10. Terikat

696 75 16
                                    

Tangan besar itu menggenggam jemari mungil Hinata dengan lembut, membawa rangsangan hebat ketika suhu tubuh keduanya berdekatan.

Jemari lentik Hinata bergerak lincah mengikuti kemana instingnya mengarahkan. Gadis itu tidak peduli dengan apa yang terjadi nanti yang dia inginkan saat ini hanyalah Naruto. Akal sehatnya seperti hilang bahkan dia merasa otaknya kosong beberapa saat.

Permainan lidah Naruto sangat memabukan, sangat perkasa namun tidak kasar sama sekali. Hinata bisa menikmati sesi ciuman mereka dengan sangat baik.

Naruto menghentikan sejenak ciumannya, memberikan waktu agar Hinata bisa bernafas dengan baik. Lelaki itu tersenyum tatkala mendapati bibir Hinata merah merekah karena ulahnya. "Sakit?" Tanya Naruto dengan suaranya yang parau, pemuda itu mengusap bibir bawah Hinata pelan. Hinata menggeleng, gadis itu tidak merasa sakit sama sekali sebaliknya Hinata justru menginginkan lebih dari ini.

"Aku minta maaf," Hinata menatap manik sebiru lautan yang tenang itu dalam-dalam. Ada berjuta rasa yang tidak pernah bisa dia ungkapkan pada pemuda itu.

Naruto tidak menjawab, dia kembali memanggut bibir Hinata lebih dalam dari sebelumnya. Tanganya mulai bergerak lincah melepaskan cardigan yang menutup tanktop Hinata. Gadis itu pasrah dia bahkan tidak memberontak saat Naruto merobek tanktopnya.

Naruto sudah di kuasai nafsu, matanya kian gelap dan buram. Keinginannya untuk memiliki Hinata kian menggebu-gebu. Respon gadis itu yang begitu pelan namun memabukkan membuat Naruto kehilangan kontrol dirinya.

Jemari lentik Hinata membelai lembut dada bidang Naruto yang masih terbalut kemeja, dengan lihai dia melepas satu persatu kancing baju pemuda itu. Dingin jemari Hinata menyentuh permukaan kulit Naruto, memanaskan gelora dalam dirinya hingga ke titik tertinggi. Naruto melepaskan bajunya sendiri dengan tidak sabar, kemudian tanpa menunggu Hinata dia melepas gespernya kemudian menanggalkan celana yang dia gunakan sekaligus.

Untuk beberapa saat Hinata terpana, menatap dengan penuh minat pada pahatan sempurna tubuh tegap Naruto. Pemuda itu sudah basah oleh keringat, kulit eksotisnya mengkilap di terpa sinar lampu di ruangan itu.

Naruto tersenyum bangga ketika mendapati gadisnya benar-benar terpesona. Dengan satu kali sentakan Naruto berhasil melepaskan hotpants Hinata serta celana dalamnya.

Gadis itu kini polos sempurna.

Kulit putih porselennya membuat sesuatu dalam tubuh Naruto kian menggila. Bentuk tubuh yang seolah-olah di pahat dengan sangat baik oleh Tuhan membuat Naruto berulang kali bersyukur bisa mendapatkan anugrah terindah seperti Hinata.

"Jangan di liat lama-lama, malu.." Hinata berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut namun Naruto langsung mencegahnya.

"Kenapa harus malu, hm? Kamu sempurna di mataku." Naruto berbisik menggoda di telinga Hinata lalu kembali melanjutkan kegiatannya.

Mengecup tiap inchi tubuh mungil nan menggoda gadis itu tanpa sisa, Hinata hanya bisa mengerang pelan sembari mengigit bibir bawahnya saat Naruto bermain di area sensitifnya.

"Jangan di tahan, aku suka suara mu.." Naruto mengigit tulang selangka Hinata pelan hingga membuat erangan gadis itu lolos. Leher putih jenjangnya kini penuh dengan bercak kissmark karya Naruto. Tidak ada satupu area yang tertinggal dari jangkauannya.

Tubuh  Hinata menggeliat saat Naruto mengelus paha dalamnya, gadis itu hampir berteriak saat jemari besar Naruto kini bermain-main kembali di area sensitifnya. Dengan mata sayu Hinata menatap Naruto, seolah memohon untuk menyudahi permainannya. Namun Naruto justru membalasnya dengan tatapan nakal, pemuda itu benar-benar menghukumnya.

"Say please dulu baru aku mulai beneran.." ujar Naruto sambil tersenyum licik. Dia sengaja memainkan area sensitif gadis itu tanpa niatan untuk membuatnya puas hingga ahirnya membuat perasaan Hinata campur aduk.

"Naru, jangan lama-lama.." Hinata menggerakan pinggulnya seolah ingin jemari Naruto masuk ke dalam dirinya.

"Bilang apa sayang biar aku turuti?"

"Please, Naru.." Hinata mencengkram bahu pemuda itu kuat berharap dia mengerti permintaannya.

"Kurang jelas sayang.." lagi, Naruto menggoda denga  nada nakalnya.

"Pleaseehhh..." Hinata menatap Naruto dengan wajah memelas. Pemuda itu tertawa geli melihatnya.

Lihat saja, dia pasti akan membuat Hinata menyesal karena memintanya untuk lanjut.

"As you wish baby girl.."

Naruto membuka paha Hinata lebar lebar, dia tersenyum bangga melihat gadis itu sangat menunggu kedatangannya.

"Gadis nakal." Gumam Naruto, dia mencuri kecupan lembut dari bibir Hinata kemudian menyatuka  tubuh mereka secara perlahan. Dia tidak ingin menyakiti Hinata, setidaknya dia akan berlaku lembut pada awal-awal penyatuan mereka.

Bola mata hinata melebar, refleks dia mencengkram erat bahu Naruto saat merasakan pemuda itu membenamkan miliknya hingga menyentuh ujung rahim Hinata.

Naruto mendesis pelan, menikmati sensasi yang cukup lama dia lupakan ini.

Naruto membuka bola matanya saat merakan tangan mungil Hinata menyenyuh wajahnya, mereka bersitatap sejenak untuk saling meluapkan rasa yang tersembunyi di dalamnya. Sampai suara pelan dan lirih dari Hinata membuat Naruto kembali tersenyum penuh kemenangan.

"Udah gak sakit kok, lanjutin aja." Ujar gadis itu dengan wajah semerah tomat. Tanpa menunggu lama Naruto mulai menggerakan pinggulnya dengan teratur. Semula perlahan lama kelamaan menjadi cepat dan bertenaga.

Tubuh Hinata terhentak-hentak di kasur seiring dengan tempo permainan Naruto yang kian menggila. Desahan demi desahan keduanya bersahutan memenuhi ruangan kecil yang semua dingin namun kini menjadi panas bak di  sauna.

Naruto gemas melihat bibir Hinata yang lama kelamaan kian membuatnya tak terkontrol. Desahannya seperti membakar gairah Naruto jadi lebih panas. Naruto merasakan tubuh Hinata menegang, urat-urat lehernya terlihat mengencang seiring desahannya yang kian melirih. Gadisnya sudah mencapai puncaknya, Naruto mempercepat temponya dia juga hampir mencapai klimaks.

Salah satu tangan Naruto menarik dan menahan pinggang Hinata sebelum ahirnya Naruto menghujamkan dirinya saat mencapai klimaks. Naruto mengerang pelan, Hinata yang menyadari itu berusaha mendorong tubuh Naruto agar mereka terlepas namun Naruto tidak mengizinkannya. Dia sengaja mengeluarkan cairannya di dalam, dia benar-benar akan menghamili Hinata tidak peduli bagaimana respon gadis itu nantinya.

"Naru..." gadis itu terlihat gelisah namun Naruto justru tersenyum senang.

"Kadang, kamu emang perlu di kasi pelajaran." Ujar Naruto dia melepaskan kejantanannya kemudian menjatuhkan diri di sebelah Hinata. Hinata tak berkutik saat Naruto kini merengkuh dirinya erat-erat dalam pelukan. "you're mine hinata, always be mine." Bisik Naruto. Dia mengecup dahi Hinata lembut kemudian membawa gadis itu dalam lautan mimpi yang menyenangkan.




Tbc_____

SOMEONE BESIDE ME | Hyuuga HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang