9. Ikatan

603 81 9
                                    

“Siang-siang minum es, enak kali ya..” gumam Hinata," gadis itu sedang membaca novel sambil menikmati cemilan kesukaannya. “Order online aja lah.” Sambungnya, dia mengambil sebuah ponsel lawasnya di sini lalu mencari-cari minuman yang sekiranya cocok untuk suasana sekarang, tak lupa beberapa makanan juga karena Hinata sudah mulai lapar.

Beberapa menit berselang suara bel apartementnya berbunyi, dalam hati dia berfikir. Kenapa cepat sekali driver online itu sampai? Biasanya mereka akan menghubungi Hinata saat akan mengantarkan pesanan untuk memastikan alamat.

Hinata menggelengkan kepalanya, “Ah paling drivernya udah tau rumah aku makanya langsung anter aja.” 

Gadis itu bergegas turun dari ranjang, dia mengambil sebuah outer panjang untuk menutupi bajunya yang sedikit terbuka kemudian bergegas menuju pintu.

Hinata membuka pintu apartementnya sambil mengulas senyum ramah, namun saat melihat siapa yang berdiri di hadapannya senyum itu seketika luntur berganti perasaan berkecambuk tidak karuan.

Naruto berdiri tegap di hadapannya sambil membawa pesanan Hinata. Bagaimana bisa? Entahlah pertanyaan itu juga ada di benak Hinata.

Apa diam-diam Naruto juga menjadi driver online? Rasanya sangat mustahil.

“Pesanan kamu, sesuai aplikasi.” Naruto tersenyum nanar sambil menyodorkan paperbag berlogo salah satu kafe terkenal pada Hinata. Dari matanya, Naruto terlihat letih juga putus asa.

“Makasih,” Hinata menerima pesanan itu lalu hendak menutup kembali pintu apartementnya namun pemuda itu lebih dulu meringsek masuk ke dalam.

“Nar, kamu ngapain masuk?” Hinata berusaha mendorong pemuda itu keluar namun Naruto tidak bergerak. Dia justru memeluk Hinata erat, sangat erat seolah itu adalah pelukan terakhir mereka.

“Aku minta maaf, aku salah. Plis jangan ngilang kaya gini Nat, aku takut.”

Kalimat panjang yang begitu dalam terucap dari bibir Naruto begitu mereka berpelukan, terlihat jelas pemuda itu sangat rapuh dan ketakutan sekarang. Hinata sendiri tidak bisa berkata apa-apa, lidahnya kelu seketika.

“Jangan main pergi gitu aja Nat, jangan asal tinggalin aku. Tegur aku kalau salah, aku bisa perbaiki jangan pergi kaya gini, plis Nat.” Bahu Naruto bergetar, Hinata tidak menyangka Naruto menangis. Bahkan saat dia sekarat karena asam lambungnya Naruto tidak menangis bahkan mengeluhpun tidak, lalu apa yang membuatnya begitu terluka sekarang?

“Kamu kenapa sih Nar?” Hinata mencoba menepis perasaannya sendiri, dia hampir ikut menangis jika dia membiarkan dirinya terbawa suasana.

“Sebentar aja aku mau peluk kamu, aku kangen.” Ujar Naruto dengan suara seraknya.

Hinata tidak mampu lagi melawan hatinya, dia membalas pelukan itu sambil menangis dalam diamnya. Hanya air mata dalam keheningan yang bisa ia keluarkan sementara Naruto masih memeluknya begitu erat bahkan bahu gadis itu sudah basah oleh air mata Naruto.

Perasaan Naruto berantakan, dia tidak bisa mendeskripsikannya. Beberapa hari di landa ketakutan ahirnya Naruto bisa bernafas dengan baik setelah melihat Hinatanya baik-baik saja. Naruto tidak pernah merasa setakut ini sebelumnya sampai dia harus menjatuhkan harga dirinya di depan wanita.

Naruto tidak pernah tau, sedalam apa sosok Hinata masuk kedalam dirinya.

***

Beberapa menit berlalu dan Hinata masih bertahan dalam pelukan Naruto, dia sudah mulai mendapatkan kembali kesadarannya. Agaknya dia terbawa suasana sekejap namun kembali Hinata ingat, dia sedang dalam rangka merajuk pada suaminya itu.

SOMEONE BESIDE ME | Hyuuga HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang