Bab 10 . Malunya Itu Looo...

1.2K 52 0
                                    

Arka POV

Disini lain, Arka sangat cemas dengan Renata yang masih tidak mau membalas atau bahkan membaca chat yang dai kirimkan. Bahkan panggilannya saja Renata abaikan.

Dia tau Renata sangat marah dengan pengusiran dikelas tadi. Tapi dia harus melakukan itu. Karena saat itu dia memposisikan dirinya sebagai dosen mereka. Dia juga tidak mau mengistimewakan Renata karena tidak ingin ada yang mencurigai hubungan mereka,

Arka menghela nafas dengan pelan, dipandanginya gawainya. Masih tidak ada balasan dari Rena. Dicobanya sekali lagi menghubungi Rena. Tapi nihil, tidak ada jawaban sama sekali.

" Please Rena tolong balas chat saya " ujarnya lirih.

Arka POV End.

***

" Heh..kunyuk kenapa lo bisa telat, lo kok gak kapok sich cari masalah dikelasnya dosen killer. " cerocos Tasya

Renata memutar bola matanya malas " Telat bangun gue ".

" Tumben banget telat bangun, Seorang Renata anak pintar dan rajin, baru kali ini lo telat, dikelasnya dosen kulkas lagi " tanya Toni.

" Ya bisa lah, emang gue robot apa " dumelnya

" Ha..ha..ha... apes banget sich lo " Tasya tertawa terpingkal-pingkal

Renata menatap malas kedua sahabatnya yang mentertawakan kesialannya pagi ini.

" Eh Ren, HP lo bunyi terus tuh.. angkat gih "

" Males, biarin aja. Gak penting juga kok " ucap Rena cuek

" Gak penting kok ada puluhan chat dan panggilan masuk. Tapi bentar dech... kok namanya kanebo kering sich " selidik Toni

Buru-buru Rena membalikkan HP nya agar tidak kethuan mereka lagi

" Gak kok bukan apa " ucap Rena dengan gugup. " bisa gawat nech kalau Tasya kepo " batinya.

Ketika Sedang asyik bergurau dengan Tasya dan Toni, sebuah suara mengejutkan mereka.

" Permisi Rena bisa ikut saya sebentar, Saya ada perlu dengan kamu ? " Ucap Arka didepan meja yang mereka duduki.

Tasya dan Toni terdiam bingung, pasalnya Seorang Arka Wijayanto, dosen yang terkenal dingin itu sangat tidak mungkin mencari mahasiswanya sendiri apalagi sampai mendatanginya langsung.

Melihat tatapan penuh selidik dari kedua sabahatnya membuat Rena tidak nyaman. Dipandangi nya Dosennya itu dengan jengkel .

" Maaf pak, saya harus cepat pulang, sudah ditunggu bapak saya dirumah " ucap Renata sambil berdiri dan pergi dari sana.

" Rena, tunggu saya " Arka mengejar kepergian Rena.

" Saya permisi dulu " ucap Arka kepada kedua sahabat Rena.

" Eh...iya pak " gagap Tasya .

Tasya dan toni melihat kepergian Rena dan Arka hanya saling pandang bingung.

" Eh... sejak kapan Rena dan Pak Arka dekat sich ? " tanya Toni

" Jangankan elo, gue aja yang sahabat Rena dari orok aja gak tau "

" Jangan – jangan mereka ada hubungan "

" Bisa jadi, wah kalau benar mereka berdua punya hubungan , gue harus sidang Rena nech. Kenapa gak cerita sama gue " ucap Tasya semangat.

Sedangkan Toni hanya terdiam, tapi dia yakin ada sesuatu diantara Rena dan dosennya tersebut.

***

" Rena tunggu " teriak Arka sambil meraih pergelangan tangan Rena.

" Bapak apa-apaan sich, lepasin gak " omel Rena, sambil berusaha melepaskan tangannya.

Arka menarik tangan Rena membawa gadis itu pergi ketempat yang lebih nyaman untuk mreka berdua " Ikut saya "

Rena melototkan mata nya ketika tiba-tiba Arka menyeretnya ke ruangnnya.

Arka membawa Rena masuk kedalam ruangannya kemudian menutup pintu nya pelan.

Arka berbalik menghadap Rena dan langsung memeluk Rena dengan erat. Renata yang terkejut dengan perlakuan dosennya memekik tertahan.

" Lepasin pak "

" Tolong biarkan seperti ini sebentar "

Tak terima, Rena berusaha melepaskan pelukan Arka. Bahkan dengan sekuat tenaga pun pelukan Arka tidak lepas bahkan Arka semakin Erat memeluk Renata.

Dengan segala usaha yang berujung sia-sia, Rena hanya terdiam pasrah.

Mersakan tidak ada penolakan lagi dari Rena, Arka memeluk Rena semakin erat, Arka meletakkan kepala di ceruk leher Rena,

" Pak tolong lepas , saya sesak " Rena merasakan tubuhnya meremang karena hembusan nafas Arka di ceruk lehernya. Membuat kinerja jantungnya bekerja dengan cepat.

Arka melepaskan Rena sambil mengecup leher putih nan jenjang milik Rena dan dia dapat merasakan tubuh Rena menegang.

" Bisa kita bicara sebentar Rena " ucap Arka membelai pipi mulus Rena.

" Bi..Bisa pak " Rena tergugup

Arka mendudukan Rena disofa sedangkan dia berlutut didepannya, mereka saling memandang dalam diam. Dapat Rena lihat rasa penyesalan dan khawatir dari sorot mata Arka.

" Saya minta maaf untuk kejadian hari ini Rena, sungghu tidak ada maksud mempermalukanmu di dalam kelas saya hari ini. Tapi saat itu saya harus memposisikan diriku sebagai dosenmu. Bukan sebagai pria yang mempunyai perasaan padamu " jelas Arka.

" Saya tidak bisa menspesialkan kamu ketika kita dikampus, setidaknya tidak dihadapan orang lain dikampus ini, kamu tau kan alasannya " lanjut Arka

" Saya tau pak, tapi tak bisakah bapak memberi toleran waktu untuk kami jika terlambat. Jangan terlalu kaku dan datar lah pak. Udah kaya kulkas berjalan aja sich " cerocos Rena

Arka hanya tersenyum mendengar istilah itu dari Rena, " oke saya tidak akan terlaku kaku lagi, kamu mau kan maafin saya " dikecupnya kedua tangan Rena.

Rena hanya bisa menggangguk gemas " iya "

Arka akhirnya bisa tersenyum lega, dia mendudukkan bokongnya disebelah Rena.

" Terima kasih ya sayang, saya akan berusaha mengubah kekakuanku "

Rena hanya bisa tersenyum malu-malu meong, bahkan ketika Arka memanggilnya sayang, dia tidak bisa menutupi rona merah pipinya.

" Kamu cantik walau sedang tersipu seperti ini "

Dipandangi wajah Rena dengan lekat.kedua mata mereka bertemu. Mata Rena yang bersinar teduh. Dan senyum yang membuat dunia nya hanya berpusat pada gadisnya.

Arka mendekatkan wajahnya kearah arah Renata. Diraihnya dagu gadis itu. Renata hanya terdiam . Tatapan Arka fokus ke bibir Renata. Bibir yang ingin dia rasakan kembali.

Kedua mata Rena langsung tertutup ketika kedua bibir mereka menyatu. Sebuah ciuman panjang yang diakhiri dengan lumatan-lumatan nakal. Arka mencium Rena dengan semangat dan gairah. Bibir yang akan selalu menjadi candunya. Rasa manis stroberry semakin menambah gairahnya. Arka mencoba menahan gairahnya yang semakin menggebu ketika dia merasakan Rena membalas lumatan bibirnya dengan nafsu. Tapi otaknya masih cukup waras untuk menyudahi ciuman mereka. Dia tidak ingin dikuasai oleh nafsu syaitan nirrojim yang pada akhirnya dapat merusak Rena.

Arka melepaskan ciuman mereka dengan berlahan. Dan jujur saya Rena pun merasakan kehilangan. Merasa saling memandang dan terseyum. Dikecupnya sekali lagi bibir Rena dan memeluknya erat.


Love You Renata ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang