Bab 07 . Tanggung Jawab ?

1.4K 53 0
                                    

Keheningan masih menyelimuti mereka berdua. Untuk memecahkan kecanggungan itu akhirnya Arka menyalakan Music.

Diliriknya Gadis disebelahnya ini, terlihat cantik dan juga menggemaskan dengan bibir mengerucut. Rasanya dia ingin sekali merasakan kelembutan bibir itu. Pasti akan sangat menggairahkan... Dan lagi lagi- otak nya menjadi liar jika sudah menyangkut gadis disampingnya ini.

" Ehemm.... Kenapa kamu cemberut terus " tanya Arka ketika melihat gadis itu masih saja diam bahkan mengembungkan pipinya juga.

" Bapak itu yang apa-apaan, " sungut nya kesal.

" Apa-apaan bagaimana maksud kamu ? " tanya Arka heran

" Ya itu.. main rangkul dan sok akrab mau nganterin saya pulang " jengkelnya.

Alis Arka menukik tajam, heran dengan ucapan Rena " Loh.. memang kenapa ? ada yang salah dengan itu ? "

" Idi ying silih dingin iti ?, ya jelas salah donk pak. Gimana nanti kalau ada yang salah paham dengan kita ? saya gak mau ya pak jadi bahan gosip dikampus " kata Renata " apalagi jadi sasaran fans garis keras bapak " sambungnya lagi

Arka tertawa ringan dengan pemikiran gadis itu, apa tadi katanya ? fans garis keras ? bahkan dia saja tau kalau dia punya fans bahkan mendekati garis keras.

" Bapak ngapain ketawa, gk tau kalinya fans banyak itu gila semua " sungut Renata menggebu gebu karena tak terima dosen kanebo kering ini malah tertawa. Padahal yang Rena tau dulu nada salah satu mahasiswi yang terang-terangan menyukai dosenya ini terkena masalah oleh fansnya,

" Kalau itu sampai ternjadi, saya yang akan bertanggung jawab sama kamu ? " jawab Arka tegas.

" kok terdengar ambigu ya pak ? "

" Ha..ha..ha... boleh kamu artikan semau kamu, tapi yang jelas saya akan bertanggung jawab dengan diri kamu. Bukankah kamu ingin dianggap penting oleh saya kan ? " jawab Arka santai

" Terserah bapak aja lah " pasrah Renata, karena dia tau berdebat dengan bapak Arka akan percuma. Karena dosenya ini tidak mau dibantah. Dan tentu saja dia akan kalah kalau terus berdebat dengannnya.

***

Tak lama mereka sampai didepan rumah Tasya, tiba – tiba Arka menahan Tangan Rena yang hendak buka pintu.

" Kenapa lagi pak ? " sahutnya sambil menoleh kepada Arka bingung.

" Tunggu sebentar, Rena... Ucapan saya tadi serius " Tekan Arka

" Ucapan yang mana pak ? " tanya Rena, karena begitu banyak ucapan Arka yang membuat dia diserang demam ambigu.

" Soal ucapan saya yang akan membuat kamu penting bagi saya dan akan bertanggung jawab soal kamu " jawab Arka menatap Rena.

Rena yang merasa aneh dengan ucapan dosennya itu hanya bisa menganggukan kepala nya. Dia sudah terlalu lelah malam ini.

" Oke... cepat masuk lalu tidur, " pesan Arka.

" Iya.. bawel...Ups... " cengir Rena. Dia menutup mulutnya yang keceplosan.

Dan Arka hanya tersenyum mendengar Rena menyebutnya bawel. Itu artinya rena sudah merasa nyaman dengan interaksi mereka. Kemudian dia menjalankan mobilnya kembali setelah memastikan Rena masuk kedalam rumah dan menutup pintu.

Rena mengintip dibalik gorden, untuk memastikan dosennya itu kembali menjalankan mobilnya. Dia merasa aneh dengan jantungnya saat mendengar ucapan Arka yang terakhir. Gila...itu maksudnya apaan... kenapa dia mau tanggung jawab sama gue... emang gue hamil anak dia. Enak aja...bikin aja belum....kan harusnya kita bikin dulu...kan aku.... oke stop rena...pikiranmu mulai kacau.. kemudian dia menggeleng-geleng kan kepala nya untuk mengusir pikirannya yang iya-iya.

Felli yang melihat Rena mengeleng-gelengkan kepalanya menatap rena bingung.

" Kamu kenapa sayang...sakit kepala ? " tanya Felli

" Eh..tante, heheh gak papa tante.. " jawab Rena Cengengesan malu karena kepergok bertingkah absurd.

" Oh iya, mana Tasya? Kok kalian gk pulang bareng ? "

" Tasya belum selesai acara tante, nanti dia pulang bareng Toni lagi., Rena duluan karena ngantuk aja tante. " jelas Rena.

" Ya sudah kalau begitu, kamu langsung masuk kamar dan tidur saja.,

" Oke, masuk dulu ya tante " pamit Rena tak lupa mencium tangan Felli. Dan Felli hanya mengangguk.

Rena langsung merebahkan tubuhnya di ranjang dikamar Tasya setelah dari kamar mandi. Dia mencoba untuk memejamkan matanya tetapi susah sekali. Tiba – tiba jantungnya kembali berdebar ketika kepikiran dosen kanebokering itu. Sepertinya gue ada gejala kelainan jantung dech... kenapa tiba – tiba gue berdebar-debar ya... gumamnya.

***

Arka POV

Pelan – pelan gue menjalankan mobil meninggalkan halaman depan rumah Tasya Senyum menggembang. Gak biasakan kan gue seyum manis banget kaya gini. Ntah kenapa berasa disekitar Rena membuat gue merasa lain. Gue merasa menjadi diri gue sebelumnya. Gue merasa gue nyaman hannya dengan berciara dengannya saja. Padahal itu hanya sekedar perdebatan gak penting menurutku. Tapi melihat dia mulai jengkel dengan memasang bibir cemberut dan pipi menggembung, itu adalah kesenengan tersendiri.

" Assalamualaikummm.... " Tio berteriak kenceng ketika gue masuk kedalam rumah. Dilihatnya mama dan papa nya duduk mennonton tv di ruang tengah.

" Berisik banget sih kamu Tio, ini rumah ya bukan hutan " Dumel mama nya.

" he..he..he, jawab abis abang masuk rumah nyelonong aja " ucap
Tio merayu mamanya dengan mencium pipinya .

" Dasar anak ini, kok abang udah pulang jam segini ? " tanya mamahnya heran. Setau mama emang gue suka pulang lewat tengah malam kalau lagi ada begini.

" Capek. " jawab arka singkat

" Abang minggu depan jangan lupa ya.. ada meeting dengan Seo Heung Trading ya, kali ini kamu yang harus hadir " ujar papanya.

" Hemm... Nanti kabari saya Derry juga pah " jawab Arka

Melihat papa nya hanya mengangguk, kemudian Arka segera naik kekamarnya.

Arka kemudian merebahkan badannya, pikirannya kembali tertuju kepada gadis yang akhir – akhir ini menarik perhatiaanya. Padahal didepan para sahabatnya dia mati – matian menolak ketika dicomblangi dengan Renata, bahkan menjuluki Renata dengan ABG labil. Hahaha.... rasanya gue pengen tertawa. Dipandanginya tangan nya, bahkan hangat tangannya masih terasa... ini baru tangan belu kalau dipegang yang lain...ckck..makin ngelanturkan pikiran gue... sudah lebih dari satu jam sejak dia berbaring terlentang dikasurnya. Tetapi, matanya tetap saja masih terjaga. Sembari menatap langit – langit kamarnya pikiran Arka terus saja tertuju pada Renata. Dia bahkan tak habis pikir kenapa dia begitu mudah mengambil tanggung jawab atas Rena.

" Ahhh...ntah lah pusing gue mikiran ini, " gumamnya sembari mengacak rambutnya. Tak lama kemudian dia pun mulai memejamkan matanya dan mencoba untuk tidur. Tak lama setelah itu terdengar dengkuran halus didalam kamarnya.

Love You Renata ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang