Ratna merebahkan tubuhnya di sofa ruangan Aswari. High heels-nya ia tanggalkan di lantai marmer sembarang. Mode teman membuat dunia kerjanya yang super melelahkan menjadi sedikit menyenangkan. Meski tetap banyak tidak senangnya. Terlebih majikannya adalah seorang Aswarina Priambudi. Psikopat.
Sejak seminggu lalu Ratna menunggu sepucuk undangan yang sampai detik ini tak kunjung datang. Bukan undangan untuknya, melainkan untuk majikannya. Bukan undangan pernikahan atau undangan pesta ulang tahun. Melainkan undangan untuk menghadiri grand opening galeri milik Renita Sujadi Rajasa, salah satu pesohor negeri ini. Old money yang old-nya sudah mengakar sampai kerak bumi.
"Tinggal dua hari lagi lho, Wak, grand opening-nya. Kalau undangan sampai hari ini belum ada hilalnya tandanya lo yang nggak diundang," ucap Ratna yang sedang rebahan.
Aswari mengerucutkan bibirnya sebal. Benar juga. Kalau dia diundang pasti sudah sejak seminggu lalu undangan itu sampai.
"Masa gue nggak diundang sih? Kelupaan kah?" Aswari bertanya pada Ratna yang menjawab dengan gelengan, mana dia tahu. Ratna kan hanya rakyat jelata.
"Gue kan nggak OKB-OKB amat, masa iya belum layak masuk circle-nya seorang Renita Sujadi?" Aswari sejenak merasa rendah diri. Minder. Kurang kaya kah dirinya untuk turut diundang dalam acara orang paling kaya se-Asia Tenggara itu?
Ratna turut berpikir. Apa kurangnya Aswari sampai tidak diundang? Kaya raya, sudah. Terkenal, sudah. Sukses, sudah. Banyak relasi orang-orang konglomerat, sudah. Berpendidikan, sudah. Cantik rupawan, sudah. Kurangnya cuma satu, akhlak. Tapi kenapa tidak diundang?
"Lo udah dapat bocoran siapa aja yang diundang, Wak?" Aswari bertanya pada Ratna.
"Gue udah minta ke Sindi, tapi belum dibales. Sok sibuk dia, katanya nanti abis makan siang gue kirim, eh udah lewat dua jam belum dikirim juga list tamu undangannya." Ratna mengucapkan sambil uring-uringan. Sindi adalah salah satu kenalannya di grup sosmed Asosiasi Sekretaris Paling Kece Sedunia, yang merupakan sekretaris pribadi dari Renita Sujadi.
"Padahal kalau diundang ke acara ini pintu karir gue bakal terbuka semakin lebar. Cita-cita gue jadi orang paling kaya di Indonesia pasti bakal lebih mudah." Aswari amat menyayangkan dirinya tidak diundang. Sangat menyedihkan.
"Betul." Ratna mengangguk. "Semua ini masalah relasi. Semakin banyak lo kenal orang-orang di atas sana, semakin mudah lo buat jadi orang paling kaya sejagat Indonesia raya negaraku tercintah. I love you merah putih." Ratna selain agamis dia juga nasionalis.
"Tapi, Wak, seorang Ricky aja nggak diundang. Apalagi gue?" Aswari melempar ponselnya. Ia baru saja mendapat balasan dari Ricky kalau pria itu tidak mendapatkan undangan dari Renita Sujadi.
"Serius?!" Ratna melotot. Seorang Ricky Widjaya saja tidak diundang. Circle milik Renita Sujadi ini susah sekali ditembus rupanya. "Kalau gitu lo nggak ada harapan, Wak. Terima nasib aja lah, akui kalau lo belum selevel Renita Sujadi."
Aswari kembali menekuk wajah. Amat disayangkan. Padahal Aswari ingin sekali hadir di acara grand opening galeri terbesar di Indonesia itu. Selain acaranya yang sangat bergengsi, para tamu undangannya juga sangat oke untuk panjat sosial. Demi Tuhan Aswari ingin hadir.
"Wak," panggil Aswari pada Ratna. "Coba lo tanya Sindi, 'Bos gue diundang juga nggak?' Gitu, Wak. Dari pada nunggu dia kirim list tamu undangannya lama. Buat pastiin aja, yah yah yah please."
Ratna menatap majikannya itu sebal sekaligus kasihan. Se-desperate itu Aswari ingin hadir. Tanpa Aswari memohon sampai berlutut padanya, Ratna sudah mengetik pesan untuk Sindi. Pesan terkirim. Centang dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WITCH OF MINE [TAMAT-LENGKAP]
Romance"Kalau sama kamu sakit, tapi kalau nggak sama kamu jauh lebih sakit lagi." Bian Sastrowardoyo-putra bungsu dari keluarga konglomerat Sastrowardoyo-menikah dengan Aswarina Priambudi dua tahun lalu. Aswari adalah perempuan tegas dan mandiri dengan har...