03. Welcome to Reality

28.9K 1.8K 29
                                    

Warning!
18+ and harsh words

➳༻❀✿❀༺➳

Bian tidak ingat kapan ia jatuh tertidur. Intinya semalam ia sangat lelah sampai akhirnya tertidur dengan sendirinya. Hasrat yang lama tidak tersalurkan butuh waktu semalaman untuk melepaskannya. Bian bahkan tidak yakin, Aswari pingsan atau langsung tertidur saking lelahnya.

Saat membuka mata Bian merasakan tangan kanannya kebas dan mati rasa. Aswari tidur di pelukannya semalaman sambil menindih satu tangan miliknya. Bian pantang bergerak. Selimut ia tarik ke atas guna menutupi tubuh telanjang mereka. Membuat istrinya semakin menggulung rapat pada tubuhnya mencari kehangatan.

Bian mengecup puncak kepala Aswari sesekali. Mengingat kapan terakhir kali mereka tidur di satu ranjang. Bian bahkan lupa kapan tepatnya, saking tidak ada memori yang terlintas.

Alarm ponsel berbunyi. Pagi sudah menjelang. Aswari di balik selimut menggeliat. Terusik oleh bunyi alarm yang mengganggu tidurnya.

"Bi, berisik," erangnya dengan suara parau.

"Handphone kamu yang bunyi."

"Matiin."

Bian mematikan alarm pada ponsel istrinya. Pesan Whatsapp di notifikasi bar tidak sengaja ia baca. Oh, another shit.

"Bi, dada kamu keras kayak batu. Aku berasa tidur senderan bahu jalan."

"Aku anggap itu sebagai pujian." Bian menanggapi racauan tidak jelas istrinya kalem.

"Tapi Bi, kenapa pas aku work out dadaku makin empuk dan kenyal?"

Nah, kan. Random dan tidak jelasnya mulai.

"Itu kamu work out ke gym atau operasi implant payudara?" Bian mengelus rambut hitam panjang milik Aswari. Menanggapi pikiran random perempuan itu.

"Bi, aku nggak pernah implant payudara. Kamu tau sendiri aku tim minyak bulus."

"Iya-iya."

Aswari meregangkan tubuhnya. Duduk di atas kasur dengan badan masih di dalam selimut.

"Kenapa cepet banget pagi sih. Aku masih ngantuk." Perempuan itu beranjak, menyambar jubah tidurnya yang tergeletak di lantai dan memakaikan pada tubuhnya.

"Tidur lagi aja." Bian memperhatikan dari ranjang. Pria itu masih tiduran pada posisinya semula.

"Nggak bisa. Pagi ini aku rapat di luar kantor. Ada proyek besar."

Ya, Bian sudah tahu itu. Tadi dia melihatnya, pesan dari Ricky Widjaya yang mengingatkan kalau mereka berdua ada rapat jam delapan pagi.

"Bian brengsek. Vagina aku robek nggak sih ini? Perih banget gila." Aswari kembali duduk. Untuk berdiri bagian selangkangannya perih sekali.

Bian yang dimaki tersenyum simpul. Dia akui semalam agak berlebihan. Empat ronde tanpa henti setelah lama tidak melakukannya itu keterlaluan. Terbukti keduanya langsung tumbang.

"Kayak masih perawan aja." Bian membalas santai.

"Dulu pun yang bikin aku nggak perawan siapa? Kamu pelakunya. Dasar penjahat kelamin, dulu aku sampe nggak bisa jalan dua hari gara-gara kamu."

"Apanya yang penjahat kelamin? Mau sama mau kok. Sah-sah aja, War." Tuh kan, memanggil nama istrinya seakan Bian mengajak berperang.

"Pokoknya kamu penjahat. Yang baik cuma aku doang," balas Aswari tidak bisa dibantah. Bian menghela nafas sambil tersenyum tipis. Ya, salahkan saja terus, sampai puas. Laki-laki ada di dunia ini gunanya kan memang untuk disalahkan kaum hawa.

THE WITCH OF MINE [TAMAT-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang