41. Maybe I Deserve All of This

18.3K 1.5K 141
                                    

Evan membawakan jaket untuk bosnya yang kabur dari kamar inapnya menuju ke atap rumah sakit hanya untuk menghisap lintingan tembakau. Tadi Evan sudah marah-marah melarang Bian karena MANA ADA PASIEN YANG MEROKOK DI RUMAH SAKIT PADAHAL MASIH JAUH DARI KATA SEMBUH????!!!

Gila. Evan bisa gila. Kalau saja gajinya tidak setinggi gengsi gebetannya mungkin saja dia sudah mengundurkan diri sejak jauh-jauh hari. Demi Tuhan. Mana kuat.

"Thanks, Van." Bian berterimakasih saat Evan menyerahkan jaket dan membantu memakaikannya.

"Nggak usah pake thanks thanks thanks segala, kasih aja gue bonus yang gede bulan ini. Gue perlu konsultasi ke psikiater gara-gara lo," ucap Evan ketus. Sebal sekali dia.

Bian tertawa pelan. "Sorry, Van," katanya.

Evan menelan ludah. Wahhhhhhh, tumben sekali Bian mau minta maaf? Tumben sekali kata maaf keluar semudah itu dari mulut bosnya yang buasnya melebihi harimau Sumatera?

"Obat lo udah diminum belum?" tanya Evan kemudian.

Bian mengangguk. Wajah pucatnya memancing siapapun yang melihatnya bersimpati. Terlebih lagi keberadaan selang infus di punggung tangan kirinya, jika Aswari melihat mungkin perempuan itu akan meraung tangis meratapi nasib Bian yang maha kasihan.

Padahal beberapa hari lalu Evan hendak menyarankan Bian untuk masuk RSJ bersama dengannya. Namun belum sempat menyampaikan sarannya kepada bosnya itu, siapa sangka Bian sungguhan masuk rumah sakit lebih dulu. Bedanya bukan karena sakit jiwa, tapi karena kepalanya pecah dan perlu dijahit. Ah, jangan lupakan Bian hampir mati karena kehabisan darah. Evan sungguh dibuat pontang-panting. Hampir saja dia kena serangan jantung saat pertama kali dihubungi oleh Bagus pukul tiga pagi kalau kondisi Bian kritis.

Evan membuang napas. Rasanya menyesakkan. Frustasi. Stres.

Hari ini Bian kembali menerawang langit. Kegiatannya menjadi peramal cuaca sudah seperti pekerjaan tetap. Tidak lupa sebatang rokok yang terselip di jemarinya. Dan hembusan asap yang keluar bersamaan dengan helaan berat napasnya. Seolah-olah beban seluruh semesta berada di pundaknya. Meski memang, beban hidup Bian sangat berat.

"Lo nggak papa?" Evan melirik bosnya. Dia bertanya karena Bian terlihat sangat depresi. Tadi pagi saja Evan mendapati Bian sedang tertunduk menangis di pojok kamar inapnya. Evan yakin, mengakhiri hubungan dengan Aswari adalah hal terberat yang pernah Bian alami. Evan pun merasakan hal yang sama. Apalagi dia tahu, bahwa kini Aswari tengah mengandung. Sialan. Andai Aswari tidak memberitahunya, dia tidak akan merasa sebersalah ini karena harus menyembunyikannya dari Bian—si pria paling malang sedunia. Evan sangat kasihan dengan pria satu ini.

"Bohong nggak sih kalau gue bilang gue nggak papa," ucap Bian masih memandang langit mendung di kejauhan. "Jujur, Van, sakit banget."

Anjing.

Evan menggigit bibirnya kuat-kuat. Menahan diri untuk tidak ingkar dari janjinya pada Aswari. Karena jujur saja, Evan ingin membongkar semuanya dan menyuruh Bian berjuang sekali lagi demi istri dan anaknya.

Sungguh, Evan berusaha sebisa mungkin mempersatukan pasutri gila ini untuk kembali bersama. Evan bahkan membocorkan dan menceritakan kepada Devi apa yang menimpa Bian supaya perempuan itu dapat bergosip ria dengan sepupunya—Ratna Soleha—dan kabar mengenai Bian dapat sampai di telinga Aswari. Evan melanggar perjanjiannya dengan Bagus Sastrowardoyo untuk merahasiakan insiden ini demi mempersatukan pasutri gila ini sampai-sampai mempertaruhkan karirnya. Namun hasilnya tetap saja sia-sia. Sampai hari ini Aswari tidak kunjung datang menjenguk Bian—suaminya yang hampir saja mati. Evan ingin sekali teriak anjing sekeras mungkin. Sungguh.

"Kenapa lo nggak berusaha bujuk Aswari sekali lagi? Bilang lo masih cinta sama dia, bilang lo mau balik ke dia lagi," ujar Evan mencoba membujuk. Dia tidak mau calon keponakannya lahir dan tumbuh tanpa kehadiran keluarga lengkapnya. Broken home itu tidak enak. Honest review dari orang yang mengalami langsung bagaimana rasannya punya ayah dan ibu yang tinggal terpisah dan memiliki keluarga barunya masing-masing. Sakit. Rasanya sangat sakit. Dan Evan tidak ingin calon keponakannya merasakan apa yang selama ini dirasakannya.

THE WITCH OF MINE [TAMAT-LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang