Hinata mengurung diri dalam ruang kerja Naruto, sebenarnya ini hanya kamar kosong yang sering di pakai oleh Naruto saat bekerja di rumah. Jadilah di dalam kamar ini terdapat tempat tidur serta kamar mandi.
Terdengar Naruto menanggil-manggil Hinata dari luar ruangan, berharap istrinya itu membuka pintu dan membicarakan semuanya baik-baik. Naruto tau, dia keliru. Dia yang terlalu berlebihan dan cemas hingga menganggap Hinata tak ubahnya anak kecil yang perlu di jaga ekstra. Padahal wanita itu sudah cukup dewasa untuk menjaga diri, dia tau yang baik dan tidak untuknya, untuk bayinya.
"Sayang, aku minta maaf.." lagi, terdengar suara Naruto dari luar yang berusaha membujuk Hinata. Padahal jika Naruto mau dia bisa membuka pintu dengan kunci cadangan, tapi dia tidak ingin Hinata semakin marah padanya. Naruto lebih baik menunggu, dan memohon belas kasihan Hinata. Lama kelamaan Hinata muak juga, dia membuka pintu dengan wajah ketusnya.
"Mau apa lagi sih?" Tanya Hinata kesal.
"Aku minta maaf, ayo kita ngobrol baik-baik." Bujuk Naruto sambil menggenggam tangan istrinya.
Hinata tersenyum tipis terkesan mengejek pada Naruto. "Loh, bukannya kamu mau aku mengurung diri ya? Kenapa sekarang nyuruh keluar?"
Perkataan itu seolah menohok hati Naruto, dia langsung memeluk Hinata tanpa pikir panjang. "Aku minta maaf, aku gak bermaksud kaya gitu."
Hinata menghela nafas panjang, dan berusaha untuk tidak memperpanjang masalah mereka.
"Aku cuma terlalu khawatir sama kamu, maaf."
Hinata dapat memahami perasaan gundah suaminya, mungkin bagi Naruto yang sangat mendambakan anak kehamilan Hinata membuatnya jadi lebih waspada.
"Iya iya, udah aku maafin.." Hinata menepuk-nepuk punggung Naruto sambil membalas pelukannya. Hatinya sudah banyak belajar untuk sedikit-demi sedikit membuang egonya. Dia akan jadi seorang Ibu, bagaimana nasip anaknya jika dia terus menjadi ibu yang egois.
"Aku juga minta maaf," Cicit Hinata pelan sambil menyusupkan wajahnya di ceruk leher Naruto, "Aku gak pengen marah sama kamu, tapi gak tau kenapa bawaannya emosi terus."
Naruto tertawa pelan dia menggendong Hinata seperti anak kecil, "Iya iya aku maafin."
"Ih tapi aku marah kan karena kamu bikin emosi, jadi yang salah ya tetep kamu."
"Iya iya aku yang salah..." nada bicara Naruto yang begitu mengejek membuat Hinata kesal.
"Ih kamu! Udah aku sebel sama kamu, aku marah!" Hinata meronta-ronta berusaha turun namun Naruto mencegahnya dengan mudah.
"Mau kemana sih sayang?"
"Lepasin!"
Naruto tidak menghiraukan apa yang di ucapkan Hinata, sebaliknya dia justru membawa wanita itu masuk ke dalam kamar lalu memojokkannya di atas kasur.
"Kamu mau ngapain?" Hinata menatap Naruto horror sedangkan pria itu tampak acuh sambil tertawa jahat.
"Ya menurut kamu, kalau habis berantem enaknya ngapain?" Naruto dengan wajah tanpa dosanya langsung membuka kaus yang dia kenakan lalu mulai menindih tubuh Hinata.
Hinata meronta berusaha melepaskan diri namun tenaganya tak seberapa, "Naru lepasin..."
"Kamu gak pengen?" Bisikan lembut Naruto itu membuat sekujur tubuh Hinata merinding. Kalau boleh jujur dia juga menginginkan hal yang sama, tapi dia juga takut.
"Naru kamu lupa kata dokter kemaren?"
Naruto menghentikan upayanya merayu Hinata, wajahnya terlihat begitu serius. "Apa kata dokter?" Tanyanya polos.
"Ih katanya kan gaboleh gituan sampe kehamilannya cukup kuat, usia sekarang masih terlalu rentan!" Hinata yang kesal lantas mendorong tubuh kekar suaminya menjauh.
"Loh, jadi maksudnya?" Wajah Naruto masih kebingungan, dan hal itu semakin membuat emosi Hinata memuncak.
"Ya berarti kamu gak boleh minta jatah sampe anak kita cukup usia kandungannya! Paham?" Hinata menekan perkataan itu hingga membuat Naruto mendelik.
"GAK BOLEH MINTA JATAH?!"
"GAK!"
"T-tapi..."
"Kamu mau anak kamu kenapa-napa?" Ancam Hinata sambil melotot.
Naruto menciut lalu dia memungut kembali kausnya.
"Iyaudah deh kalau gitu, gak jadi.." Naruto terlihat lesu, dia pergi keluar ruangan meninggalkan Hinata yang tertawa geli melihat ekspresi suaminya.
Sungguh, dia tidak pernah membayangkan kehidupan rumah tangganya akan semanis ini.
***
Pagi menjelang Naruto sudah siap dengan kemeja kantornya yang rapih, dia sedang menikmati segelas kopi sambil membaca berita terkini.
Klasik, dia terlihat seperti bapak-bapak pada umumnya. Tak berselang lama, terdengar langkah kaki mendekat Naruto sudah yakin itu Hinata, dia sudah menyiapkan susu hamil juga menu sarapan.
Tak ada pikiran negatif yang tersirat olehnya sampai saat istrinya sampai di dapur, seketika tubuhnya panas dingin.
"Sayang, kamu ngapain sih?!" Naruto menegur istrinya, namun dia sendiri kesal, senang, juga frustrasi dalam satu waktu bersamaan saat melihat Hinata.
Wanita cantik itu melihat Naruto sekilas lalu mengabaikannya, dia pergi menuju kulkas lalu mengambil es krim kesukaannya.
Yang tidak bisa di terima oleh akal sehat Naruto adalah pakaian istrinya, di dalam rumah dingin ini Hinata tiba-tiba keluar dengan menggunakan bikini.
Iya bikini! Setelah semalaman suntuk Naruto berusaha melupakan napsunya, pagi ini Hinata justru menantangnya kembali.
Hawa dingin di ruangan itu berganti panas dan membuat Naruto gelisah. Dia melonggarkan dasi yang semula dia pakai dengan rapi.
"Pake baju dong sayang, nanti masuk angin." Naruto mencoba menghindari kontak mata dengan Hinata guna mencegah napsunya yang kian memuncak.
"Gerah.." satu kata penuh kutukan bagi Naruto. Dia menarik nafas panjang mencoba untuk tenang dan tidak menerkam istrinya itu sekarang juga.
"Kamu sengaja ya?" Naruto mencoba tersenyum meski berat jika dia harus menatap Hinaya.
"Sengaja?" Wanita itu memiringkan kepalanya, wajahnya yang polos membuat Naruto tidak sanggup menahan diri.
Naruto meletakan gelas kopinya lalu berjalan ke arah Hinata. "Aroma tubuh istrinya begitu khas hingga membuat adik kecilnya kian gelisah."
"Aku gak mau tau, kamu harus tanggung jawab!"
Hinata berteriak kaget saat tiba-tiba Naruto membopongnya menuju kamar.
"Naru mau ngapain hey?!"
Teriakan Hinata sama sekali tidak di gubris olehnya, yang ada di otak Naruto sekarang adalah bagaimana caranya melepaskan nafsunya yang sudah di ujung tanduk.
"Persetan!!"
Tbc____
Spesial ulang tahun suami kita bersama, aku update pagi pagi biar seger! Selamat membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEONE BESIDE ME | Hyuuga Hinata
FanfictionJangan terau cepat menilai, karena apa yang kau lihat dan pikirkan belum tentu sesuai dengan kenyataan. a Naruhina Fanfiction story by MhaRahma18 cover by painterest cr Masashi Kishimoto