Hinata termenung sejenak di kantin kampus sembari menikmati es kopi kesukaannya. Entah kenapa es kopi itu terasa hambar di lidahnya, bahkan satu bungkus cookies kering yang ada di hadapannya mulai habis di lahap Ino dan Sakura tanpa sedikitpun dia sentuh.
Aneh, tidak biasanya dia begini.
Hinata seperti kehilangan selera makannya. Wanita cantik itu melihat kembali daftar menu makanan yang tertulis di meja, matanya tertuju pada semangkuk ramen pedas yang belum pernah dia makan sebelumnya. Hatinya tergerak untuk memesan makanan itu barangkali bisa menghilangkan rasa hambar di lidahnya.
Hinata berdiri menuju meja kasir lalu kembali dengan sebuah nampan berisi semangkuk ramen keinginannya juga satu gelas besar jus jeruk yang tampak segar.
Senyumnya sumringah sedangkan Ino dan Sakura saling bertatapan penuh tanda tanya.
"Sejak kapan lo suka pedes?" Tanya Ino terheran-heran. Sakura mengangguk dia mengintip kedalam mangkuk mie berisi kuah pedas yang sangat mengerikan di matanya.
"Enggak tau, kayaknya enak makanya gue coba." Jawab Hinata sekenanya. Gadis itu mulai menyantap ramennya dengan semangat.
"Tapi itu pedes Nat, biasanya lo paling gak suka pedes kan?"
"Dulu iya tapi kayaknya sekarang enggak, pedes enak ternyata." Balas Hinata sambil tersenyum lebar. Dia menikmati ramen itu tanpa memperdulikan wajah kedua sahabatnya. Hanya dalam beberapa kali suap dan tegukan gadis itu menghabiskan makanannya.
Hinata menutup acara makannya yang bersemangat dengan meneguk habis segelas jus jeruknya yang menyegarkan.
"Haaaahhh... kenyang...." Wanita cantik itu mengusap bibirnya dengan tisu, lalu bersandar di sandaran kursi untuk meluruskan punggungnya.
Ino dan Sakura saling bertatapan lalu kemudian saling mengendikkan bahu acuh. Mungkin Hinata memang sedang ingin makan pedas.
***
Pukul tiga sore Naruto datang menjemput Hinata, pemuda itu datang dengan stelan santai karena dirinya memang pulang kantor lebih awal hari ini. Senyumnya merekah saat melihat sosok cantik yang menunggunya tak jauh dari pintu masuk gedung.
Hinata terlihat begitu bersinar di mata Naruto. Pria tampan itu mempercepat laju mobilnya mendekati Hinata, wanita cantik itu menyadari kedatangan suaminya lantas tersenyum lebar. Dia melambaikan tangan ke arah mobil yang di kendarai Naruto.
"Udah lama nunggu?" Tanya Naruto sembari menurunkan kaca mobilnya.
Hinata menggeleng, "Enggak, aku baru aja turun." Sanggahnya. Hinata berlari kecil memutari mobil lalu masuk ke dalamnya. Wajahnya berseri-seri saat memasang seatbelt hingga membuat Naruto menautkan alisnya heran.
"Kamu kenapa sayang?" Tanya Naruto heran.
"Gapapa," dengan wajah polosnya Hinata itu menatap balik Naruto. "Ayo! Aku mau beli Takoyaki, keburu tutup tokonya." Sambungnya semangat.
Naruto yang tidak mengerti dengan tingkah istrinya hanya menurut saja. Dia melajukan mobilnya keluar dari area gedung itu lalu perlahan meninggalkan Universitas tempat Hinata belajar.
Pria tampan itu tampak tenang mengemudikan mobil sedangkan Hinata tampak semangat sembari bersenandung riang sepanjang jalan.
Ibarat mentari, Hinata tengah bersinar seterang mungkin hingga membuat Naruto yang ada di sebelahnya merasa silau.
Mereka berhenti di sebuah distrik yang memang di penuhi oleh penjual aneka makanan. Mulai dari yang manis sampai yang asin atau pedas.
Mata Hinata berbinar-binar, dia bahkan tidak menunggu Naruto saat berlari memasuki area pasar itu. Wanita cantik itu berhenti di depan penjual cumi panggang, dia memesan dua ekor cumi pedas sekaligus.
"Sayang, yakin pesen yang pedes? Nanti enggak ke makan." Tegur Naruto yang baru saja sampai di sebelah wanita itu.
"Enggak, yang pedes keliatan lebih enak kok."
"Kelihatan lebih enak belum tentu kamu suka, kamu kan gak suka pedas."
"Sekarang aku suka Naru...." Hinata menatap Naruto dengan wajah seriusnya sedangkan pria itu pada akhirnya hanya mengalah. Toh nanti dia bisa menghabiskan cumi itu jika memang Hinata tidak mau memakannya karena terlalu pedas.
Setelah pedegang cumi mereka beranjak menuju penjual takoyaki. Naruto tidak banyak protes ketika istri mungilnya itu terus mengeluarkan isi dompetnya.
Hampir setengah jam mereka berputar di pasar itu dan kini di kedua tangan Naruto sudah bertengger pelastik-pelastik berisi aneka ragam makanan. Pria itu menghela nafas panjang, entah kapan wanitanya itu akan berhenti berbelanja yang jelas bahu Naruto sudah mulai pegal menenteng ini semua.
"Sayang..." Hinata menoleh, dia tersenyum lebar lalu menunjuk sebuah kedai ramen yang cukup ramai di depan mereka.
Naruto mengangguk saja, menolak pun percuma. Hinata pasti mendapatkan apa yang dia inginkan.
Mereka duduk manis di salah satu kursi kosong di kedai itu, Hinata sudah memesan makanan untuk mereka berdua. Sembari menunggu, Hinata terlihat antusias mencoba satu persatu makanannya.
Jujur Naruto terkejut melihat selera makan Hinata. Dia kira awalnya mungkin wanita itu hanya penasaran dan pasti tidak akan menghabiskannya, namun nyatanya satu persatu bungkusan itu di buka dan di habiskan oleh Hinata.
Perutnya seperti karet yang punya kapasitas sangat luas.
"Sayang, are you okey?" Tanya Naruto hati-hati. Dia agak takut menyinggung perasaan Hinata.
"Maksudnya?" Gadis itu mengerutkan dahinya bingung.
Naruto menggeleng, dia menyeruput jus jambu yang tadi sempat dia beli di luar. "Gak biasanya kamu makan sebanyak ini, apa lagi itu pedas. Kamu yakin gak papa?" Sambung Naruto, dia berusaha berbicara selembut mungkin pada Hinata.
"Gak papa, aku emang lagi pengen aja." Jawaban Hinata terdengar acuh, dia semakin bahagia ketika melihat ramen pedas pesanannya datang. Matanya berbinar-binar menyambut mangkuknya.
"Sayang kamu pesen yang pedas?" Naruto terlihat terkejut melihat pesanan Hinata.
Gadis itu mengangguk semangat, tak lupa dia mengucapkan terimakasih pada seseorang yang mengantarkan makanannya.
"Tapi..."
"Tapi apa? Ini enak kok, tadi aku juga makan ramen pedas di kampus."
Dan Naruto tidak bisa melanjutkan kata-katanya lagi. Dia terdiam dan hanya bisa membatin ketika melihat nafsu makan Hinata yang tidak biasa.
'Binik gue kesambet setan apa ya Tuhan?'
Tbc_____
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEONE BESIDE ME | Hyuuga Hinata
FanfictionJangan terau cepat menilai, karena apa yang kau lihat dan pikirkan belum tentu sesuai dengan kenyataan. a Naruhina Fanfiction story by MhaRahma18 cover by painterest cr Masashi Kishimoto