Naruto hanya menatap istrinya, dia seperti melihat orang lain pada diri Hinata. Pasalnya wanitanya bertingkah sangat aneh dari biasanya. List cemilan kesukaan Hinata itu biasanya yang manis atau gurih tapi sekarang mendadak berubah menjadi pedas.
Hinata tidak menyukai minuman asam, tapi saat mereka pulang tadi dia minta di belikan es jeruk.
Aneh, Naruto sudah yakin Hinata tidak sanggup memakan cemilannya namun ternyata hanya dalam hitungan menit cemilan pedas yang tadi di borongnya habis tak bersisa. Naruto bahkan tidak mencicipinya sama sekali.
"Nat yakin aman kamu makan pedes kaya gini?" Naruto memastikan lagi wajah istrinya yang terlihat sangat berseri-seri
"Aman sayang, jangan khawatir.."
Naruto bergidik ngeri, dia kemudian pergi ke dapur untuk mengambil susu uht plain untuk Hinata. "Minum dulu susunya, biar netral lambung kamu habis makan pedes." Naruto mengulurkan segelas susu yang kemudian di terima oleh Hinata.
Wanita itu meneguknya dengan santai namun beberapa saat kemudian Hinata menunjukan gestur aneh lalu dia berlari ke kamar mandi. Terdengar suara Hinata yang muntah-muntah begitu kencang hingga membuat Naruto panik dan berlari menuju kamar mandi.
"Hinata, kamu kenapa sayang?" Hinata memuntahkan isi perutnya yang penuh dengan makanan pedas sambil menangis. Sekarang tenggorokan, hidung dan matanya terasa pedas dan panas.
"Panas Naru, pedes..." Hinata menangis sambil mencuci lidahnya dengan air keran berusaha menghilangkan rasa pedas yang membakar tenggorokannya.
"Kan aku udah bilang jangan makan pedes banyak-banyak, kamu tuh susah di bilangin sih." Naruto segera mengambilkan air kemudian memberikannya pada Hinata. Wanita itu terduduk lemas di bawah washtafel sementara Naruto membersihkan sisa muntahan Hinata. "Perutnya sakit?" Tanya Naruto saat selesai. Hinata menggeleng lalu meraih tangan Naruto untuk pegangannya.
"Perutku sakit," cicit Hinata dengan mata berkaca-kaca. Naruto menghela nafas panjang sekali sambil berharap Tuhan memberinya stok kesabaran yang lebih banyak.
Dia menggendong Hinata lalu membawanya ke kamar, wanita itu langsung meringkuk menyembunyikan tubuhnya dalam selimut. Naruto mengambil obat maag yang ada di laci nakas lalu memberikannya pada Hinata. "Minum obat dulu sayang.." bujuk Naruto dengan lembut.
"Enggak mau, gak enak perutnya."
"Sayang, biar gak sakit lagi.."
Cukup lama Hinata diam sampai akhrinya wanita itu membuka selimutnya dan duduk di hadapan Naruto. Dia menuruti suaminya dengan meminum obat lambung tersebut lalu kembali merebahkan diri.
"Mulai sekarang jangan makan pedes lagi oke? Lambung kamu gak kuat." Setelah meletakan gelas di meja Naruto akhirnya memilih ikut berbaring di sebelah Hinata. Dia mengelus punggung istrinya itu sampai ia tertidur pulas.
Naruto memandangi wajah cantik istrinya yang tengah tertidur lelap. Ada sedikit rasa syukur ketika menyadari takdirnya adalah menjadi suami Hinata. Cintanya tulus meski terkadang dia kesulitan mengekspresikannya.
Setelah lama memastikan istrinya tidur, Naruto bergegas menuju ruang kerjanya. Dia harus menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk seolah tak ada usainya. Tapi sekali lagi dia mencoba tetap menjalaninya karena ada keluarga kecil yang dia impikan. Kehidupan yang layak dan bahagia tidak bisa di capai hanya dengan bersantai-santai saja.
***
Naruto sudah rapih dengan stelan kantornya, dia juga sudah menyiapkan roti panggang untuk sarapan Hinata. Beberapa menit lalu dia sudah membangunkan Hinata untuk sarapan namun sampai sekarang dia belum juga keluar kamar.
Cemas, Naruto memilih untuk menyusul Hinata. Naruto melihat ranjang mereka kosong lantas bergegas menuju kamar mandi. Matanya membola saat melihat istrinya kembali terududuk lemas di dekat toilet sambil menangis terisak-isak.
"Kenapa sayang? Kamu jatuh? Apa yang sakit?" Tanya Naruto panik, buru-buru dia membantu Hinata berdiri dengan susah payah. Wanita itu menggeleng namun air matanya tak kunjung berhenti. "Udah udah, ayo aku gendong ke kasur.."
"Gak mau..." Hinata menggeleng lalu kembali duduk di dekat toilet.
"Kenapa sayang?" Cemas Naruto karena melihat gestur istrinya yang tidak biasa itu. "Kita ke dokter ya?"
"Aku mual, kalau di kamar nanti jauh muntahnya. Mau di sini aja.." dan sekali lagi Naruto melihat Hinata muntah namun hanya mengeluarkan cairan bening. Gadis itu langsung lunglai beberapa saat kemudian sambil menangis.
Naruto menggendong istrinya ke kasur tanpa menunggu persetujuan Hinata lalu dia mencari jaket tebal untuk Hinata. "Kita ke rumah sakit." Ujar pria dewasa itu tanpa bisa di bantah.
***
Hinata berbaring lemah di atas ranjang rumah sakit sambil menunggu Naruto kembali dari mengambil obat. Entah apa yang Naruto bicarakan bersama dokter tadi, wajah suaminya terlihat serius dan sulit di tebak.
Pintu ruang rawat terbuka menampilkan sosok Naruto yang masuk ke dalam ruangan sambil membawa pelastik putih. "Kamu mau di rawat di sini atau pulang?" Naruto mendekati Hinata lalu membantunya duduk.
"Pulang aja, udah dapet obat kan?" Tanya Hinata pelan. Dia memang lemas tapi Hinata tidak merasakan keluhan lain seperti sakit kepala atau sakit perut yang dahsyat seperti ketika sedang kambuh.
"Yaudah kalau gitu, ayo.." Naruto membopong Hinata lalu mendudukkannya di kursi roda. Sepanjang jalan pria itu terlihat diam dan tidak banyak bicara, Hinata sendiri juga tidak tahu harus berbicara apa jadilah sepanjang perjalanan itu mereka saling diam.
Naruto sibuk dengan arus lalu lintas yang cukup padat, sedangkan Hinata memilih untuk memejamkan mata. Dia lelah sekali rasanya, tidurnya begitu lelap sampai dia tidak menyadari Naruto sudah memasukan mobilnya kr parkiran apartemen.
Naruto membopong tubuh Hinata lagi, namun kali ini terlihat mata Naruto berkaca-kaca seperti sedang menahan sesuatu.
"Naru kenapa? Kok kamu nangis." Hinata yang panik berusaha turun hingga mau tak mau Naruto menurunkan wanita cantik itu ke sofa.
"Gak papa..." Namun apa yang dia ucapkan tidak selaras dengan apa yang dia lakukan karena sekarang pria itu sedang bersimpuh di kaki Hinata sambil terisak-isak.
"Hey... ada apa? Aku gak papa.. cuma asam lambung aja kan?" Hinata berusaha membangunkan Naruto namun pemuda itu menggeleng.
"Kamu hamil, kamu hamil Nat.."
Seketika itu juga Hinata merasa dunianya berhenti beberapa saat, dia seperti tidak mempercayai apa yang dia dengar ini. Hamil? Secepat itu kah..
"Makasih banyak sayang, aku pasti jaga kamu dan anak kita.."
Tbc_____
Makasih banyak yang udah nunggu aku up walaupun jarang, makasih yang selalu suport walpun aku kadang ilang. Sebagai bentuk makasih aku ke kalian cerita ini bakal aku tamatkan di wattpad🥰 aku bakal usahain update sesering mungkin!
See you❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEONE BESIDE ME | Hyuuga Hinata
FanfictionJangan terau cepat menilai, karena apa yang kau lihat dan pikirkan belum tentu sesuai dengan kenyataan. a Naruhina Fanfiction story by MhaRahma18 cover by painterest cr Masashi Kishimoto