13. Relationship

461 73 5
                                    

Naruto menunggu di mobil dengan perasaan bosan. Jika bukan karena gadis yang di tunggu adalah Hinata mungkin pemuda itu sudah meninggalkannya dari tadi. Hinata bilang ada barang yang tertinggal jadi mengharuskannya kembali ke apartemen. Gadis itu menolak di antar jadi Naruto hanya menunggu di parkiran.

Lima belas menit berlalu dan akhirnya yang di tunggu tiba. Hinata berlari kecil menenteng sebuah box kecil yang dia jinjing. Dia membuka pintu mobil kemudian meletakan box itu di kursi belakang.

"Itu apa sayang?" Tanya Naruto menatap box itu dengan heran.

"Box makeup, kemaren baru beli nanti mau aku cobain."

"Kamu beli makeup lagi?"

"Iya." Jawab Hinata santai. Gadis itu menghidupkan ponselnya kemudian menyalakan speaker di mobil. Dia memutar lagu kesukaannya.

"Tapi bukannya lusa kamu juga beli ya? Kenapa sekarang beli lagi." Naruto menjalankan mobilnya, dia mulai bergerak meninggalkan parkiran apartemen.

"Yang kemaren itu, skincare sayang.." tukas Hinata. Dia mematap suaminya itu sambil menggeleng,"Gitu aja gak tau."

"Emang apa bedanya?" Naruto menaikkan alisnya sebelah. Ya jujur saja dia kurang paham dengan apa saja yang Hinata gunakan setiap harinya. Karena di mata Naruto apapun yang di pakai Hinata itu namanya Makeup.

"Ya beda dong sayang, makeup itu buat dandan kalau skincare itu biar kulit sehat."

Naruto berfikir sejenak kemudian memilih untuk acuh. Jujur dia tidak begitu peduli karena apapun yang di gunakan Hinata, dia tetap cantik di mata Naruto. Iya, sangat cantik.

"Yee dasar bapak-bapak!" Hinata terlihat kesal karena Naruto tidak menanggapi argumennya.

"Ya emang kenapa sih Nat, apapun yang kamu pakai di mata aku juga tetep cantik kok."

Wajah Hinata seketika merona, dia segera mengalihkan pandangannya ke luar kaca jendela. "Gombal."

Naruto terkekeh kecil, dia menyadari gadis itu tengah tersipu malu. Naruto meraih jemari mungil Hinata lalu mengecupnya, Naruto menggenggam jemari itu sepanjang perjalanan menuju tempat tinggal mereka.

Naruto sudah bernegosiasi panjang sebelum akhirnya Hinata mau pulang ke apartemen mereka. Gadis itu setuju untuk kembali berkuliah besok dan Naruto bisa menjalankan rutinitasnya seperti biasa.

Mereka akan kembali ke situasi biasanya dimana Hinata sering menghabiskan waktu di rumah, menunggu Naruto pulang bekerja sambil mengerjakan beberapa tugas kuliahnya.

***

Pagi menjelang, sinar matahari menyilaukan mata Hinata yang masih sangat enggan terbuka. Hinata mengerang malas karena Naruto kini sedang berusaha menarik selimutnya.

"Aku izin satu hari lagi ya Nar, masih males loh.." tolak Hinata sambil berusaha mempertahankan selimutnya.

"Kemaren kita kan udah perjanjian, gak bisa gitu dong.." Naruto tidak mau mengalah begitu saja. Pemuda itu menarik selimut lebih keras hingga Hinata ikut bangun karena berusaha mempertahankan selimutnya.

"NARU!!!"

"Kenapa sayangku?" Naruto tersenyum lebar saat Hinata memasang wajah kesalnya.

"Sehari  aja lagi loh.." masih berusaha merengek, Hinata kembali berbaring namun kini dia merasakan alaram bahaya aktif di tubuhnya. Gadis itu mendelik saat merasakan Naruto kini ikut berbaring di sebelahnya.

"Libur satu hari lagi ya? Boleh deh, kayaknya hukuman kemaren masih kurang kan ya? Aku tambah satu hari lagi kalau gitu." Bisik Naruto tepat di telinga Hinata.

Tubuh Hinata seketika merinding mendengarnya. Refleks dia turun dari ranjang kemudian berlari ke kamar mandi. "Aku kuliah aja!!!" Pekik gadis itu.

Naruto tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya sendiri. Kenapa gadisnya begitu takut, padahal Naruto yakin Hinata menikmati permainannya.

"Aku tunggu di meja makan!!" Naruto membereskan tempat tidur mereka sebentar kemudian pemuda itu menuju dapur. Dia akan membuatkan sarapan pagi untuk Hinata, menu sederhana karena Naruto juga sedikit malas jika harus memasak menu makanan yang rumit di pagi hari.

Dia memasak omurice pagi ini, tidak ada ramen di pagi hari karena Naruto merasa asam lambungnya belum cukup sembuh. Naruto tidak ingin terkapar tak berdaya seperti kemarin.

Dua puluh menit kemudian Hinata datang menyusul Naruto. Dengan jenas dan juga atasan kemeja oversize, Hinata terlihat begitu manis. Gadis cantik itu sudah menenteng tas kampusnya juga laptop. Naruto mengedipkan bola matanya beberapa kali untuk memastikan apa yang di lihat ini benar adanya. Dia tidak menyangka Hinata terlihat begitu bersinar di matanya, wajahnya yang mungil di tambah kacamata tanpa lensa yang dia pakai membuat dia terlihat lebih menggemaskan.

Kemana perginya Naruto dahulu kenapa baru sekarang dia menyadari, istrinya itu adalah jelmaan bidadari yang di gariskan untuknya.

Naruto berdehem pelan untuk menetralkan detak jantungnya yang berantakan. Pemuda itu meletakan sepiring omurice yang sudah matang, asap nya mengepul membawa aroma lezat yang membuat perut Hinata bergejolak lapar.

"Selamat makan!!" Mata Hinata berbinar-binar menatap makanan di hadapannya. Namun ketika dia hendak menyendok makanan itu, Naruto dengan cepat meraih dagunya kemudian menciumnya tanpa aba-aba.

Hinata membeku di tempat duduknya saat merasakan isapan lembut Naruto pada bagian bibirnya. Pemuda itu seperti tengah menyapu lipgloss yang tadi Hinata pakai.

"Selamat makan." Bisik Naruto sambil tersenyum jahil.

Pemuda itu kembali ke kursinya kemudian mulai menikmati makanan buatannya. Hinata masih membeku di tenpatnya, seperti berusaha mengumpulkan sisa sisa nyawanya yang berterbangan.

"Sayang, nasinya mau di liatin sampe kapan?"

"Eh, iya selamat makan." Gadis itu langsung memotong lapisan telur pembungkus nasi goreng itu lalu mulai menyantapnya.

Dia agak terkejut dengan perlakuan Naruto. Pemuda itu jauh lebih romantis daripada sebelumnya, Hinata yang memang belum terbiasa dengan itu kerap kali di buat salah tingkah olehnya.

Apakah Naruto akan selamanya seperti ini?

Entahlah, Hinata hanya berharap yang terbaik kedepannya.

***

"Nanti siang aku jemput jam berapa?" Naruto menghentikan mobilnya di depan gedung fakultas Hinata.

"Kayanya gak terlalu siang soalnya cuma ada dua kelas hari ini, nanti aku kabari kalau mau pulang."

"Jangan mendadak kabari nya ya? Aku ada meeting siang nanti.." pemuda itu terlihat sungkan mengatakan itu, dia takut Hinata akan marah padanya.

Namun di luar dugaan, Hinata justru mengulas senyum lebar. "Nanti kalau kamu gak bisa jemput, aku pulang sama Sakura atau Ino aja."

"Kamu gapapa? Maksud aku, harusnya kan aku yang anter jemput kamu bukan mereka." Naruto menggenggam jemari Hinata, merasa tidak enak karena dia seolah lari dari tanggung jawab.

"Gapapa Nar, aku ngerti kamu lagi sibuk banget. Kamu juga banyak libur kerjaan pasti numpuk."

Naruto merasa sangat bersyukur mendapat istri seperti Hinata. Meski terkadang menguras emosi, namun gadis itu lebuh banyak memahami dirinya daripada orang lain.

Naruto menarik gadis itu dalam pelukannya sejenak, kecupan lembut dia berikan pada Hinata sebelum akhirnya dia melepaskan pelukan itu lagi. "Makasih banyak ya, kamu udah ngertiin posisi aku."


Tbc___

SOMEONE BESIDE ME | Hyuuga HinataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang