara serak dan beratnya. Nafasnya memburu dan urat-urat di perutnya kian menonjol karena ulahnya.

Hinata tak menjawab, gadis itu menarik tengkuk Naruto dengan kedua tangan mungilnya. Memaksa pemuda tampan nan gagah itu agar kembali menciumnya. Hinata menyadari sisi dirinya yang ingin berbuat lebih namun masih ada rasa takut dalam dirinya.

Naruto tidak menolak sama sekali, pemuda itu membalas ciuman Hinata tak kalah panas. Tubuh mereka kian merapat memaksa Naruto untuk tetap mempertahankan kewarasannya agar tidak sepenuhnya menimpa Hinata. Tangan pemuda itu bergerak liar menuju pinggang ramping Hinata, membelainya dengan sensual lalu perlahan-lahan naik ke atas sampai di payudara.

Spontan Hinata membusungkan tubuhnya saat merasakan tangan Naruto meremasnya kian liar. Pemuda itu melepaskan ciuman mereka, membiarkan Hinata bernafas terlebih dahulu. Wajah Hinata memerah terbakar gairah hingga membuat Naruto tak kuasa menahan diri lebih lama. Pemuda itu mengecup leher jenjang Hinata sambil sesekali menghisapnya, memberikan tanda kepemilikan dirinya yang sangat mencolok.

Tangan pemuda itu bergerak liar di payudara Hinata dan bibirnya terus menjelajah area tulang selangka sampai bahu mungil Hinata dengan lidah kasarnya. Desahan Hinata makin tak terkontrol saat Naruto kini beralih tempat jajahan pada area di antara kedua paha Hinata yang sedari tadi tertutup rapat. Pemuda itu merenggangkan paha Hinata dengan paksa, kemudian dengan satu sentakan pemuda itu merobek kain tipis yang menjadi satu-satunya pakaian yang di gunakan gadis itu.

Tubuh Hinata kini benar-benar polos di bawah kurungan Naruto. "Kamu mau aku terusin di sini atau pindah ke kamar,hm?" Tanya Naruto sambil membelai area sensitif Hinata yang sudah basah sejak tadi.

"Di sini aja." Hinata menjawab dengan terbata-bata, tubuhnya bergerak gelisah seolah ingin sesuatu yang lebih dari Naruto sekarang juga.

"Kamu serius?" Pemuda itu seperti sengaja menggoda Hinata terlebih dahulu hingga membuat gadis itu frustrasi. Hinata mengangkat kedua kaki rampingnya kemudian melingkarkannya di pinggang Naruto, tangan mungilnya bergerak lincah menurunkan celana dalam Naruto sampai dia bisa melihat adik kecil Naruto yang sembunyi di balik celananya sedari tadi.

Naruto terkekeh pelan melihat tingkah gadisnya yang berubah tidak sabaran dan hal itu membuat nyalinya kian tertantang.

Naruto mengigit bahu mungil Hinata hingga gadis itu menjerit dan di saat bersamaan pemuda itu membenamkan dirinya dalam sekali sentak. Memasuki tubuh Hinata hingga titik terdalam dan membuat gadis itu mendesah tertahan. Wajah Hinata yang pasrah di bawah kungkungannya adalah satu hal yang sangat membanggakan bagi Naruto.

Gadis harus terus menjeritkan namanya pada setiap kenikmatan yang dia capai bersama Naruto.

Naruto harus membuat Hinata, hanya takluk pada dirinya seorang. Karena Hinata, sampai kapanpun akan jadi miliknya.




Tbc______



Apa?

SOMEONE BESIDE ME | Hyuuga HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang