31. Bonjour, Motherfucker

15.5K 1.2K 103
                                    

Kualitas hidup Bian sangat buruk. Sangat tidak sehat. Rutinitas pekerjaan yang berat dan terjebak toxic relationship. Perlu diberi garis bawah, Bian juga memiliki daddy issue, ayahnya adalah sumber dari segala sumber racun di hidupnya. Kisah cintanya pun sama parahnya. Tidak ada hal indah yang cukup menyenangkan.

Salad yang kini Bian santap pun sama tidak menyenangkannya. Haruskah dia memakan rumput semacam ini untuk memulai harinya yang sudah muram. Menu sarapan ala barat seperti ini sangat tidak cocok untuknya. Minimal nasi uduk agar dia bisa tersenyum pagi ini.

Belum selesai mengeluh ke tahap berikutnya, si penyihir dengan suara hak tingginya menuruni tangga. Aswari mengenakan baju warna silver bling-bling penuh dengan glitter dari ujung kepala sampai ujung kaki. Bian terkadang heran dan takjub dengan selera fashion Aswari.

"Bonjour, Motherfucker," sapa Aswari saat sampai di meja makan, menghampiri Bian yang sedang sarapan.

"Namaste, Bitch." Bian menyapa balik Aswari.

Si penyihir mengeratkan kepalan tangannya saat duduk. Dia harus menahan diri karena dia yang memulai.

Piring salad berpindah ke hadapan Aswari. Sebagai gantinya selembar kertas dia serahkan kepada suaminya.

"What is this?" Bian menatap lurus perempuan di depannya. Dia tidak berani membaca selembar kertas yang Aswari ajukan.

"Baca. Kamu bisa baca kan?"

Dengan ragu dan sedikit takut Bian membaca selembar kertas di tangannya. "Surat kesepakatan ganti rugi?" Bian membaca judulnya.

"Iya."

HAAAAA. Bian bernapas lega. Dia pikir Aswari memberinya surat cerai. Bian hampir terkena serangan jantung.

"Ganti rugi? Aku?" Bian masih tidak percaya apa yang baru saja dibacanya.

Aswari mengangguk. "Iya. Kamu harus ganti rugi untuk semua koleksi tas-tas aku."

"Bukannya aku yang harusnya minta ganti rugi? Kamar aku, War? Seisi kamar sampai pintu kamu rusak semuanya."

"Kerugian aku lebih banyak, Bi."

"Bullshit."

"Bi, kerugian yang aku tanggung termasuk secara mental dan emosional," kilah Aswari. "Jangan lupakan juga fakta kamu lempar aku ke kolam renang. Itu termasuk KDRT, Bi."

Bian menutup mulutnya. Pria itu tertawa karena saking tidak habis pikir. Ucapan Aswari membuatnya tidak bisa berkata-kata.

"Aku? KDRT? Ke kamu?" Bian menunjuk dirinya kemudian menunjuk Aswari yang sedang menyantap salad curiannya dengan santai.

"Iyap."

"War, yang kita bahas sekarang KDRT, Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Are you fucking kidding me?"

"KDRT apa lagi emangnya? Nggak mungkin Keseruan Dalam Rumah Tangga, kan, Bi?" Aswari memutar bola matanya.

Bian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Bisa gila dia.

"Bi, cukup ganti rugi dan aku bakal tutup mulut ke Komnas Perempuan."

Bian membuka kedua telapak tangannya. Wajahnya merah sampai uratnya terlihat jelas. Pria itu mengeratkan rahangnya menahan diri. Haruskah Bian balas bahwa dia juga bisa mengadukan Aswari ke Komnas HAM?

Tidak.

Jawabannya adalah tidak. Bian harus mulai belajar mengalah. Belajar menurunkan egonya. Ingat apa kata Sinar kemarin, semua yang Bian lakukan salah. Jadi lebih baik menuruti semua keinginan penyihir.

THE WITCH OF MINE [TAMAT-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang