Setelah makan malam Aswari duduk di depan televisi ruang tengah. Moa duduk di pangkuannya. Meski masih kesal dengan Moa karena tidak mau menuruti perintahnya mencakar Bian, Aswari tidak tega mengusir saat kucing itu bertingkah manja padanya. Sebagai Maminya ia harus pemaaf kan? Untung kucing, kalau sapi sudah Aswari jadikan dendeng.
Televisi di depan menyiarkan acara Siap 69! dari saluran JAYA TV. Acara itu berisi ekspedisi mengulik kisah-kisah misteri dan berbau horor di pelosok-pelosok negeri. Kadang juga membahas mitos-mitos yang ada di masyarakat, mengklarifikasinya benar fakta atau hanya kabar burung yang salah.
Kucing ningrat di pangkuan Aswari ini suka sekali menonton acara televisi yang berbau horor. Kadang juga cerita-cerita mengenai pembunuhan berantai. Moa akan sangat tenang jika diputarkan acara yang demikian. Mungkin Moa memendam sedikit jiwa psikopat dalam dirinya.
"Moa, kamu harus inget kalo kamu cuma boleh membunuh ikan dan tikus. Lainnya nggak boleh. Jangan jadi penjahat kayak Papi kamu, ya?" Aswari sambil memberi nasehat kepada kucingnya.
Bian yang baru datang ke depan televisi setelah selesai mandi mengerutkan alis, ada apa nih dirinya disebut-sebut.
"Bahas apaan?" tanya Bian sambil duduk. Wajah segarnya sehabis mandi menyinari dunia. Ditambah laki-laki itu hanya memakai kaos hitam tanpa lengan. Bau sabun dari badannya menyebar kemana-mana.
"Rahasia." Aswari tidak mengalihkan pandangannya dari layar televisi.
"Pelit amat."
"Kalo kamu mau tau tanya aja Moa, paling juga dijawab meow meow." Aswari membalas sambil menirukan cara Moa biasanya mengeong.
Bian menaikkan satu alisnya. Suara meow meow dari mulut Aswari menggelitik telinga sampai menciptakan kupu-kupu di perutnya.
"Kamu berbakat jadi kucing." Bian menyandarkan punggung pada sandaran sofa. Kakinya ia luruskan dan tumitnya ia posisikan di atas meja rendah yang sejajar dengan tinggi sofa.
"Apaan!" Aswari tidak terima. Ya kali, dirinya yang sangat cantik, seksi luar biasa amat sempurna sebagai manusia harus disamakan dengan kucing.
"Ayo meow meow sekali lagi?" pinta Bian dengan muka tengil.
Aswari menatap sewot. Sedang apa sih Bian? Sinting ya? Masa iya menyuruhnya menjadi Moa?
"Bikinin coklat panas dulu, baru aku pikir-pikir buat cosplay jadi Moa." Aswari memberi tantangan.
Tanpa disuruh dua kali Bian langsung bangkit dari sofa. Berjalan santai ke dapur melakukan apa yang Aswari suruh. Aswari sempat menahan nafas karena kaget. Bian si laki-laki dengan harga diri selangit itu menurut disuruhnya?
Aswari pikir Bian akan memanggil Bi Suti, pembantunya itu untuk membuatkan coklat panas permintaannya. Ternyata tidak. Bian pergi ke dapur. Pria itu membuat dengan kedua tangannya sendiri coklat panas yang Aswari mau!
Masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bian kembali lagi ke ruang tengah dengan dua cangkir berisi coklat panas di tangan.
"For you," ucap pria itu menyerahkan cangkir berwarna pink dengan tulisan wife cetak miring.
Bian duduk kembali ke tempatnya semula, di samping kanan Aswari. Pria itu menyesap coklat panas dari cangkir miliknya, yang sama-sama berwarna pink namun dengan tulisan yang berbeda.
"Ini nggak dikasih racun kan?" Aswari memandangi isi dalam cangkir di tangannya.
"Kamu pikir aku sepicik apa?"
"Siapa tau kamu punya niat membunuh aku, kan harta aku banyak." Aswari mengalihkan pandangannya kepada Bian. Mencari jejak kemunafikan pada mata suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WITCH OF MINE [TAMAT-LENGKAP]
Romance"Kalau sama kamu sakit, tapi kalau nggak sama kamu jauh lebih sakit lagi." Bian Sastrowardoyo-putra bungsu dari keluarga konglomerat Sastrowardoyo-menikah dengan Aswarina Priambudi dua tahun lalu. Aswari adalah perempuan tegas dan mandiri dengan har...